17

28 25 0
                                    

Happy reading.....💗

*****

"Agar agar ke kantin dulu gue mau beli tisu." Salsa menarik tangan Anggara untuk berbelok menuju kantin.
"Pelan-pelan astaga lu mah." Anggara mencoba mengimbangi langkah Salsa.
"Biar cepet, tar dimarahin bu Ningsih mau lu hah?" Salsa dengan langkah cepat membawa Anggara masuk ke dalam kantin.
"Kan lumayan di luar kelas lama-lama bege." Ya beginilah mereka, akan beradu argument dan tak ada yang mau kalah.
"Diem bisa gak sih hm?" Salsa berhenti melangkah dan mendongak serta menatap tajam pada Anggara.

Anggara meraup wajah Salsa dengan telapak tangannya, "Dasar pendek sok-sok an nakut-nakutin gue." Anggara tersenyum miring.
"Kok ngeselin sih ish." Salsa meninggalkan Anggara dan mendekat pada ibu kantin, membeli tisu lalu kembali pada Anggara.

"Udah ayok cepet!" Salsa akan menarik tangan Anggara lagi namun Anggara menarik balik hingga Salsa terjungkal ke belakang dan kembali mendekat pada Anggara.
"Gak usah sok-sok an merintah gue ok cantik?!" Anggara melepas genggaman tangannya di tangan Salsa. Karena tidak seimbang Salsa pun tidak sengaja menyenggol salah satu bangku kantin, sialnya itu mengenai siku nya yang tadi terluka.

"Aww ck sakit anjir." Umpat Salsa.
Anggara yang awalnya berjalan lebih dahulu kembali menoleh dan mendekati Salsa.
"Kenapa sa?" Tanya Anggara khawatir.
"Enggak ini bekas luka tadi." Jawab Salsa santai.
"Coba gue liat?" Anggara membawa Salsa duduk di salah satu bangku kantin dan memeriksa tangan Salsa yang terluka.

"Ini cuma karena kebentur bangku sampe kek gini? Sensitif banget kulit lu." Ejek Anggara.
"Bukan. Jadi tadi gue kan telat nah gue manjat tembok belakang sekolah, di taman biasa tempat kita." Salsa tersenyum kikuk.
"Astaga sa, makanya jangan suka telat! Kalo gak bisa manjat jangan sok-sok an bisa, jadi cewek sok keras sih lu jdi gini kan?!" Ketus Anggara.

'Bukannya diperhatiin, obatin kek gitu malah dimarahin ish.' batin Salsa.

"Ya maaf sih." Salsa menjawab malas.
"Yaudah sini gue yang obatin, ini harus cepet diobatin tar lu bisa infeksi sa." Anggara mengambil tangan Salsa pelan, sangat hati-hati. Anggara mengambil tisu yang Salsa beli tadi, membersihkan sedikit darah yang keluar disana. Sedangkan Salsa ia hanya tersenyum memperhatikan Anggara. Perhatian yang Anggara berikan membuat jantung Salsa berdegup lebih kencang, senyum tipis yang ia sembunyikan takut jika Anggara mengetahuinya.

"Bentar gue ke UKS dulu minta obat merah ok?! Lu tunggu sini jangan kemana mana!" Anggara beranjak dari duduknya.
"Siap kapten." Salsa memberi gerakan hormat pada Anggara, seperti hormat pada bendera saat upacara.
"Sip pinter." Anggara mengacak rambut Salsa pelan, hal yang hanya Salsa dapatkan dari Anggara dan Leon. Anggara keluar dari kantin untuk mengambil obat merah.

Salsa lupa pada rasa sakitnya. Ia memegang dadanya, merasakan jantungnya yang memompa lebih cepat dari biasanya. Ingin rasanya ia berteriak mengatakan bahwa ia menyukai seorang Anggara, pria menyebalkan yang akhir-akhir ini menjadi penyebab dari senyum dan tawanya.

"Plis gue gak pernah sebahagia ini, bahkan sama ka Leon aja gue gak pernah sampe sebahagia ini." Gumam Salsa pelan. Rasanya banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya, tolong ada apa dengan seorang Salsa Andara si gadis cuek SMA DERLANGGA?

Melihat Anggara yang akan memasuki kantin Salsa pun mencoba bersikap biasa saja.

"Coba sini biar gue obatin." Anggara meraih tangan Salsa dengan sangat hati-hati. Salsa terkekeh geli melihat perlakuan Anggara.
"Lu lain kali hati-hati, jangan sampe lukain diri lu sendiri gini." Anggara mulai memberikan obat merah pada luka Salsa.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang