Happy reading....💗
Ini masih pagi dan Salsa sudah dipanggil ke ruang guru. Entah untuk apa ia harus masuk ke ruang guru bersama Anggara. Salsa berjalan mengekori Anggara ia malas jika harus berjalan berdampingan karena mungkin ia akan jadi bahan gosip pagi ini jika itu terjadi.
"Selamat pagi bu." Sapa Anggara pada bu Ningsih saat mereka sampai di ruang guru. Di ruangan ini hanya bu Ningsih yang Salsa temukan mungkin guru yang lain sudah masuk kelas untuk mengajar.
"Pagi Anggara." Balas bu Ningsih lalu ia juga memberi senyuman pada Salsa.
"Ada apa ya bu? Apa ada nilai saya yang kosong?" Tanya Anggara sedangkan Salsa hanya diam saja karena ia pikir Anggara sudah cukup untuk mewakilinya."Coba duduk dulu biar enak." Anggara dan Salsa mengikuti bu Ningsih yang berjalan ke arah ruang tamu yang biasa digunakan saat ada wali murid datang menemui kepala sekolah atau sebagainya.
Ini pertama kalinya Salsa disini, sebelumnya ia tidak pernah masuk ke ruang guru oh tidak dia pernah masuk ke ruang guru saat ia datang untuk mendaftar bersama ibunya.
"Jadi begini, ibu mau kalian mewakili SMA DERLANGGA untuk ikut olimpiade matematika tingkat nasional." Bu Ningsih tersenyum penuh harapan setelah mengucapkan ini.
Anggara membalas dengan senyum percaya diri sedangkan Salsa hanya mengernyitkan dahi, Salsa mengikuti olimpiade? Apa tidak salah?
"Ibu yakin? Kita anak Ips bu, kenapa gak anak Ipa aja bu?" Salsa bukannya menolak tapi ia pikir anak Ipa mungkin lebih mendalami matematika ketimbang dirinya.
"Ini keputusan ibu buat penuh pertimbangan, ibu yakin kalian bisa." Bu Ningsih masih berharap Salsa dan Anggara akan bersedia, dapat Salsa lihat dari sorot mata dan senyum bu Ningsih yang penuh harap pada dirinya dan Anggara."Iya bu kami bersedia." Ucap Anggara penuh keyakinan, Salsa membulatkan mata mendengar jawaban Anggara, bagaimana bisa ia menjawab seperti itu?
"Bagaimana Salsa?" Tatapan penuh harap dapat Salsa lihat dari mata bu Ningsih saat bu Ningsih menatapnya menunggu jawaban.
"I–iya bu saya bersedia." Salsa ikut tersenyum saat bu Ningsih tersenyum mendengar jawabannya."Kalian bisa belajar bersama yah, kalo ada kesulitan tanya aja ke ibu gak usah sungkan-sungkan." Salsa dan Anggara mengangguk bersamaan sebagai jawaban.
"Yasudah sekarang kalian boleh kembali ke kelas." Bu Ningsih kembali tersenyum, sepertinya bu Ningsih sudah sangat percaya pada Anggara dan Salsa.Salsa dan Anggara meninggalkan ruang guru. Seperti sebelumnya Salsa berjalan mengekori Anggara. Hening diantara keduanya, mungkin sibuk dengan pikirannya masing-masing. Salsa mempercepat langkahnya kemudian mensejajarkan langkahnya dengan Anggara.
"Lu kok tadi tiba-tiba jawab gitu?" Tanya Salsa tib-tiba.
Anggara menghentikan langkahnya lalu menghembuskan nafas pelan kemudian membalik badannya menghadap Salsa.
"Apa? Gue salah lagi?" Anggara melipat tangannya di dada.
"Y–ya enggak, maksud gue kok lu yakin banget gue mau?" Tanya Salsa menginterogasi.
Anggara menghela nafas kemudian ia mengulurkan tangan untuk menyentil kening Salsa.
"Aww sakit bege." Salsa memegang keningnya.
"Lagian lu aneh, gak mungkin kan lu nolak permintaan guru?" Anggara menaikkan sebelah alisnya tanpa menunggu jawaban selanjutnya Anggara justru memilih melanjutkan langkahnya.Salsa masih diam ditempat dan mengelus keningnya itu, beberapa detik kemudian dia baru melanjutkan langkah berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya dengan Anggara.
"Agar agar tunggu!" Salsa berhasil mengimbangi langkah Anggara, mereka berjalan berdampingan.
"Mulai hari ini kita harus sering belajar bareng." Ucap Anggara santai.
Salsa mengambil 2 bungkus permen karet dari sakunya lalu ia berikan satu untuk Anggara.
"Iya iya, belajar di kelas aja tapi yah." Salsa mengunyah permen karetnya.
"Ya enggak lah, lu harus ke rumah gue." Tegas Anggara.
"Eh gue gak bisa." Balas Salsa.
"Yaudah berarti gue ke rumah lu." Pukas Anggara."Eh jangan ke rumah gue, kita ketemuan aja dimana gitu ok?" Tawar Salsa.
Anggara berfikir sejenak dan akhirnya di setujui.****
Siang ini di Jakarta.
14.00 wibSesuai perjanjian Anggara dan Salsa akan bertemu di Specta caffe. Salsa mengayuh sepedanya, jalan cukup sepi membuat Salsa mengayuh sepedanya tanpa rasa khawatir akan terjadi sesuatu.
Sampai di caffe Salsa memarkirkan sepeda kesayangannya. Dengan setelan hoodie biru over side nya yang dipadukan dengan celana jeans serta sneaker putih lalu rambut yang ia cepol, karena Salsa tipikal wanita yang tidak suka ribet jadi ia memilih mencepol rambutnya, simpel bukan? Dia melangkah masuk, mengedarkan pandangan ke penjuru caffe. Dari sini ia dapat melihat Anggara dengan setelan hoodie hitam dan topi yang senada dengan hoodienya dan sudah pasti ponsel ditangannya.
"Ayo mulai cepet waktu kita cuma sejam." Salsa mengeluarkan buku matematika yang ia bawa serta kalkulator ilmiahnya dan tidak lupa alat tulisnya juga.
"Etdah baru juga nyampek, gak capek lu?" Anggara meletakkan ponselnya di atas meja.
"Ck ayok cepet mulai." Ketus Salsa.
"Yaudah mulai dari mana nih?" Anggara ikut mempersiapkan alat tulisnya.
"Terserah aja sih." Salsa membolak balikkan halaman mencari materi yang akan mereka pelajari.
"Gini aja, lu coba pahamin sendiri nanti kalo gak ngerti boleh tanya kalo gue juga gak ngerti kita tanya ke bu Ningsih besok, gimana?" Tawar Anggara.
"Boleh deh." Salsa masih mencari materi mana yang akan ia pelajari.Beberapa menit hening, mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Salsa menemukan kesulitan mungkin Anggara bisa membantunya.
"Agar agar ini gimana?" Salsa menunjukkan poin yang ia tidak pahami.
"Oh itu, jadi ini lu pahamin soalnya dulu terus lu liat kira-kira ini pake rumus yang mana." Jawab Anggara.
"Kenapa harus soal cerita sih? Gue males kalo udah nemu gini." Salsa kesal saat mendapati soal berupa cerita, pasalnya ia harus memahami soalnya kemudian sibuk mencari rumus mana yang harus ia pakai.
"Yaudah tinggal lu cari terus masukin angka ke rumusnya, simpel kan?" Anggara melanjutkan kegiatannya.
"Agar agar gue mau belajar cara lu." Ucap Salsa."Cara gue?" Tanya Anggara bingung.
"Iya, yang rumusnya di balik-balik gitu." Salsa menutup bukunya.
"Oh itu yaudah sini gue ajarin." Anggara mengambil kertas kosong.Beberapa menit Salsa menyimak penjelasan dari Anggara. Ia awalnya berfikir ini mudah tapi kenapa saat Anggara menjelaskan rasanya sangat sulit, mana mungkin Salsa bisa.
"Jadi gitu, paham gak?" Anggara mengangkat kepalanya menatap Salsa.
"Hehehehe enggak." Salsa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hadeuh dasar lemot." Anggara kembali mengambil kertas kosong dan menjelaskan ulang, sepertinya Anggara harus ekstra sabar mengahadapi Salsa."Jangan bilang gue lemot." Salsa mempoutkan bibirnya ia kesal saat orang-orang memanggilnya begitu.
"Kan fakta, udah ayo cepet lanjut biar lu pinter kek gue." -Anggara.Anggara menjelaskan kembali dan Salsa benar-benar fokus memperhatikannya. Salsa harap ia akan cepat mengerti dan tidak merepotkan Anggara lagi untuk mengajarinya. Sore ini di Specta caffe Anggara dan Salsa menghabiskan waktu dengan buku matematika mereka diselingi candaan antara keduanya. Jika melihat keadaan saat ini rasanya tidak akan ada yang percaya bahwa sebelumnya mereka layaknya Tom and Jerry.
Jam menunjukkan angka 16.00 dan Salsa harus segera pulang, mungkin ibunya khawatir. Harusnya ia pulang tepat jam 15.00, ia telat satu jam karena terlalu ambisi memahami penjelasan Anggara. Salsa mengayuh sepedanya menyusuri jalan raya dan menikmati keindahan sore hari ini, namun ia sedikit kecewa karena hari ini ia harus absen menemani senja datang dan pergi di taman kompleks tempatnya biasa berada saat senja.
Hai gimana nih? Garing? Maaf authornya lagi ada something jadi g maksimal fokusnya ke cerita ini hehehe mianhae.
Votmentnya ka✨
Gomawo and saranghaeyo 💗💗

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
RandomAnggara Putra Bhakti, siswa baru di SMA DERLANGGA. Duduk sebangku dengan gadis bernama Salsa Andara, si gadis pecinta novel. Pertemuan keduanya diawali saat mereka sama-sama dihukum karena terlambat. Pada pertemuan pertama itu Salsa memang tidak ped...