02

69 37 17
                                    

Happy reading....💗

Ini masih pagi sekali sekitar jam 06.30 tapi Salsa sudah stay di sekolah. Bukan tanpa alasan, ia datang sepagi ini karena hari ini adalah piketnya.

Salsa menyapu kelas dan merapikan bangku. Ia sengaja tidak menunggu kelompok piketnya karena ia ingin segera menyelesaikan ini tanpa ada protes dari ketua kelas.

Saat Salsa sibuk menyapu dan menggeser bangku dia dikejutkan dengan kedatangan seseorang, Anggara.
Salsa mengabaikan anak ini dan memilih melanjutkan pekerjaannya.

"Bisa enggak gak buang sampah sembarangan? Lu gak liat gue lagi nyapu?" Keterlaluan sekali, saat Salsa berusaha membersihkan kelas Anggara malah mengotori lantai dengan kertas yang tadi ia tulisi sesuatu entah itu apa kemudian ia sobek dan melemparnya sembarangan.

"Apa susahnya tinggal sapu ulang, gak usah ribet." Jawab Anggara santai.
"Wah cari masalah, tolong ini masih pagi gue gak mau emosi gue naik pagi-pagi kek gini." Balas Salsa dengan nada tinggi.

"Sabar mbak, perasaan dari kemaren marah-marah mulu." Anggara masih duduk tenang di bangkunya.
"Lu yang mancing emosi gue, heran jadi orang kok ngeselin." Salsa menatap sinis pada Anggara.
"Pagi-pagi udah marah-marah pms lu?" Entahlah Salsa rasa ini anak akan terus membuat emosi nya naik.

"Kaga. Emang cewek marah cuma pas pms apa?" Apa yang Salsa katakan? Unfaedah sekali Salsa bertanya seperti ini.
"Biasanya seperti itu." Jawab Anggara seadanya.
"Emak gue gak pms tapi tiap hari marah-marah." Balas Salsa, faktanya seperti itu hampir setiap hari Salsa kena marah oleh ibunya.

"Ya berarti lu suka marah-marah emang udah keturunan." Pukas Anggara.

Satu persatu anak-anak kelas ini mulai datang dan kelas menjadi sedikit berisik. Salsa tidak lagi menanggapi Anggara ia segera menyelesaikan pekerjaannya.

******

Saat jam istirahat seperti ini Salsa akan setia berada di bangkunya dan menghabiskan waktu bersama novel lagi tentunya. Sudah menjadi kebiasaan baginya menghibur diri dengan cerita fiksi karangan para penulis yang beberapa adalah idolanya.

Sejak kelas 3 SD Salsa memang suka menulis dan membaca. Menjadi anak yang sulit bersosialisasi membuatnya memilih menghabiskan waktu bersama buku. Mengenal cerpen saat duduk di bangku kelas 4 SD, saat itu ia tak sengaja menemukan buku di rak buku kakaknya. Karena penasaran akhirnya Salsa meminjam dan membacanya, hal yang luar biasa menurut Salsa, disini emosinya dipermainkan imajinasinya dibawa ke dalam cerita fiksi yang terasa nyata.

Hingga sekarang telah banyak buku yang ia baca, anehnya Salsa akan melupakan isi dari buku yang ia baca setelah ia membuka buku baru. Mungkin beberapa yang ia ingat karena isinya yang terkesan menarik untuk selalu diingat.

"Sa gak mau ke kantin?" Tanya Anggara tiba-tiba.
"Enggak, kantin bukan tempat gue." Salsa masih fokus pada novel yang ia pegang.
"Kalo ngomong sama orang itu liat orangnya mbak jangan cuma fokus sama buku, gue ada disini loh." -Anggara.

Apalagi sekarang? Anak ini memancing emosi Salsa lagi.
"Bisa enggak gak usah ngurusin gue? Gue sering emosi gara-gara lu." Salsa menghela nafas dan mencoba mengembalikan fokusnya dan menenggelamkan pikirannya dalam alur cerita yang ia ikuti sejak tadi.

"Ya maaf, yaelah mbaknya nih yang sensian." Anggara membereskan buku-buku yang berserakan di meja.

"Udah damai jangan ganggu gue lagi." Ketus Salsa.
"Iya beb iya." Balas Anggara.
"Beb beb nama gue Salsa bukan beb." Dasarnya Salsa yang moodyan dipertemukan dengan manusia semenyebalkan ini, pasti emosinya meledak sekarang.

"Dari pada gue panggil babi?" Hei Anggara apa belum puas membuat emosi Salsa naik?
"Panggil nama aja kan bisa." Salsa memberikan tatapan sinis pada Anggara.
"Kenapa gak mau dipanggil beb? Takut baper?" Anggara tersenyum jail.
"Dih sorry yah gue bukan tipikel cewek yang gampang baper." Jelas Salsa dengan penuh penekanan.
"Iya tau, lagian cewek galak kek elu ini mustahil baper." Ungkap Anggara, Salsa pikir dirinya tidak segalak itu, ia pernah beberapa kali baper.

"Gue gak galak elah." Salsa jelas tak terima, faktanya dia tidak segalak yang dikatakan Anggara.
"Iya iya terserah, gue laper mau ke kantin. Bye Sasa garem galaknya gada obat." Anggara membawa tasnya pergi melesat secepat mungkin sebelum Salsa melemparkan buku yg ia pegang sekarang.

Mustahil, mana mungkin Salsa mau merusak buku berharganya hanya demi anak super menyebalkan itu.

10 menit berlalu, Salsa melihat Anggara yang akan memasuki kelas. Salsa harus mengumpulkan energi menghadapi anak menyebalkan satu ini.

"Nih buat lu." Sebungkus roti sebotol air mineral, Salsa mengambilnya dari tangan Anggara.
"Baik juga lu ga nyangka gue." Salsa membuka bungkus roti lalu memakannya.

"Gue emang baik, lu nya aja gak sadar." Ucap Anggara.
"Hehehehe makasih agar-agar." Tumben anak ini tidak membuat ulah, terserahlah intinya ia bisa makan roti rasa coklat kesukaannya.

"Jangan panggil gue agar-agar, kasih panggilan yang lain gitu." Anggara mengambil air mineral yang tadi sudah ia berikan pada Salsa.
"Eh kan udah dikasih ke gue kok diambil lagi?" Protes Salsa.
"Minta dikit gue haus." Anggara segera membukanya lalu meneguk seperempat bagian air itu.

"Ish jadi lu mau gue panggil apa? Nama lu Anggara putra, ok gue panggil Ara." Salsa kembali asik dengan kegiatannya memakan roti.
"Gue cowok bukan cewek." Anggara tidak terima Salsa malah terkekeh melihat Anggara kesal seperti ini.

"Lu gue panggil putri gak mau gue panggil ara gak mau, mau lu apa?" Salsa mengambil botol air mineral lalu meminum isinya.

"Panggil gue yang bener, Angga atau Gara gitu." Jelas Anggara.
"Gak! Aturan lu bersyukur Agar-agar itu panggilan spesial dari gue buat lu." Salsa tertawa keras, ini sangat lucu baginya sedangkan Anggara ia hanya terdiam dengan muka datar.

"Udah ketawanya?" Tanya Anggara dingin, Salsa berhenti tertawa.
"Dasar Sasa garem ngeselin bawel galak." Waw ini keterlaluan, Salsa dibuat kesal lagi oleh Anggara.

"Eh lu yang ngeselin dodol." Balas Salsa dengan nada tinggi.
"Bodoamat suka-suka lu aja." Anggara memilih pergi dari bangkunya sedangkan Salsa apalagi tentu saja ia melanjutkan kegiatan rutinnya, membaca novel.

Sampe sini gimana nih? Gada koment kah?
Ok author tunggu kritik dan sarannya.
Author minta paket lengkapnya boleh? Follow + votment, yok ramaikan✨

Gomawo and saranghaeyo reders💗💗

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang