13. Side story : Erin

38 25 0
                                    

Happy reading....💗

*****

Jakarta, 2017

Salsa mengedarkan pandangannya. Tempat baru, orang baru, suasana baru, Salsa harap ini bisa jadi lebih baik dari zona sebelumnya. Duduk termenung sendiri tanpa berani memulai percakapan dengan orang baru yang ada disekelilingnya. Salsa menatap miris bangku kosong disampingnya, sejak tadi ia duduk disini tidak ada seorang pun yang berniat untuk duduk sebangku dengannya. Salsa pikir itu tidak masalah, ia bisa duduk tanpa seorang teman bangku, sama seperti saat dia SMP. Salsa mengeluarkan buku novelnya, ia mulai membuka halaman yang akan ia baca. Hal ini ia lakukan untuk menutupi kecanggungannya disini, mencoba mengabaikan orang sekitar dan memilih fokus pada novelnya.

"Hai, boleh duduk disini?" Salsa mendongak untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara saat ini.
"Oh boleh. Silahkan." Salsa tersenyum samar pada orang itu yang dibalas senyum lebar gadis dengan rambut sebahu dan poni yang tertata rapi.
Gadis itu meletakkan tasnya diatas meja lalu memposisikan dirinya duduk di bangku samping Salsa.

"Kenalin gue Erin Chelica, panggil aja Erin." Erin mengulurkan tangannya pada Salsa yang disambut oleh Salsa dengan uluran tangan.
"Salsa Andara." Jawabnya singkat.
"Nama yang bagus, jadi gue panggil Salsa?" Salsa hanya menjawab dengan anggukan.

Menjadi teman sebangku membuat Salsa dan Erin semakin hari semakin akrab. Salsa yang notabene adalah anak pendiam cuek dan tidak peduli pada sekitar lambat laun mulai tertular sifat Erin. Erin seorang gadis yang ceria dan cerewet, hampir setiap hari ia punya topik untuk dibicarakan. Tiada hari tanpa senyum, Salsa pikir mungkin Erin tidak pernah punya masalah sepertinya.

Salsa yang tidak betah ke kantin pun berubah saat ia mengenal Erin. Erin selalu mengajaknya ke kantin saat istirahat, Salsa pikir kantin tidak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Menurutnya kantin tempat paling membosankan, isinya hanya antrian panjang dan desakan para siswa yang akan menikmati sarapan mereka di kantin. Salsa benci saat ia harus berdesakan.

"Sa, pulang bareng?" Tanya Erin saat Salsa mengemasi buku nya ke dalam tas.
"Eum boleh deh." Jawab Salsa.
"Jadi nginep?" Salsa ingat Erin mengajaknya untuk menginap di rumah Erin kemarin. Salsa sering menginap di rumah Erin karena Erin hanya tinggal dengan seorang pembantu dirumahnya. Kedua orang tua Erin berada di luar negeri. Salsa suka saat menginap di rumah Erin, karena ia merasa memiliki teman untuk bercerita dan paling ia suka adalah saat ia dan Erin melakukan ritual masak di dapur. Menciptakan resep makanan yang membuat mereka tertawa saat makanannya matang dan ketika di cicipi rasanya aneh.


Salsa memilih naik taksi untuk pulang. Tentu saja karena ia bersama Erin. Erin yang notabene anak orang kaya mana mungkin mau saat diajak naik angkutan umum. Salsa senang berteman dengan Erin, saat ada masalah ia tak pernah bercerita pada siapapun sekalipun pada Erin. Ia akan mencoba menghibur diri dengan caranya sendiri.
"Rin gue mau pulang dulu, mau pamit sama bunda." Saat ini mereka berada dalam taksi yang membawa mereka menyusuri jalan di Jakarta.
"Iya Sa gue juga kangen sama bunda pengen ketemu hehehe..." Erin merapikan poninya, hal yang selalu Erin jaga agar tetap terlihat rapi.

10 menit berlalu, di depan rumah sederhana dengan tembok bercat putih dan paduan warna biru muda taksi yang membawa Erin dan Salsa berhenti. Setelah membayar ongkos taksi Erin dan Salsa masuk ke dalam rumah Salsa.

"Assalamualaikum bunda." Salsa sedikit berteriak.
"Waalaikumsalam, eh ada Erin?" Ibu Salsa keluar dari dapur dengan tergesa gesa untuk menyambut Erin dan Salsa yang datang.
"Iya bunda." Erin mengikuti Salsa mencium tangan ibu Salsa.
"Yaudah Salsa ganti baju sana! Bunda siapin makan siang dulu." Ibu Salsa tersenyum pada Salsa.
"Iya bunda." Salsa dan Erin berjalan masuk ke dalam kamar Salsa.

Makan siang sederhana dengan beberapa obrolan ringan serta selingan candaan antara Salsa, bunda dan Erin selesai setelah beberapa menit berlalu. Salsa mengemasi beberapa barang yang mungkin akan ia perlukan saat di rumah Erin. Hanya semalam tapi tetap saja ada beberapa hal penting yang wajib ia bawa. Headset, sebuah buku novel yang sudah ia pilih, selimut kesayangan, alat tulis, beberapa buku paket dan LKS yang ia pakai besok di sekolah, dan jangan lupakan seragam sekolah yang harus ia pakai besok. Menurut Salsa ini hanya beberapa barang yang sangat penting dan wajib sekali ia bawa, sedikit tapi kenapa ranselnya terlihat sangat penuh? Tanpa berfikir lebih jauh Salsa membawa tas ransel itu ke ruang tamu. Oh jangan lupakan tas hitam berukuran sedang yang selalu ia pakai ke sekolah. Erin dan bunda menunggu Salsa dengan diisi perbincangan ringan diantara keduanya. Saat Salsa keluar kamar ia mendengar bunda dan Erin tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan.

"Yuk rin gw udah siap nih." Ajak Salsa saat ia sampai di ruang tamu.
"Yaudah bunda Erin pamit dulu yah, Erin pinjem dulu anak gadis bunda ini hahaha..." Salsa memukul pelan lengan Erin.
"Yaudah bunda Salsa pamit yah." Salsa mencium tangan bundanya dan diikuti oleh Erin.
"Hati-hati di jalan." Bunda mengelus puncak rambut Salsa penuh kasih sayang.

Menggunakan taksi menuju rumah Erin hanya butuh waktu sekitar 15 menit. Saat sampai di rumah Erin mereka segera masuk ke dalam kamar. Disini Salsa dan Erin akan menghabiskan waktu mereka dengan diisi beberapa curhatan antara keduanya.

Sekarang Salsa dan Erin tengah menikmati tayangan di tv dengan ditemani beberapa snack yang sudah mereka beli saat perjalanan ke sini.

"Sa, lu sama ka Leon gimana?" Erin masih fokus pada tv dan menikmati snack yang dibeli tadi.
"Gue sama ka Leon," Salsa menjeda ucapannya. "Ya gitu rin, ka Leon cuma nganggep gue adeknya. Gue gak masalah sih rin tapi gue seneng kok seenggaknya bisa deket sama dia." Lanjutnya kemudian ia tersenyum mencoba meyakinkan Erin bahwa dia baik-baik saja.
"Aaaaa semangat Salsa, gue doain nanti ka Leon bisa suka sama lu." Erin memeluk Salsa.
"Iya rin. Udah ah gak usah bahas ginian." Salsa melepas pelukan singkat itu.

"Eh Sa, gue ada suka sama orang, tapi gue masih cari tau sih dia udah punya pacar apa belum." Ungkap Erin.
"Hah? Siapa nih? Gue kepo rin." Tanya Salsa antusias.
"Tau Erland anak kelas 11 IPS 2?" Tanya Erin.
"Anjir iya tau, dia kan ketua osis rin, semua orang pasti tau lah." Ujar Salsa.
"Hehehe....cakep banget dia sa, gue kemaren kan ngumpulin karya tulis yah ke ruang osis, terus yang nerima karya tulis gue dia sa, dia puji karya tulis gue woy." Ucap Erin antusias, Salsa dapat melihat dari sorot mata Erin, dia bahagia.

"Gila hobi lu suka sama kakel yah." Salsa tertawa setelah mengatakan ini.
"Iya lah gue gak mau sama yang satu angkatan apalagi adek kelas." Balas Erin.
"Iya sih gue juga hahaha...."

Sederhana, hanya candaan ringan tapi sangat berharga bagi Salsa. Erin yang notabene gadis periang dan ceria berhasil memberikan warna bagi hidup Salsa. Rasanya Salsa tidak ingin kehilangan sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara kandung ini. Melihat Erin bahagia, itu yang Salsa mau. Mungkin bila suatu saat ada yang harus ia korbankan demi kebahagiaan Erin, Salsa akan melakukannya. Tak masalah jika ia harus tersakiti jika Erin bahagia ia juga ikut bahagia. Begitulah Salsa, bisa dibilang terlalu baik sampai lupa jika dirinya juga butuh kebahagiaan. Kebahagiaan orang lain lebih penting baginya.

Hai, sorry slow up
Jangan pelit votment yah:)
Gomawo and saranghaeyo 💗💗

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang