Memaafkan

712 85 2
                                    

'Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh' (Al-A'raf/7:199)

+++++++++++++++++++

Perubahan sangat telihat jelas pada Ali, semenjak pertemuan nya dengan Prilly tiga bulan yang lalu, dan saat itu juga ia mengungkapkan perasaan nya. Dan Prilly pergi meninggalkan nya, Ali hancur benar-benar hancur.

Ali sempat jatuh sakit kembali, namun berkat perhatian dan dukungan dari keluarga, akhirnya perlahan ia mulai bangkit walau perasaan dan pikirannya tetap tertuju hanya pada Prilly.

Ali selalu menghabiskan hari-harinya dikantor, menyibukkan diri dengan caranya. Walau begitu, ia tak pernah bisa fokus karena perhatiannya selalu tertuju pada Prilly.

Pergi pagi-pagi buta dan pulang larut malam, itulah kebiasaan Ali beberapa bulan terakhir ini. Mamanya bahkan sering menegur dan mengingatkan dia untuk tak memforsir tenaganya. Namun sosok Ali kini bukanlah yang dulu, ia berubah menjadi sosok yang dingin dan cuek. Bahkan pada dirinya sendiri pun, ia tak perduli.

Rambutnya gondrong, berkumis dan juga berjenggot. Efek Prilly begitu berdampak besar baginya.

Terlalu sibuk dengan caranya, Ali tak pernah tau apa saja yang dilakukan sang Mama dan adik. Ia terlalu cuek akan hal itu.

Walau begitu, sesekali ia selalu menyempatkan untuk mencari tau keadaan Prilly. Bahkan ia tak pernah absen untuk memberikan haknya, walau ia hanya bisa menitipkan nya pada orang lain.

Namun, beberapa hari terakhir Ali terlalu sibuk dengan urusan kantor. CEO dari Salsa Companies datang ke kantornya dan mengajukan hal-hal gila. Membuat Ali kelimpungan menghadapinya.

Brakkkk

"Astaghfirullah Ali"
Ali jatuh terhuyung, Resi segera memapah tubuh sang putra.

Ali jatuh sakit, bahkan ia tak mampu menopang tubuhnya sendiri.
Seperti biasanya, ia pulang larut malam. Entah apa saja yang ia kerjakan dikantor, hingga membuatnya selalu pulang telat.

Resi yang memang sedang menunggu kedatangan Ali, kaget mendengar suara pintu yang terdorong keras. Ia sengaja menunggu kedatangan Ali karena ingin menyampaikan sesuatu yang belum sempat ia sampaikan. Namun karena Ali yang selalu pulang larut malam dan sudah berangkat pagi-pagi buta membuatnya belum sempat berbicara banyak dengan nya. Dan malam ini, ia ingin menyampaikan nya, namun melihat kondisi sang anak yang tak sehat, ia mengurungkan niatnya. Ia takut membuat Ali menjadi kepikiran dan melupakan kondisinya yang tumbang.

"Mama sudah sering mengingatkan kamu untuk ngga terlalu memforsir tenaga dan pikiran kamu. Lihatkan, inilah akibatnya"

Resi mengelap wajah dan tangan sang putra setelah sebelumnya  ia juga mengompres dahinya yang panas.

Kerutan diwajah sang anak, membuatnya sedih. Prilly begitu berdampak besar bagi anaknya. Tanpa sepengetahuan Ali, hampir setiap minggu Resi bersama Ully berusaha menemui Prilly dan mencoba menjelaskan padanya.

Dan tak jarang, ia datang sendiri atau bahkan ditemani Alya ketika dia sedang libur, untuk menemaninya menemui Prilly.

Ia juga selalu berusaha menjaga komunikasi dengan sang menantu lewat sahabat dari besannya, siapa lagi kalau bukan Ummi 'Afwah. Hingga minggu kemarin, ia datang sendiri tak ditemani Ully ataupun Alya. Dan apa yang ia dapat, usahanya selama ini akhirnya membuahkan hasil. Jika biasanya Prilly hanya menemuinya sebentar, dengan raut wajah lelah dan tak bersemangat berbeda dengan pagi itu. Wajahnya berseri, dan ia bisa melihat bahwa menantunya kini sedang berbahagia.

Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang