Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guysEnjoy!!
↓↓↓↓"Teresa kenapa tinggalin Mami?"
"Mami sama Papi jahat ya sama Resa?"
"Hukuman kamu berat banget sayang. Tapi pasti selama ini kamu jalanin hidup kamu lebih berat ya?"
"Maaf, Mami nggak akan berhenti untuk selalu minta maaf sama kamu."
Itu semua adalah kata-kata yang keluar dari mulut Fenni. Ia terus mengadu pada makam Teresa.
Sedangkan Pak Rendi yang berjongkok di samping istrinya hanya menatap dalam makam putrinya. Tidak ada air mata yang keluar dari matanya. Tidak ada kata aduan yang keluar dari mulutnya.
Tapi mata seseorang tidak akan pernah bisa berbohong. Air mata hanya menggenang di pelupuk matanya. Tidak bisa terjatuh untuk menggambarkan kesedihannya. Raut kehilangan sangat kentara di wajah Pak Rendi. Reina bisa melihat itu.
Reina beralih menatap sendu makam basah yang ada di hadapannya. Terdapat figura berisikan foto cantik Teresa yang bersandar di batu nisan makam itu.
Gue mohon Dav, jangan masukin Papi ke penjara atas kasus penculikan itu. Kasih dia kesempatan untuk liat Davin. Gue minta tolong sama lo sekali lagi. Untuk terakhir kalinya.
Kata-kata itu terus berputar di kepala Davero. Kata-kata yang diucapkan Teresa saat dirinya sampai di rumah sakit pagi tadi. Teresa sempat siuman, tapi hanya sekitar 30 menit saja.
"Yang tenang Res, gue bakal pecahin masalah satu persatu. Gue janji bakal jeblosin cowok lo itu ke penjara pake tangan gue sendiri," ucap Davero dalam hati.
"Ayo pulang," ucap Davero pada Reina yang berjongkok di depannya.
Reina mengangguk pelan. Dia beranjak dari jongkoknya. Ia memakai kacamata hitamnya kembali untuk menutupi mata sembabnya. Ya, tidak bisa dipungkiri Reina juga sedih atas kepergian Teresa yang begitu tiba-tiba.
"Reina pamit ya Om, Tante. Om sama Tante juga langsung pulang. Jangan di sini terlalu lama, sebentar lagi hujan."
"Tunggu Reina," tahan Fenni.
Reina mengurungkan niatnya untuk melangkah. Ia menatap Fenni, menunggu apa yang akan perempuan paruh baya itu ucapkan.
"Tante masih bolehkan liat Davin lagi?" tanya Fenni.
Reina diam sejenak, "Boleh," angguknya sembari tersenyum.
"Terimakasih ya Na," ucap Fenni.
Mereka berjalan meninggalkan dua orang yang masih tersisa di sana. Diikuti teman-teman Davero di belakangnya. Begitu sampai di parkiran, Davero pun berpamitan.
"Gue balik duluan ya, thanks udah pada bantuin," ucap Davero pada teman-temannya yang juga ikut melayat di pemakaman Teresa. Semua temannya hadir kecuali Galen.
Davero berjalan membukakan pintu untuk Reina. Kemudian berjalan mengitari mobil dan masuk ke dalam jok kemudinya.
Sebelum menyalakan mobilnya, Davero melepas kacamata hitamnya lalu mengaitkannya di atas belahan kemeja hitam yang ia pakai. Davero mulai menyalakan dan melajukan mobilnya keluar dari area pemakaman.
Mobil Davero mulai keluar dari area pemakaman dan memasuki jalan raya. Davero melirik Reina yang sedari tadi hanya diam.
"Rei," panggil Davero.
"Reina?" ucap Davero sekali lagi karena Reina masih asik melamun.
"Hm?" toleh Reina.
"You okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY [END]
RomanceFIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perempuan yatim piatu yang memutuskan untuk merawat balita yang ditemukannya. Tak hanya balita itu yang m...