Happy reading.....💗
*****
"Salsa."
Suara itu membuat langkah kaki Salsa yang melangkah di lorong menuju toilet seketika terhenti. Setelah bel pulang berbunyi Salsa meminta ijin pada Anggara untuk ke toilet terlebih dahulu sedangkan Anggara menunggunya di parkiran. Salsa menoleh ke belakang dan ia mendapati Erin sedang berdiri dengan tangan bersedekap di dada serta tatapan dingin disana."Iya?" Tanya Salsa canggung.
"Gue mau ngomong bentar, boleh ikut gue?" Erin masih dengan tatapan dinginnya bahkan terkesan sinis, Salsa hanya menjawabnya dengan anggukan kecil.
Erin berjalan mendahului Salsa, yang Salsa lakukan sekarang adalah mengikuti langkah kaki Erin. Melewati koridor sekolah yang sepi karena ini sudah waktunya pulang dan semua siswa sudah meninggalkan sekolah meski ada beberapa yang masih ada keperluan. Salsa bukan takut hanya saja ini bukan Erin yang ia kenal, aura menyeramkan menyeruak dari tatapan Erin sejak di lorong dekat toilet tadi."Erin, tunggu!!" Salsa sedikit berteriak dan itu membuat langkah kaki Erin terhenti. Ia berbalik arah dan melemparkan tatapan seakan bertanya 'ada apa?' kepada Salsa.
"Kita sebenernya mau kemana sih? Lu kenapa?" Tanya Salsa saat ia berhasil mendekat pada Erin.
Tanpa menjawab Erin kembali melanjutkan langkahnya dan tentu saja Salsa mengikuti kemana Erin pergi.Disini mereka sekarang, di depan kelas 12 Ips 3 pinggir lapangan basket. Salsa memelankan langkahnya dan mengedarkan pandangan pada sekitar, ia bingung sekarang, apa maksud Erin membawanya kesini?
Erin menatap lurus kearah lapangan basket, semakin membuat Salsa bingung karena Erin tak mengatakan satu kata pun. Salsa hanya diam menunggu Erin menjelaskan tujuannya membawa Salsa kesini untuk apa."Sa, gue suka ka Leon." Kalimat pertama yang keluar dari bibir Erin.
"Oh terus apa masalahnya sama gue?" Tanya Salsa bingung.
"Gue mau lu jauhin ka Leon, gue harap lu gak ganggu gue sama ka Leon." Nada dingin terlihat jelas pada kalimat yang Erin katakan.
"Lu tenang aja gue udah gak suka ka Leon kok." Salsa mencoba mencairkan suasana dengan senyum lebarnya, tapi ia tak mendapat respon baik dari Erin."Lu tau gak sih sa? Gue benci sama lo." Ucap Erin dengan nada tinggi sontak itu membuat Salsa terkejut.
"Kenapa rin? Gue ada salah apa?" Tanya Salsa polos.
"Gue tau kok lo udah di tembak kan sama ka Leon? Tepatnya di tempat sekarang kita berdiri." Ucap Erin dengan penuh penekanan pada kalimat terakhirnya."Iya, tapi gue tolak dia rin." Balas Salsa.
"Lo bisa aja tolak dia tapi hati lo enggak kan sa? Gue benci sa setiap gue sama ka Leon dia cuma bahas tentang lo doang. Gue awalnya seneng karena cinta lo terbalas, tapi gue gak tau sejak kapan gue suka dia dan gue benci setiap dia bahas tentang lo." Ungkap Erin frustasi.Salsa hanya diam, menatap tak percaya pada Erin.
"Lo tau gak sa, gue cuma jadi bahan buat manas-manasin lo. Ka Leon mau tau reaksi lo kalo dia deket sama cewek lain, pertama dia pake ka cheril tapi respon lo biasa aja. Dan ka Leon minta tolong sama gue, dari itu sa gue baper, gue suka ka Leon. Biarpun dia cuma akting gue selalu anggep dia lakuin itu dari hati. Lo gak tau kan sa susahnya gue nahan sakit pas dia bahas tentang lo?" Erin menjeda ucapannya.
Entah kenapa tapi air mata Salsa mengalir begitu saja saat ia melihat Erin meneteskan air mata. Salsa tau pasti ini sulit bagi Erin.
"Gue gak tau sa, gue cuma tau kalo gue suka bahkan sayang sama ka Leon. Dari kebersamaan kita beberapa hari ini gue selalu ngerasa seneng dan bahagia. Ka Leon udah lama mau nyatain perasaannya ke lo, tapi, hahahaha gue cegah dia. Karena apa?" Erin tersenyum miring dan mendekati Salsa.
"Karena gue gak mau lo sama ka Leon bahagia diatas penderitaan gue." Bisik Erin tepat di telinga Salsa, dan itu membuat air mata Salsa mengalir lebih deras."Mulai hari ini lo bukan sahabat gue. Gue benci lo, Salsa Andara." Erin mendorong Salsa pelan lalu pergi meninggalkan Salsa yang tangisnya semakin pecah.
Salsa menunduk menangis sejadi jadinya. Ia tak habis pikir, sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara justru menghancurkannya. Salsa mengelap air matanya cepat, ia ingat Anggara menunggunya sekarang.
Salsa berjalan cepat menuju parkiran, disana ia menemukan Anggara yang duduk diatas jok motornya. Salsa berhenti, menghela nafas dalam lalu mencoba tersenyum selebar mungkin. Salsa tidak mau Anggara mengetahui dirinya baru saja menangis. Berjalan mendekati Anggara dengan senyum yang coba ia pertahankan.
"Ayok pulang." Ucapnya saat sampai pada Anggara.
"Lama banget lu, capek gue nunggu." Keluh Anggara.
"Sabar dong toiletnya antri tadi." Jawab Salsa asal lalu ia mengenakan helm yang diberikan oleh Anggara dan tak lupa jaket yang diikatkan pada pinggangnya, Salsa selalu membawa jaket ke sekolah akhir-akhir ini karena ia pulang bersama Anggara dan jaket itu ia pakai di pinggangnya sesuai perintah Anggara.Motor Anggara meninggalkan area sekolah dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya Jakarta yang padat. Selama perjalanan Salsa hanya diam, tiba-tiba saja ucapan Erin berputar di kepalanya. Itu membuat Salsa merasa pening dan ingin sekali merebahkan kepalanya, tanpa sadar Salsa merebahkan kepalanya di punggung Anggara.
"Sa jangan tidur!" Anggara sepertinya mengira Salsa tertidur.
"Gue gak tidur tapi gue pusing aja, gak papa kan?" Salsa menjawab dengan sedikit berteriak.Anggara menepikan motornya.
"Lu gak papa sa? Kita ke rumah sakit dulu?" Tanya Anggara khawatir.
"Gak usah kita pulang aja." Jawab Salsa pelan.
"Yakin?" Salsa dapat merasakan kekhawatiran Anggara padanya.
"Iya yakin." Jawab Salsa dengan senyum lebarnya.
"Yaudah ok gue anter pulang. Senderan di punggung gue aja gak papa, kalo gak kuat bilang kita ke RS aja ok?!" Ujar Anggara dan Salsa hanya menjawab dengan anggukan.Salsa merebahkan kepalanya di punggung Anggara, Dalam pejaman matanya Salsa merasakan tangannya di tuntun oleh Anggara untuk memeluk pinggangnya, Salsa tersenyum menyadari hal itu.
"Jangan geer dulu, ini buat antisipasi takut lu jatoh. Kalo jatoh kan gue yang repot." Ucap Anggara ketus.
"Iya iya, udah fokus aja nyetirnya gue mau ketemu kasur gue cepet." Salsa tak kalah ketus.Sepanjang perjalanan posisi Salsa tak berubah, kepala yang ia rebahkan di punggung Anggara dan tangan yang setia memeluk pinggang Anggara. Salsa rasa kepalanya sangat berat, ia betah seperti ini bahkan ia sepertinya akan terlelap dengan posisi seperti ini.
"Agar agar gue ngantuk." Ucapnya keras ditelinga Anggara.
"Astaga jangan ngomong di kuping gue juga sa, sakit kuping gue ini." Keluh Anggara.
"Ya kan takut lu gak denger." Balas Salsa.
"Tahan bentar lagi nyampek." Anggara menambah kecepatan motornya.Beberapa menit berlalu, kini motor Anggara memasuki kompleks perumahan Salsa. Berhenti di depan rumah Salsa.
"Sa udah sampe ayo turun!" Ucap Anggara.Dengan lemah Salsa turun dari motor CBR milik Anggara, ia melepas helm dan mengembalikannya pada Anggara.
"Mampir dulu?" Tanya Salsa dengan nada lemah.
"Eum gak usah deh salam aja buat bunda, lu istirahat yah kayaknya lu gak sehat." Balas Anggara.
"Iya, makasih yah." Salsa mencoba tersenyum meski kepalanya terasa sangat pening.
"Iya masuk sana, ganti baju, makan terus minum obat biar gak parah sakitnya." Tambah Anggara.
"Iya agar agar, astaga udah sama kek bunda aja lu. Yaudah pulang gih baru gue masuk kalo lu dah pergi." Balas Salsa.
"Enggak lu aja masuk duluan, gue liatin dari sini takut tar lu malah jatoh lagi." Anggara terkekeh setelah mengatakan kalimat tersebut."Dih gue masih kuat jalan yah, yaudah lah gue masuk dulu. Bye agar agar." Salsa memberikan senyum serta melambaikan tangan lalu ia melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Berjalan lemah ke dalam rumah, ia berjalan ke dapur mengucap salam dan disana ia menemukan ibunya. Setelah ia mencium punggung tangan ibunya Salsa melangkah masuk ke dalam kamarnya. Mengganti seragam sekolahnya dengan T-shirt hitam polos serta celana selutut. Salsa merebahkan dirinya di kasur, ia tak mau bayangan Erin muncul lagi di kepalanya. Salsa memilih memejamkan mata lalu berkelana di alam mimpinya.
Nah udah segitu aja dulu hehehe...
Makasih buat yang udah mau baca sampe part ini
Jangan lupa votmentnya kaka🙏
Gomawo and saranghaeyo 💗💗

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
DiversosAnggara Putra Bhakti, siswa baru di SMA DERLANGGA. Duduk sebangku dengan gadis bernama Salsa Andara, si gadis pecinta novel. Pertemuan keduanya diawali saat mereka sama-sama dihukum karena terlambat. Pada pertemuan pertama itu Salsa memang tidak ped...