05

54 35 3
                                    

Happy reading....💗

Seperti biasa pagi ini Salsa berjalan santai melewati koridor sekolah, tidak terlalu ramai karena ini masih pagi. Permen karet yang ia kunyah, Salsa hanya mengunyahnya ia tak pandai membuat gelembung dari itu. Dulu sewaktu kecil ia belajar namun tetap saja ia kesulitan dan sampai sekarang tidak bisa.

"Hai Sa, selamat pagi." Suara Anggara saat langkahnya sejajar dengan Salsa.
"Masih pagi jangan bikin gue kesel." Salsa memperingati, ia malas harus berhadapan dengan manusia ini.
"Gue kan baik-baik nyapa lu, gak ada niatan bikin lu kesel." Balas Anggara.
"Bagus deh." -Salsa.

Salsa dan Anggara berjalan berdampingan di koridor, sesekali mereka melempar candaan yang Salsa rasa ini cukup untuk membuatnya tertawa ringan pagi ini. Tapi ada yang aneh, sepertinya semua orang memperhatikan mereka berdua? Apa hanya perasaan Salsa saja? Tidak ini memang benar tatapan mereka tertuju pada Salsa dan Anggara. Oh mungkin hanya pada Anggara, entahlah tapi Salsa benci menjadi sorotan seperti ini. Salsa pikir mungkin Anggara tidak menyadari bahwa dirinya menjadi sorotan.

"Agar agar lu duluan aja deh." Salsa bukan tidak mau berjalan bersama Anggara hanya saja ia risih dengan orang-orang sekitar.
"Loh kenapa? Kan tujuannya sama." Malas sekali jika Salsa harus menjelaskan.
"Enggak gak papa gue mau ke kelas temen gue dulu." Mungkin alasan ini bisa membantu Salsa.

"Oh yaudah gue duluan yah." Anggara berjalan meninggalkan Salsa, Salsa menatap punggung Anggara dan ia sekarang tak tau mau kemana.
"Masuk kelas aja lah." Batin Salsa.
Salsa melanjutkan langkahnya dengan para siswi yang menatapnya aneh, mungkin karena tadi ia terlihat sangat akrab dengan Anggara. Tapi apa masalahnya?

*****

Jam istirahat.

Tujuan dari langkah Salsa kali ini adalah perpustakaan. Berharap ia akan menemukan sebuah buku yang mungkin akan membantunya menyelesaikan tugas. Koridor sekolah tampak sedikit sepi, mungkin karena ini baru jam istirahat jadi banyak yang menghabiskan waktu di kantin untuk mengisi energi mereka.

Salsa akan melewati kelas Leon, kelas 12 Ipa 1. Salsa tersenyum samar, saat sampai di depan pintu kelas Leon Salsa menoleh harap-harap ia dapat menemukan Leon. Benar saja ia dapat melihat Leon yang duduk santai dengan kaleng minuman di tangannya sesekali ia tertawa ringan, Salsa tersenyum samar melihat itu tapi senyumnya pudar saat ia menyadari siapa lawan bicara Leon, seorang gadis cantik dengan senyum manis penampilan feminim dan populer di DERLANGGA. Dari penampilannya saja Salsa sudah kalah, Salsa menghembuskan nafas pelan lalu melanjutkan langkahnya.

"Sasaaa...." Hanya perasaan Salsa atau memang ada yang memanggil namanya? Salsa menoleh kebelakang untuk memastikan. Dari jarak sekitar 6 meter Salsa dapat melihat seorang gadis dengan poni nya yang lucu menurut Salsa. Gadis itu berlari kecil dan saat dekat gadis ini langsung memeluknya.

"Aaaaa gue kangen lu." Ini Erin sahabat Salsa satu-satunya selama SMA.
"Gue juga." Salsa membalas pelukan sahabatnya ini, pelukan hanya beberapa detik karena Erin melepaskannya.

"Apa kabar hm?" Tanya Erin, anak ini memang hiperaktif dan ia juga moodboster bagi Salsa.
"Baik lah tapi gak seru gada lu mah." Mereka mulai berjalan dengan langkah pelan.
"Iya gue di kelas kesepian gak ada lu, eh enggak juga sih gue masih ada temen bangku gue tapi dia gak seseru lu." Jelas Erin, anak ini selalu ceria dan Salsa selalu tertular keceriaannya.
"Tuh kan, yang ada gue nih kesepian dulu kan ramenya karena lu ngoceh mulu ada aja topik yang dibahas." Salsa dan Erin tertawa keras mengingat masa kelas 10 dulu saat mereka masih sekelas bahkan satu bangku.

"Sekarang temen sebangku lu pasti gak seasik gue kan?" Tebak Erin.
"Sekarang temen sebangku gue ngeselin bikin gue emosi mulu." Curhat Salsa.
"Oh iya kah? Kenapa duduk sama dia?" Tanya Erin.
"Bu Misya yang nyuruh dari pada gue dipecat jadi muridnya kan?" Jawab Salsa.
"Bahasa lu neng dipecat." Mereka kembali tertawa lepas, entahlah saat bersama Erin Salsa rasa beban hidupnya seketika hilang, apa salah jika Salsa anggap Erin sebagai saudaranya lalu menjadikan Erin sebagai moodbosternya?

Hening beberapa detik.

"Eh Sa lu tau Anggara kan? Anak baru pindahan dari Tunisia, dia kan sekelas ama lu, ya kan?" Tanya Erin.
"Anak itu, dia temen sebangku gue." Jawab Salsa malas.

"Hah? Lu sebangku sama dia? Serius?" Erin menghentikan langkah Salsa dengan berdiri di depannya.
"Iya, emang kenapa?" Tanya Salsa bingung.
"Beruntung banget lu, udah ganteng ramah murah senyum baik hati dan gue denger kata bu Ningsih dia pinter juga yah? Idaman ini mah asli. Anak-anak di kelas gue pada ngomongin dia, adek kelas yang ngumpul di kantin ngomongin dia, kakel juga ngomongin dia, pas kemaren gue papasan di depan kantor guru ama dia dia senyum ramah, senyumnya manis lagi kan gue salting. Kayaknya cerita bu Ningsih soal kepintaran Anggara menyebar luas se SMA DERLANGGA deh makanya banyak yang kagum bahkan suka sama Anggara." Erin terlihat sangat antusias menceritakan Anggara sedangkan Salsa hanya menatap heran pada Erin, apa Anggara sesempurna itu di mata orang lain? Salsa tak habis pikir.

"Pantes tadi pada liatin gue pas gue jalan ama Anggara." Gumam Salsa pelan.

Salsa melanjutkan langkahnya dengan Erin yang masih melanjutkan kata-katanya yang mengagumi Anggara. Salsa tak terlalu mendengarkannya karena menurut Salsa ini hanya opini Erin yang tengah mengagumi sosok Anggara.

"Rin, lu mau kemana?" Salsa menghentikan langkahnya saat ia sampai di depan perpustakaan.
"Anggara itu.... Eh? Kok ke perpus sih orang gue mau ke kantor TU." Erin tersenyum hambar melihat Salsa yang memasang muka datar.
"Kebanyakan muji Anggara sih." Sindir Salsa.

"Ih gue kan dari tadi ngomongin fakta Sa." Elak Erin.
"Iya iya yaudah sana katanya mau ke kantor TU, gue mau masuk perpus nih."-Salsa.

"Iya iya, bye Sasa nanti kapan-kapan ke kantin bareng gue, gue kangen kayak dulu ok?" Ucap Erin antusias.
"Ok siap." Salsa mengacungkan jempol.

Erin berlalu meninggalkan Salsa, Salsa masuk ke dalam perpustakaan. Cukup sepi hanya ada beberapa kakak kelas, Salsa berjalan menjelajahi rak buku guna menemukan buku yang ia cari. Satu persatu Salsa memeriksa buku sejarah yang tersusun rapi di rak buku, harap-harap ia segera menemukan buku yang sesuai dengan tugasnya lalu ia akan menyelesaikan tugasnya dengan segera dan beban hidupnya berkurang satu.

Hello apa kabar nih readers? Author harap readers baik-baik selalu amiiiin....
Maaf sebelumnya ceritanya mungkin makin gak jelas yah wkwkwk
Jangan lupa votmentnya xixixi

Gomawo and saranghaeyo 💗💗

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang