🌼 TW chapter 33

96.2K 11.6K 735
                                    

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

Enjoy!!
↓↓↓↓

"Siapa? Penting kan?" tanya Reina saat Davero sudah kembali duduk di samping Davin.

Davero mengangguk, "Iya, orang kantor," jawabnya.

"Ma, Davin au inum," pinta Davin.

"Mama ambilin dulu," jawab Reina.

"Davin au cucu ya Ma," ujar Davin lagi. Reina mengangguk mengiyakan.

Reina beranjak dari duduknya dan melangkah ke dapur untuk mengambilkan minum Davin.

"Papa mau ke dapur, Davin jangan kemana-mana ya," pamit Davero hendak menyusul Reina.

Davin mengangguk, "Okay," jawabnya menunjukkan jempol kecilnya lalu kembali memfokuskan perhatiannya pada kartun yang ada di televisi.

Davero beranjak untuk menyusul Reina.

Sampai di dapur Davero dapat melihat Reina sedang mengaduk susu Davin sambil melamun.

"Kenapa?" tanya Davero di belakang Reina.

"Rei?" panggil Davero karena Reina tak menyautinya.

"H-hah? Iya kenapa?" tanya Reina membalikkan badannya.

Davero menghela napasnya, ia menarik Reina ke kursi mini bar. Ia mendudukkan Reina di hadapannya.

"Gue mau lo cerita sama gue semuanya," ucap Davero. Lebih tepatnya perintah.

"C-cerita? Cerita apa?" tanya Reina bingung. Pura-pura bingung lebih tepatnya, yang ada di benaknya sekarang adalah Davero tau masalahnya? Jika tau, dari mana dia tau?

"Apapun," ucap Davero.

"Apa sih lo! Nggak jelas!" ucap Reina sembari tersenyum hambar. Reina hendak berdiri.

"Gue minta lo cerita! Gue maksa!" Davero menarik tangan Reina agar duduk kembali. Ia menatap Reina datar tapi menghunus.

"Apa? Gue harus cerita apa?" tanya Reina sedikit kesal.

Davero menatap Reina dengan tatapan tak percayanya. Segitu tidak berartinya dia bagi Reina? Davero memalingkan wajahnya sembari tersenyum meratapi posisinya di mata Reina. Ia pikir setelah ia mengatakan perasaannya waktu itu Reina lebih terbuka padanya. Nyatanya tidak.

"Berapa yang di minta RT Montélo?" tanya Davero langsung. Lebih baik seperti ini, daripada ia menunggu Reina mau bercerita padanya. Yang entah kapan. Atau bahkan tidak akan pernah.

Mata Reina membola mendengar pertanyaan Davero. Dugaannya benar, Davero sudah tau masalahnya.

"L-lo tau?" tanya Reina menatap manik mata Davero.

Davero tak menjawabnya, ia hanya menatap Reina dengan tatapan khasnya. Raut wajah datar dan kilat mata yang menghunus tajam. Bukan berniat menakut-nakuti Reina, tapi ia hanya ingin Reina tau kalau dirinya tidak suka dengan sikap perempuan itu yang tidak mau jujur padanya.

THE WAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang