04

66 39 11
                                    

Happy reading....💗

Jam pertama hari ini adalah pelajaran matematika. Bu Ningsih menjelaskan materi di depan kelas. Sedangkan Salsa sibuk dengan pikirannya, sesekali ia memperhatikan lamat-lamat gelang pemberian Leon kemudian ia tersenyum samar. Sebahagia itukah Salsa sekarang? Sampai fokusnya tersita pada gelang itu dan mengabaikan penjelasan bu Ningsih.

"Eh garem kenapa lu senyum-senyum?" Suara Anggara mengagetkan Salsa, Salsa yang semula tersenyum kini mengganti ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Enggak gak papa." Salsa mengambil buku tulisnya dan mulai menulis, bukan pelajaran hanya sebait sajak yang tiba-tiba terlintas di pikirannya.

Salsa perhatikan Anggara terlihat malas-malasan mendengarkan penjelasan dari bu Ningsih, pasti anak ini tergolong anak pemalas dan memiliki nilai yang rendah. Salsa pikir mungkin dia pindah dari Tunisia karena disana ia tidak lagi diterima karena nilainya yang terlalu rendah. Astaga membayangkannya saja Salsa terkekeh geli.

"Lu aneh, kenapa sih? Biasanya juga diem aja fokus sama pelajaran. Kenapa sekarang suka senyum-senyum terus ketawa gak jelas?" Tanya Anggara dengan volume kecil takut-takut ketahuan bu Ningsih.

"Enggak gak papa." Jawab Salsa kemudian ia kembali terkekeh pelan.
"Oh gue tau, pasti karena sekarang lu sadar kan kalo gue itu tampan." Ucap Anggara sedikit berbisik namun disitu ada kesan percaya diri, sangat malah.

"Dih apaan kaga lah. Udah jangan ngurusin gue fokus aja sama pelajaran." Salsa kembali menulis sesuatu di bukunya.
"Dih gak jelas." Anggara kembali memperhatikan penjelasan bu Ningsih.

Kini Salsa mencoba ikut fokus pada pelajaran, tapi kenapa penjelasan bu Ningsih terasa membosankan sekarang? Rasa kantuk, mata yang tak sabar ingin dipejamkan, dan kepala yang terasa sangat berat. Ingin sekali Salsa merebahkan kepalanya di meja nya. Namun ia masih berusaha menahan diri agar tidak tidur di jam pelajaran bu Ningsih, tidur di jam pelajaran bu Ningsih sama saja dengan bunuh diri. Hukuman yang diterima mungkin lebih berat dari pada membersihkan lapangan basket.

Sedikit demi sedikit kepala Salsa mulai turun dan kini sudah benar-benar menyentuh meja dengan buku sebagai alasnya. Mungkin ini akibatnya karena semalam ia begadang, begadang demi membaca sebuah novel merupakan hal biasa bagi Salsa.

"Sa, Salsaa? Sasa garem bangun!!" Salsa merasakan tubuhnya diguncang pelan, dari suaranya Salsa dapat mengenali siapa pelakunya.

"Apa sih gue ngantuk." Balas Salsa dengan mata yang masih terpejam dan kepala yang enggan terangkat.
"Lu begadang?" Sudah tau Salsa sedang mengantuk, kenapa anak ini malah mengganggunya? Sangat menyebalkan bagi Salsa saat ia mengantuk seperti ini tapi ada saja yang mengganggu tidurnya.

Salsa mengangkat kepalanya dan menghadap Anggara.
"Gue semalem begadang karena baca novel 500 halaman lebih, dari jam 23.00 sampai 03.00, disitu emosi gue dipermainkan naik turun kadang nangis kadang ketawa. Sekarang gue ngantuk mau tidur dan lu tolong jangan ganggu." Salsa mengatakan kata-kata ini dengan tempo cepat namun ekspresinya datar kemudian kembali merebahkan kepalanya di meja dan apa lagi? Tentu saja memejamkan mata.

Sedangkan Anggara menatap tak percaya atas tingkah Salsa.
Salsa menyadari ada sesuatu datang didepannya. Ia membuka mata, dapat ia lihat tangan Anggara yang terulur menutup tirai jendela agar matahari tak mengganggu tidurnya kemudian LKS yang anggara pegang untuk menutupi Salsa agar tidak diketahui oleh bu Ningsih. Salsa tersenyum samar dan melanjutkan tidurnya. Sebenarnya Anggara tidak seburuk itu, ada sisi baik hati dalam dirinya.

"Anggara." Panggil bu Ningsih yang justru membangunkan Salsa dari tidur singkatnya.
Salsa memperbaiki posisinya dan bersikap biasa saja.

"Iya bu?" Jawab Anggara.
"Kamu maju kedepan dan kerjakan soal di halaman 123 nomor 4 yah. Ayo maju cepat." Bu Ningsih dengan nada tegas.
"Baik bu." Anggara berjalan ke depan kelas mengambil spidol dan mulai mengerjakan, dari sini Salsa dapat melihat bagaimana cara anak itu mengerjakan soal dari bu Ningsih. Yang Salsa lihat cara anak ini mengerjakan tugas berbeda dengan apa yang bu Ningsih jelaskan tadi, Salsa memang tertidur tapi sebelum tidur ia sempat mendengarkan penjelasan bu Ningsih.

Anehnya Anggara dengan lancar mengerjakan tugasnya dan dengan senyum percaya diri ia kembali ke bangkunya. Salsa tak habis pikir bagaimana bisa anak ini mengerjakan soal serumit ini padahal ia sejak tadi tidak mendengarkan penjelasan bu Ningsih, apalagi ia mengerjakan dengan cara dan rumus yang berbeda.

"Kok bisa?" Gumam Salsa bingung.
"Apanya?" Anggara menoleh pada Salsa.
"Enggak." Salsa kembali bersikap dingin, Salsa yakin jawaban Anggara ini akan disalahkan oleh bu Ningsih karena menggunakan rumus yang berbeda.

Bu Ningsih memeriksa jawaban Anggara. "Waw luar biasa, bagaimana kamu bisa mengerjakan ini dengan jenius Anggara?" Bu Ningsih bertanya dengan senyum bangga.
"Saya hanya menggunakan rumus lain bu, dan rumus itu juga saya dapat dari rumus yang ibu kasih hanya saja susunannya yang berbeda." Jelas Anggara, Salsa akui anak ini sepertinya memang pintar bukan pintar tapi cerdas.

"Iya ibu tau tapi coba anak-anak yang lain mungkin hanya akan memakai rumus yang ibu kasih." Mendengar ucapan bu Ningsih Salsa merasa seperti orang bodoh sekarang.

"Menurut saya jika saya memakai rumus yang ibu kasih itu sama saja hanya menyalin bu, dan saya pikir mungkin dengan gaya yang berbeda maka ada tantangannya tersendiri bagi saya pribadi." Jawaban se bijak ini dari mana Anggara dapatkan? Salsa melebarkan matanya, ya Salsa kagum dengan jawaban Anggara. Ingat! Hanya sekedar kagum dengan jawabannya!!

"Hebat, satu lagi anak yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata di kelas ini. Salsa dan Anggara kalian mungkin sudah sangat akrab yah kan duduknya sebangku. Jadi nanti ketika ada olimpiade matematika ibu akan memilih kalian berdua, sebaiknya kalian sambil sesekali belajar bersama, dan Salsa kamu bisa belajar memodif rumus seperti Anggara." Salsa tentu saja terkejut, ia harus belajar dengan si menyebalkan ini. Masalah baru muncul, kapan hidup Salsa akan tenang dan jauh dari Anggara? Salsa menoleh pada Anggara sedangkan Anggara hanya tersenyum ke arahnya. Salsa memutar bola mata malas.

Pelajaran berakhir dan ini saatnya kantin diramaikan oleh siswa dan siswi SMA DERLANGGA. Berbeda dengan yang lain Salsa justru menghabiskan waktunya di kelas dengan kegiatan tidurnya yang tadi belum tuntas.

"Sa, nih minum!" Anggara menyodorkan sebotol air mineral.
"Iya taro aja gue mau tidur." Salsa masih dengan matanya yang terpejam.
"Lagian lu gak ada kerjaan banget begadang cuma buat novel, gila lu." Titah Anggara.
"Lu bilang gue gila? Lu gak tau aja gimana serunya masuk dalam dunia fiksi." Salsa mengangkat kepalanya dan mulai meminum air mineral yang dibawakan oleh Anggara.
"Iya karena gue gak suka baca gituan." Balas Anggara.

"Yaudah lu diem gue mau tidur." Salsa kembali melanjutkan tidurnya.
Anggara menggelengkan kepala pelan dan memilih meninggalkan Salsa. Entah dia mau kemana sekarang.

Hello readers, gimana nih menurut kalian? Garing yah? Hm sorry author nya gak jago hehehe....
Jangan bosen baca yah
Votment kalian sangat berharga bagi author, so tap bintang di bawah ka xixixi....
Gomawo and Saranghaeyo 💗💗

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang