🌼 TW chapter 2

213K 19.1K 589
                                    

Additional Chapter dan Extra Chapter tersedia di Karyakarsa!

Happy Reading ◜‿◝
Typo? Silahkan komentar!

"Iya mba tolong anterin ke rumah ya," ucap Reina pada sambungan teleponnya.

Reina meminta pegawai di butiknya membelikan baju anak-anak untuk Davin karena ia tidak menjual baju anak-anak di butiknya. Ia bergegas mandi setelah mematikan sambungan teleponnya. Selesai mandi ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan mereka. Ia menyiapkan roti dan susu.

Tok tok tok tok

Reina berjalan ke pintu utama setelah mendengar ketukan pintu.

"Pagi Na," sapa Dina setelah Reina membuka pintu.

"Pagi mba," jawab Reina dengan senyuman.

"Ini barang yang kamu minta," ucap Dina menyerahkan paper bag yang ada di tangannya.

"Makasih ya mba," ucap Reina. Dina mengangguk lalu pamit untuk kembali ke butik. Ia tidak mau kepo kenapa bosnya memintanya untuk membelikan baju anak-anak.

Reina berjalan ke kamarnya, ia melihat Davin masih bergelung selimut diatas ranjangnya. Ia berjalan mendekati Davin dan mengusap pipi gembulnya. Davin melenguh karena usapan lembut di pipinya.

"Mama," ucap Davin sembari tersenyum ketika yang pertama ia lihat adalah Reina. Reina baru menyadari jika Davin mempunyai lesung pipit.

"Lucunya anak Mama, mandi dulu yuk," sapa Reina mencium pipi Davin. Sebenarnya ia masih bingung kenapa Davin memanggilnya Mama. Apakah wajahnya sudah terlihat tua? Sepertinya tidak.

Setelah selesai mendandani Davin, Reina mengajak Davin ke bawah untuk sarapan. Ia sarapan sembari menyuapi Davin.

Reina masih bingung mau diapakan Davin sekarang. Ia harus segera pergi ke kampus. Haruskah ia membawa Davin? Tapi kalau tidak dibawa mau dititipkan siapa? Oke Reina akan membawanya ke kampus.

"Mama au temana?"(Mama mau kemana?) tanya Davin saat ia di dudukan di kursi mobil oleh sang Mama. Karena Davin sudah cukup besar jadi ia sudah bisa duduk sendiri.

"Kita ke sekolah Mama," jawab Reina memasangkan seatbelt untuk Davin.

"Cekuyah?"(Sekolah?) tanya Davin lagi.

Reina mengangguk, "Nanti kalo Davin Mama tinggal, Davin nggak punya temen di rumah. Davin mau kan ikut Mama?" tanya Reina setelah selesai memasang seatbelt Davin.

"Au Ma,"(Mau Ma) jawab Davin. Reina ngusap pucuk kepala Davin. Setelah itu ia menutup pintunya dan berjalan menuju kemudinya.

Setelah memarkirkan mobilnya Reina turun dan membukakan pintu untuk Davin. Ia menggandeng Davin masuk ke gedung kampusnya.

"Na!" Reina yang mendengar namanya di panggil pun menoleh. Ia melihat Tiara, yang notabenenya adalah sahabatnya berlari menghampirinya.

"Masih pagi gausah teriak kali Ra," tegur Reina.

Tiara tak menanggapi teguran dari Reina ia malah sibuk mengamati bocah kecil di bawahnya itu. Ia bingung kenapa sahabatnya membawa anak kecil ke kampus. Ia yakin itu bukan sepupu Reina, karena ini bukan musim liburan dan keluarga Reina berada di Jogja.

"Woy Ra! Lo ngapain si liatin dia gitu. Takutkan dia." ucap Reina melihat Davin semakin mundur dan bersembunyi di balik kakinya.

"TIARA KADELA LIOU!" sentak Reina, ia merasa kesal karena Tiara tidak juga menanggapinya.

Tiara terjengat kaget, "Apa elah masih pagi ini jangan teriak-teriak kali," timpal Tiara menatap Reina. Sungguh aneh mereka berdua saling mengingatkan jangan teriak tapi mereka teriak. Ah sudahlah.

THE WAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang