12

41 31 0
                                    

Happy reading.....💗

****

Beberapa hari belakangan Salsa dan Anggara mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Tanpa sepengetahuan Anggara, Salsa dekat dengan seseorang. Reffano, anak 11 Ips 3 teman kelas Erin lebih tepatnya. Beberapa hari ini Salsa sering mendapat chat dari Reffano, menurut Salsa chat biasa saja sebagai teman tapi akhir-akhir ini Salsa rasa ini terlalu jauh jika hanya dikatakan sebagai teman biasa. Reffano juga sempat menanyai tentang status percintaan Salsa atau tipe pria idaman seperti apa yang Salsa mau. Salsa tidak risih saat dengan Reffano mungkin malah terlalu asik sampai sifat galaknya pada pria hilang saat ia mengobrol dengan Reffano. Salsa pikir mungkin ini saatnya ia membuka hati dan move on dari Leon yang jelas tidak mungkin ia miliki.

Tapi takdir sepertinya kembali mempermainkan Salsa. Saat jam istirahat pertama, Salsa tidak sengaja melihat Reffano bersama seorang wanita. Entah wanita itu siapa tapi yang jelas mereka terlihat sangat mesra. Salsa kembali dikecewakan. Mungkin setelah ini ia akan menutup hatinya rapat-rapat.

Ia tidak mungkin melabrak Reffano lalu menuntut penjelasan, untuk apa itu ia lakukan. Mungkin itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Salsa sadar ia bukan siapa-siapa, ia hanya seorang gadis yang terlalu banyak berharap bahkan pada hal yang tidak pasti. Salsa menghela nafas dalam lalu tersenyum.

"Udah ah lagian gue kenapa jadi gini sih? Perasaan dulu gue paling anti sama cowok. Balik ke opini awal ca, semua cowok itu sama ok!" Salsa berkata pada diri sendiri.
"Kata siapa? Gak semua cowok itu sama." Suara itu membuat Salsa terkejut dan reflek ia berbalik.
"Anggara?" Salsa melebarkan matanya.
"Kenapa? Kaget?" Anggara tersenyum jail.

"Udah ah gue mau ke kelas." Salsa berjalan mengabaikan Anggara yang masih mengekorinya.

Sepanjang perjalanan Salsa berjalan dengan Anggara di belakangnya. Salsa berhenti untuk memperbaiki tali sepatunya yang lepas.
"Sa, tadi itu siapa?" Tanya Anggara saat Salsa sibuk memperbaiki tali sepatunya.
Salsa menghentikan aktivitasnya lalu menghela nafas pelan kemudian berdiri tegak saat tali sepatunya sudah rapi.
"S-siapa?" Tanya Salsa sedikit gugup.
"Yang lu liat di kantin bareng cewek." -Anggara.
"Oh itu." Jawab Salsa malas, ia berjalan santai meninggalkan Anggara yang menunggu jawaban.

"Lah anjir jawab dodol!" Anggara mensejajarkan langkahnya dengan Salsa.
"Gak penting juga." Salsa tersenyum pada salah seorang murid yang melemparkan senyum padanya.
"Gak penting tapi lu keliatan kecewa banget sama dia." Mereka sampai di kelas, keadaan kelas yang ramai membuat mood Salsa berantakan.
"Udah ah jangan bahas." Ketus Salsa.
"Anjir yaudah lah lu mode serem." Anggara meninggalkan Salsa yang memilih duduk untuk membaca novel.

*****

"Dikecewakan oleh harapan sendiri, dipatahkan oleh mimpi sendiri, dijatuhkan oleh usaha sendiri. Aku yang terlalu berharap atau dia yang memang menaruh harap?
Ingin marah tapi tidak punya hak
Sadar diri bahwa aku bukan siapa-siapa
Dalam sudut pandangku dia berlian
Dalam sudut pandangnya aku hanya batu kerikil.
Hal sepele ku anggap spesial, percaya dia seperti itu pada semua orang.
Tak perlu merasa dispesialkan karena pada dasarnya aku hanya salah satu dari jutaan orang yang ia suguhkan perlakuan manis."

Jakarta, 2019.
Salsa Andara.

Menghela nafas lelah Salsa menatap ke atas langit. Kemudian menjatuhkan pandangan pada rumput yang bergerak karena tiupan angin.

"Hei." Kedatangan Anggara yang mengejutkan tentu saja membuat Salsa geram.
"Ish lu apa-apa an sih ngagetin aja." Protes Salsa.
"Lu sih ngelamun aja, nih makan!" Anggara menyodorkan 2 bungkus roti coklat.
"Gue gak laper." Salsa sempat menoleh untuk melihat roti di genggaman Anggara, namun sedetik kemudian ia kembali menatap kosong pada rumput yang tertiup angin.
"Emang kalo makan harus nunggu laper?" Tanya Anggara, Salsa tau Anggara tidak sebodoh itu.
"Kalo gue sih bakal makan kalo laper." Jawab Salsa singkat.

"Yaudah nih minum aja." Anggara menyodorkan sebotol air mineral.
"Gue gak haus, tapi gue pengen minum." Salsa mengambil botol air mineral itu.
"Yeee dasar cewek aneh." Gerutu Anggara.
"Kok lu tau gue disini?" Tanya Salsa.
"Tempat lu kan di kelas, gue tadi ke kelas lu gada jadi gue pikir lu pasti disini." Jawab Anggara.

Hening antara keduanya. Salsa masih termenung menatap kedepan.
"Anjir lagi galau lu ye?" Rupanya tanpa Salsa sadari Anggara membaca beberapa kata yang ia tulis di buku dairy nya tadi.
"Eh apaan sih." Salsa segera merebut buku itu dan menutupnya rapat-rapat.
"Udah ah gak cocok lu galau." Anggara mengambil botol air mineral lalu meneguk isinya.

"Hm iya." Balas Salsa malas.
"Lu galau karena Leon apa cowok tadi?" Tanya Anggara.
"Ih apa sih kaga." Elak Salsa.
"Tuh cowok ngapain sih? Dia apain lu?" Anggara menginterogasi.
"Gada, gue nya aja yang terlalu berharap. Ya salah dia juga ngapain deketin kalo gak macarin. Gue udah mau buka hati padahal." Jelas Salsa.
"Oh jadi gitu, yaudah sih cowok banyak di dunia, itu tadi pacar dia?" -Anggara.
"Iya lah udah mesra gitu masih nanya lu." Jawab Salsa ketus.
"Santai kali heran gue ama lu, tenang sih mbak lebih cantik lu kok dari tuh cewek." Ucap Anggara.
"Gue gak nanya sih." Balas Salsa dingin.

"Gue serius, dia deketin lu padahal dia udah ada pacar, fix playboy tuh cowok mah. Dia cuma pengen permainin cewek, paling cewek tadi bentar lagi ditendang ama tuh cowok." Ujar Anggara santai.
"Lu paham bener ye?" Salsa menoleh pada Anggara.
"Iyalah, kalo masalah cowok lu tanya aja sama gue. Asal lu jangan tanya jodoh lu siapa, itu gue gak tau." Anggara tertawa kecil.
"Hm ok, kalo cowok yang tiap hari ngajak berantem bikin emosi mulu itu tandanya dia kenapa? Kekurangan obat yah? Atau dia pasien RSJ yang kabur?" Tanya Salsa.
"Oh itu sih dia mau jadi moodboster lu tapi ternyata dia salah." Jawab Anggara.
"Gue lagi bahas lu anjir." Salsa memutar bola mata malas.
"Iya gue tau, dan itu tujuan gue." Anggara beranjak dari duduknya setelah mengatakan itu. Sedangkan Salsa ia diam, entah ada apa dengannya. Kenapa Anggara mengatakan hal semacam itu? Hal seperti ini bisa membuat Salsa merasa ingin terbang, sebahagia ini kah dia sekarang? Hei Salsa jangan lupa dia hanya ingin menjadi moodboster karena dia adalah temanmu.

"Sa, ayo ke kelas." Ajak Anggara.
"Iya ayok." Salsa tersadar dari lamunan singkatnya, ia berjalan mengekori Anggara. Sesekali ia menatap punggung Anggara lalu tersenyum kemudian kembali menunduk.

Perasaan macam apa ini? Salsa merasa canggung sekarang. Ia jadi tidak fokus pada penjelasan guru didepan kelas. Anggara hanya mengatakan ingin jadi moodboster bukan mengobati lukanya. Salsa memainkan pulpen nya, sesekali ia menggigit ujung pulpennya. Perasaannya kacau sekarang. Bahkan saat Anggara mengantarkannya pulang rasanya suasana ini berbeda dengan saat biasanya ia berboncengan dengan Anggara. Bahkan sampai di depan ruko tempat biasa ia turun pun ia masih melamun hingga lamunannya disadarkan oleh Anggara yang memanggilnya dan menyuruhnya turun dari motor.

"Udah sono pulang lu, jangan sedih lagi ok?!" Anggara tersenyum pada Salsa yang dibalas anggukan lalu senyum tipis oleh Salsa.

Hari ini aneh, Salsa harus segera menormalkan dirinya. Ia harus menyadarkan dirinya bahwa Anggara hanya sahabatnya tidak lebih.

Hello votment nya yok
Gomawo and saranghaeyo 💗💗

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang