Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guysEnjoy!!
↓↓↓↓"Reina pulang dulu ya Ayah Bunda," pamit Reina mengakhiri tangisannya.
Reina beranjak dari jongkoknya, ia menatap kedua gundukan tanah itu dengan air mata yang terus mengalir melewati pipinya.
"Reina pengen ketemu Ayah, Reina kangen Bunda," gumam Reina pelan.
Reina segera menghapus air matanya kasar sebelum ia menangis lebih lama lagi. Ia harus segera kembali ke rumah Eyang karena Davero dan Davin tengah menunggunya di sana.
Tadi pagi dia dan Davero sudah check out lebih dulu dari hotel karena harus mengambil beberapa barang-barangnya di rumah Eyang.
Ia berjalan menyusuri beberapa gundukan tanah yang ada di sampingnya. Kabut masih menyelimuti tempat pemakaman itu. Reina memakai tudung hoodienya dan berjalan menunduk menyembunyikan raut kesedihannya.
Di rumah Eyang, Davero beberapa kali mengelilingi rumah joglo itu tapi tidak juga menemukan Reina. Semua orang di rumah itu sudah ia tanyai dan semuanya menjawab tidak tau.
Davero mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah. Ia mencoba menghubungi Reina tapi tidak di angkat.
"Muka lo kenapa panik gitu?" tanya seseorang muncul dari belakangnya.
Davero menoleh, ia melihat Reina berdiri di hadapannya.
"Dari mana?" tanya Davero.
"Beli sarapan," ucap Reina mengangkat kantong plastik yang ada di tangan kanannya.
Davero menatap manik mata Reina lekat. Ia dapat melihat jejak air mata disana.
"Lo nangis?" tanya Davero memastikan.
"Nggak," elak Reina.
Davero tidak ingin berdebat lebih panjang lagi karena ini masih pagi. Dia hanya mengangguk saja. Meskipun ia masih penasaran. Ia sangat yakin kalau Reina baru saja menangis.
//-//
"Gue bisa pulang sendiri!" bantah Reina pelan karena tidak ingin Davin mendengarnya.
"Davin mau pulang sama Papa?" tanya Davero pada Davin. Davin mengangguk.
Davero berjalan meninggalkan Reina. Dia menggendong Davin menuju tempat parkir mobilnya.
Reina menghentakkan kakinya kesal. Dengan terpaksa ia mengekori Davero.
Di dalam mobil kedua orang dewasa itu hanya saling diam. Mereka masih dalam mode tidak akur. Eh tidak, hanya Reina saja yang berada dalam mode itu. Davero selalu bersikap biasa saja pada Reina.
"Sama-sama," ucap Davero saat Reina keluar dari mobilnya begitu saja.
Tapi sepertinya Reina tidak peka akan hal itu. Dengan cepat ia keluar dari mobil Davero dan memasuki rumahnya. Tanpa sepatah kata apapun.
"Gimana? Udah nggak pusing lagi kan?" sindir Mama Karina saat Davero melewati ruang tengah.
Davero tersenyum lalu menyalami Mama Karina, "Apa sih Ma," elak Davero.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY [END]
RomanceFIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perempuan yatim piatu yang memutuskan untuk merawat balita yang ditemukannya. Tak hanya balita itu yang m...