00

141 50 23
                                    

Happy reading.....💗

Jakarta, 2018.

Beberapa langkah lagi dan ia akan sampai di depan gerbang. Seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan tas hitam di punggung dan rambut yang dikuncir kuda tengah mencoba mempercepat langkahnya. Dari jarak 10 meter ini dia dapat melihat satpam yang hendak menutup gerbang. Dirinya mulai berlari kecil untuk segera mencapai gerbang.

"Paaak tungguuu...." Teriaknya dengan nafas terengah.
"Eh neng Salsa tumben telat neng? Biasanya pagi-pagi sudah sampai." Ujar satpam itu.
"Iya pak saya kesiangan. Ini belum telat kan pak?" Salsa mengelap keringat di keningnya dengan tangan.
"Waduh neng ini bel sudah berbunyi sejak tadi, kan memang gerbang ditutup 10 menit setelah bel berbunyi. Neng Salsa telat, pasti di kelas neng Salsa sudah ada guru mapelnya." Jelas pak Rusdi, pria paruh baya yang mengabdikan dirinya di SMA DERLANGGA sebagai satpam penjaga gerbang.

"Yah pak terus saya gimana ini?" Salsa masih mengatur nafas.
"Mana saya tau neng." Pak Rusdi melanjutkan kegiatannya menutup gerbang.

Salsa hanya bisa pasrah, mungkin bolos sehari saja tidak masalah, pikirnya. Salsa menyender pada tembok samping gerbang dan memejamkan mata.

"Pak, buka gerbangnya saya mau masuk." Sebuah suara dengan nada perintah membuat Salsa merasa penasaran, dia membuka mata.

Yang Salsa lihat dihadapannya sekarang, seorang siswa SMA sama sepertinya. Memiliki perawakan dengan tinggi yang mungkin 20 cm lebih tinggi dari dirinya. Tas yang tergantung di bahu kirinya, jam tangan hitam yang Salsa rasa itu harganya sangat mahal, Salsa pikir mungkin itu kakak kelas yang datang terlambat, karena wajah itu asing bagi nya. Atau itu adalah teman seangkatannya hanya saja beda kelas? Entahlah Salsa tak ingin terlalu memikirkannya, yang ia pikirkan sekarang bagaimana caranya ia bisa masuk dan ikut pelajaran hari ini.

Pria itu terlihat berdebat dengan pak Rusdi, Salsa yang tadinya berniat pulang justru mengurungkan niatnya. Ia pikir mungkin pria ini bisa membawanya masuk.

"Pak saya mau sekolah kenapa bapak larang?" Ujar pria itu.
"Bukan dilarang den, tapi ini sudah menjadi peraturan sekolah, yang telat tidak boleh masuk." Pak Rusdi tetap pada pendiriannya, ia tidak akan membuka gerbang sebelum waktunya.

"Saya murid baru pak, saya mana tau peraturan disini." Ungkap pria itu.

"Murid baru?" Gumam Salsa pelan, sejak tadi ia hanya menjadi penonton dari perdebatan pak Rusdi dengan pria ini tanpa ada rasa ingin ikut campur.

"Jangan diliatin terus iya tau gue tampan mbak." Ucap pria itu dengan tatapan yang masih lurus ke depan dan sepertinya enggan menoleh pada Salsa, Salsa yang sejak tadi memperhatikannya terlonjak kaget.
"Dih pede banget lu, murid baru aja belagu." Balas Salsa dengan tatapan sinis.

"Suka-suka gue mbak." Pria ini baru bertemu saja sudah berhasil membuat emosi Salsa memuncak.
"Heh, gue bukan mbak-mbak penjaga toko jadi jangan panggil gue dengan embel-embel mbak bisa kan?" Salsa melipat tangan di dada masih dengan tatapan sinis ala Salsa.

""Terserah." Pria itu kembali membujuk pak Rusdi berharap gerbang akan dibuka.

Salsa masih berharap ia bisa masuk, jika ia memutuskan pulang ia akan diinterogasi oleh ibunya. Ya, ibunya mengharamkan Salsa untuk bolos sekolah meski hanya sehari, kecuali saat Salsa sakit atau saat ada kepentingan yang mendesak dan itu jarang terjadi, faktanya hampir semua absen terisi penuh tanpa ada catatan izin apalagi absen tanpa alasan.

"Ada apa ini?" Itu suara pak Gugum, guru piket yang berusia kurang lebih 40 tahun.
Pak Rusdi menjelaskan masalah yang terjadi.

"Oh seperti itu," Pak Gugum mengalihkan pandangan pada Salsa, "Salsa kenapa kamu telat? Ini pertama kalinya saya mendapati kamu telat datang." Tanya pak Gugum tegas, sepertinya Salsa harus berhati-hati sekarang pak Gugum tengah dalam mode serius.

"M—maaf pak, saya tadi kesiangan." Salsa memilih nunduk karena menurutnya pak Gugum terlihat menyeramkan saat serius seperti ini.
"Hallah boong dia pak, pasti dia sengaja telat datang." Demi tuhan rasanya Salsa ingin sekali mencakar wajah pria ini, namun sekarang ia hanya bisa menatap sinis pada pria ini. Bersyukurlah karena ada pak Gugum hingga Salsa bisa menahan emosinya.

"Diam!! Kamu sendiri kenapa telat? Saya belum pernah liat kamu sebelumnya, murid baru?" Kini saatnya pak Gugum menginterogasi pria menyebalkan ini.
"Iya pak saya murid baru, boleh saya masuk pak?" Lihatlah bisa-bisanya dia berlagak sopan di depan pak Gugum.

"Pak Rusdi buka gerbangnya." Dengan seizin pak Gugum pak Rusdi pun membuka gerbang itu.

"Silakan masuk." Pria menyebalkan itu segera masuk terlebih dahulu kemudian disusul Salsa.
"Terima kasih pak." Salsa memberikan senyum pada pak Rusdi.

Setidaknya Salsa masih bisa masuk kelas dan tak perlu kembali ke rumah. Salsa melangkah santai berniat memasuki kelasnya mungkin bangku kesayangannya tengah menunggu kedatangannya sekarang.

"Salsa, kamu mau kemana?" Suara itu menghentikan langkah Salsa.
"Masuk kelas pak." Ungkap Salsa polos.
"Enak sekali kamu sudah telat berdiri disini cepat!!" Perintah pak Gugum dengan nada tinggi, pria menyebalkan itu terkekeh melihat tingkah Salsa, entahlah apa yang lucu dari itu Salsa tak mau berurusan dengan pria ini biarlah terserah dia mau tertawa sekeras apapun.

"Kalian berdua telat lebih dari 10 menit jadi kalian harus saya hukum. Hukuman untuk kalian," pak Gugum menunjuk lapangan basket dengan jari telunjuknya, "Kalian lihat itu lapangan basket?" Salsa hanya mengangguk, "Mata saya masih sehat pak, itu keliatan jelas." Jawab pria menyebalkan yang berdiri disamping Salsa sekarang.

"Sekarang hukuman kalian silahkan bersihkan sampah yang ada disana, sapu yang bersih jangan berhenti sampai lapangannya benar-benar bersih, paham?" Jelas pak Gugum dengan nada tinggi dan terkesan tegas.

"Lah pak saya kira cuma disuruh lari." Salsa tak percaya, apa-apaan ini ia harus membersihkan lapangan basket sekarang.
"Pak saya kan murid baru masa hari pertama sudah dihukum pak?" Protes pria itu.
"Mau saya tambah hukuman kalian atau kalian kerjakan sekarang?" Ancam pak Gugum.

Salsa menghela nafas, "Baik pak kami kerjakan." Ucap Salsa kemudian berjalan mengambil peralatan dan menuju lapangan basket.

Beberapa menit hening, Salsa menyapu lapangan basket dengan cepat berharap ini akan cepat selesai. Sesekali ia menyeka keringat dikeningnya. Pria itu? Entahlah Salsa tak mau memusingkannya.

"Mbaknya kita belum kenalan loh. Kenalin gue," Salsa tidak habis pikir kenapa pria ini tak bisa membuatnya tenang.
"Diem!! Cepet selesain kerjaan lo, gue mau ini cepet selesai." Potong Salsa sebelum pria ini melanjutkan ucapannya.

"Yaelah bak cuma mau kenalan doang, sensi mulu nih." Ingin sekali rasanya Salsa melempar sapu yang ia pegang ke wajah pria ini.
"Cepet kerjain gue bilang." Ucapnya penuh penekanan berharap pria ini mau mendengarkannya.
"Iya iya." Salsa berhasil, pria ini kembali melanjutkan aktivitasnya memunguti sampah di sekitar lapangan.

Ok readers segini aja dulu yah, maaf nih kalo ceritanya gak sebagus ekspektasi hehehe....

Votment dari kalian sangat author harapkan:)
Gomawo and saranghae readers...💗💗

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang