Ijazah

777 99 5
                                    

"Abis telepon an sama siapa, Yang?"
Prilly berbalik mendapati sang suami yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Oh ini Mas, dari pihak pondok" Ali mengangguk tanda kepercayaannya. Lalu duduk disamping sang istri.

Prilly berdiri beralih ke hadapan sang suami, tangannya mengambil alih handuk yang sedang digunakan Ali untuk mengeringkan rambutnya yang basah karena baru saja selesai mandi.

Ali membiarkan gerakan lembut dari tangan istrinya, yang membuatnya diam dan tersenyum menatap wajah damai sang istri.

___

Prilly memasangkan dasi dikerah baju sang suami. Setelah tadi ia sudah menyisir dan merapihkan tatanan rambut Ali.
"Mas"

"Ya sayang, kenapa?"

"Aku mau minta izin sama Kamu. Besok Aku mau ke pondok, ngambil ijazah sekalian barang-barang Aku yang masih ada disana. Boleh?"

Ali tersenyum, Dia pikir Prilly akan meminta izin apa padanya. Tapi ternyata, Dia hanya ingin izin untuk ke pondok.

"Yaudah, Aku anterin"

"Eh" Ali mengernyit, melihat ekspresi Prilly.

"Kenapa?"

"A.. Ngga, ehmm maksud Aku.. Ngga usah Mas. Mas Ali kan sibuk, Aku pergi sendiri aja. Aku ngga mau ganggu kerjaan Mas Ali"

"Ya masa, Aku rela biarin istri Aku pergi sendiri, ya ngga mungkin lah sayang. Besok Aku minta Ahmad buat ngosongin jadwal Aku, jadi Aku bisa nemenin Kamu kemana aja"

"Apa ngga berlebihan Mas?"

"Hhh sayang.. Denger ya, kamu itu prioritas utama Aku setelah Mama dan Alya. Jadi jangan pernah sungkan sama Aku, ok?"

Prilly tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Makasih ya Mas" Ali balas tersenyum

"Sama-sama sayang"

______

Seperti perbincangan keduanya kemarin, hari ini Ali menemani sang istri pergi ke pondok. Walau dia harus sedikit mengotak-atik jadwalnya di kantor. Dan me-reschedule ulang pertemuannya dengan para investor.

.

Kini keduanya sudah sampai di pondok. Prilly sedikit canggung saat Ali menggandeng tangannya dan berjalan di sampingnya.

Setelah soan ke rumah Umi, keduanya pamit masuk ke pondok untuk mengambil ijazah Prilly.

.
.

"Kenapa?" Tanya Ali saat dia menyadari gelagat aneh sang istri.

Prilly menatap Ali dalam, dia takut Ali akan tersinggung. Dan Ali sepertinya sadar, bahwa istrinya kini sedang gugup.

"Aku ngerti, Kamu malu ya jalan sama Aku?"
Prilly menggeleng, bukan karena malu. Tapi karena dia merasa canggung, sebab belum ada yang tahu perihal pernikahannya.

"Mas... Bukan gitu maksud Aku... Kamu jangan salah paham dulu, Aku.. Cuma canggung aja.. Apalagi kan mereka belum tau kalau Aku udah nikah"

Ali tersenyum, karena tadi Dia juga cuma bercanda.

"Kamu jangan marah ya.. " Ucap Prilly lirih

"Hhh sayang.. Kenapa Aku harus marah. Engga, ngga marah. Aku ngerti kok. Yaudah kamu jalan duluan, Aku ngikutin kamu dibelakang"

"Ngga pa pa?" Tanya Prilly ragu

"Ngga pa pa sayang. Silahkan!" Ali mempersilahkan Prilly mendahului nya.

Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang