Nafaqoh Pertama

678 87 2
                                    

"Apabila seorang lelaki (Ayah atau Suami) menafkahi keluarga nya dengan niat mencari pahala (dari Allah), maka nafkahnya itu dihitung sebagai sedekah baginya"
{HR. Imam Bukhari & Muslim}

+++++++++++++++++++++++++++

Gugup, itulah yang dirasakan oleh 2 orang berbeda gender tersebut. Bingung ingin memulai pembicaraan dengan kata apa.

Ali memberanikan diri mengusir rasa gugupnya. "Bagaimana kabar kamu disini?"

Suara Ali membuat Prilly sekilas menoleh ke arahnya.
Prilly juga mencoba mengusir kegugupan nya "Alhamdulillah, Aku baik" Sembari menganggukkan kepalanya.

Ali tersenyum mendengarnya
"Keluarga dirumah sehat?"
Prilly sebenarnya ingin menanyakan kabar Ali, tapi yang keluar dari bibirnya malah pertanyaan itu. Ia menundukkan kepalanya.

Ali menoleh sekilas ke arah Prilly dan bersamaan pula dengan Prilly yang juga menoleh kearah Ali, sehingga pandangan keduanya tak dapat terelakkan. Keduanya sama-sama tersenyum kikuk lalu menunduk.

"Alhamdulillah, semua keluarga dirumah sehat"
"Bagaimana dengan hafalanmu, lancar?" Tanya Ali sembari menoleh kearah Prilly kembali

Prilly mengangguk.
"Syukur lah" Ucap Ali

Mungkin anggukan, tundukan kepala, tatapan serta senyuman dapat menjadi bahasa isyarat untuk membantu mewakili kecanggungan dari keduanya.

Ali merogoh saku kemejanya, menyerahkan benda pipih kearah Prilly "Bunda ingin melihatmu"

Prilly menoleh kearahnya lalu mengambil ponsel yang Ali serahkan padanya "Nama kontaknya Bunda" Ucap Ali

Prilly mengangguk dan mulai mencari kontak Bunda nya.
Menekan ikon vcall lalu terlihat olehnya wajah sang Bunda yang sangat ia rindukan.

"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, Bunda"
"ii gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah baik, Bun. Bunda gimana disana?"
"Alhamdulillah, Bunda juga baik"
"Assalamu'alaikum putri Papah"
Wajah Papahnya menggantikan wajah sang Ibu
"Wa'alaikumsalam, Pah"
"Ali nya mana?" Tanya Papah
Prilly menoleh sekilas kearah Ali yang sedari tadi memperhatikan nya
"Ini" Sembari mengarahkan layar handphone pada wajah Ali
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, Li"
Prilly memperhatikan Ali yang tersenyum lalu mengangguk, lalu tersenyum lagi, lalu mengangguk lagi, sepertinya Papah sedang berbicara padanya.

Ali menganggukkan kepala tanda bahwa ia telah selesai berbicara dengan Ayah nya. Prilly bingung dengan keduanya, karena sedari tadi mereka bicara tanpa bersuara.

Apa yang mereka bicarakan-Prilly membantin

.

Prilly kembali mengarahkan layar ponsel ke wajahnya.
"Udah ah Pah, Bunda mau kangen-kangenan juga sama ii" Rengek Bunda
Terdengar suara Bunda nya yang tengah merengek pada Papa. Aku terkekeh melihat tingkah kedua orang tua ku.
"Bunda mu nih, i. Pinggang Papa di cubitin mulu. Merah-merah kan jadinya" Tutur Papa
"Awww" Ringis Papa
"Awas ahh" Kata Bunda kesal
Kini wajah Bunda yang terlihat dilayar.

"Bunda ngga boleh gitu sama Papa, nanti kalo Papa ke luar kota, Bunda kangen loh. Ngrengek minta cepet pulang"

Terdengar suara kikikan sang Papa disana.
"Ayahmu duluan yang mulai" Kata Bunda
"Bundamu, i" Teriak Papa

Aku geleng kepala dibuatnya.

"Bunda kangen sama kamu"

"ii juga, kenapa Bunda ngga ikut kesini?"

Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang