25

22 7 0
                                    

Happy reading....💗

*****

Kemarin, di depan perpustakaan.

"Model? Model apa ya bu?" Tanya Anggara sopan pada guru muda di depannya, itu Bu Misya. Guru muda yang menyandang status sebagai wali kelas Anggara.

"Model untuk brosur pendaftaran siswa baru, kan sebentar lagi udah masuk tahun ajaran baru." Jelas bu Misya.

"Ah baiklah, saya bersedia bu." Jawab Anggara.
"Baik, besok jam istirahat temui saya di studio fotografi yah!?" Ucap bu Misya.
"Baik bu." Jawab Anggara dengan sedikit menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat.
"Saya pergi dulu." Bu Misya menepuk pelan pundak Anggara, bu Misya lalu berjalan meninggalkan Anggara yg sedetik kemudian memilih meninggalkan tempat tersebut juga.

*****

Hari ini.

"Sa, mau ke kantin?" Tanya Anggara saat bel istirahat baru saja berbunyi.
"Iya gue laper." Jawab Salsa sambil nyengir.
"Tumben amet lu laper?" Heran Anggara.
"Gue gak sarapan tadi." Balas Salsa.
"Oh, yaudah ayok. Eh tapi lu tungguin gue dulu!" Perintah Anggara.
"Tungguin? Emang lu mau ngapain?" Tanya Salsa.
"Ada perlu sama bu Misya." Jawab Anggara, ia mengecek ponselnya.
"Yaudah ayok!" Ajak Anggara, ia lalu berjalan terlebih dahulu saat Salsa masih sibuk dengan beberapa buku yang ia masukkan dalam tas.
"Sabar elah." Titah Salsa.

Setelah dirasa beres Salsa segera mengejar Anggara, tidak tertinggal jauh namun Salsa tetap saja kesal. Ia memang tidak suka menunggu tapi ia lebih tidak suka jika ditinggal dan ia harus mengejar.

"Angga lu jalan jangan cepet-cepet!" Salsa masih berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Anggara.
"Lu nya aja yang lama." Balas Anggara.

Berjalan di koridor dengan tangan sebelah kanan dimasukkan dalam saku celana, tangan kiri memegang ponselnya, baju yang Anggara sengaja keluarkan, anak ini kadang terlihat rapih tapi kadang berubah jadi preman sekolah. Tapi bagaimanapun penampilannya ia tetap menjadi idaman para siswi SMA DERLANGGA. Di sebelahnya Salsa berusaha mengimbangi langkah Anggara, rambut yang dikuncir kuda serta jepit rambut berbentuk bunga matahari yang tersimpan rapi di poni sampingnya.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Salsa lelah.
"Ke studio fotografi." Jawab Anggara singkat.
"Kok?" Salsa menghentikan langkahnya.
"Iya, ayok cepet gak usah protes." Anggara mengambil tangan Salsa dan membawanya agar berjalan lebih cepat.
"Ck Angga gue laper." Kesal Salsa saat ia dipaksa berjalan lebih cepat.

Disini mereka sekarang, di depan sebuah ruangan dengan pintu berwarna coklat dan ada papan persegi menempel pada pintu itu yg bertuliskan Studio Fotografi.

"Lu tunggu sini bentar yah!?" Pinta Anggara.
"Iya jangan lama-lama!" Peringat Salsa.
"Iya iya."
Anggara masuk kedalam studio sedangkan Salsa memilih duduk di kursi panjang yang tersedia di depan studio.

*****

"Permisi bu."
"Oh Anggara." Bu Misya berjalan mendekat pada Anggara.
"Jadi saya harus apa bu?" Tanya Anggara to the point
"Maaf Anggara, tapi partner kamu tidak hadir, dia sakit." Tutur bu Misya dengan sirat tidak enak hati pada Anggara yang meluangkan waktu untuk kesini.
"Partner? Siapa bu?" Tanya Anggara penasaran.
"Ariska Radita anak kelas 10 Ipa." Jawab bu Misya yang diikuti oleh senyum.
"Ariska? Saya tidak kenal bu." Ungkap Anggara.
"Iya memang, dia cantik dan cukup berprestasi di kelasnya. Itu sebabnya kenapa saya pilih dia sebagai pasangan kamu." Jelas bu Misya.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang