Jangan lupa vote dan komen di setiap chapter!
Enjoy the story !!!
↓↓↓↓
Davero berdiri dari duduknya mencoba meredam emosinya. Ia berjalan mendekati laki-laki itu.
"Urusan anda bukan disini." bisiknya tajam lalu berjalan keluar.
Laki-laki itu mengamati orang yang berada di dalam ruangan itu. Laki-laki itu menyeringai. Kemudian ia berbalik badan dan mengikuti Davero.
Davero berjalan menuju roof top rumah sakit karena ruang Mamanya berada di lantai paling atas. Laki-laki itu setia berjalan di belakang Davero.
"Kenapa datang kesini?" tanya Davero tanpa melihat orang yang ia ajak bicara. Gedung di depannya lebih menarik pikirnya.
"Kamu tau alasan Papa datang kesini," laki-laki yang menyebut dirinya Papa itu menjawab.
"Dan saya udah kasih jawabannya."
Sesaat hening, laki-laki bernama Danes itu membuka suaranya, "Kenapa kamu nolak perjodohan itu?"
"Saya gak ada urusan lagi dengan anda jadi saya berhak menolak perjodohan itu," jawab Davero.
"Perjodohan itu akan menguntungkan perusahaan kamu."
"Saya gak butuh itu."
"Ternyata Mama kamu emang nggak bisa mendidik kamu dengan baik."
Davero menoleh, "Papa saya yang mendidik saya seperti ini."
"Oh apa jangan-jangan kamu nolak perjodohan itu karena kamu udah punya pacar yang di ruangan Mama kamu tadi," Papa Danes menyeringai.
"Kalau iya kenapa?" sahut Davero tanpa ragu.
"Papa akan bikin kamu nyesel karena membantah permintaan Papa."
"Silahkan." Davero meninggalkan Papa Danes sendiri.
Papa Danes mendengus melihat perilaku putra satu-satunya yang selalu membantah perintahnya. Tapi dia tidak akan tinggal diam. Ia akan membuat Davero tunduk lagi pada dirinya seperti saat Davero masih remaja.
"Siapa?" tanya Reina pada Davero yang beru saja mendudukkan dirinya.
"Temen kerja," jawab Davero. Reina hanya mengangguk sebagai balasannya.
"Lo udah makan?" tanya Davero. Reina menoleh lalu menggeleng.
"Kalian makan dulu aja sana, ajak Davin sekalian," sahut Mama Karina mendengar pertanyaan Davero.
"Nggak papa Mama juga mau tidur kok," timpal Mama Karina melihat raut khawatir dari Davero.
Davero mengangguk lalu menghubungi seseorang. Setelah itu ia menutup teleponnya. Davero, Davin, dan Reina berjalan keluar. Diluar sudah ada dua laki-laki berpakaian serba hitam.
"Jangan ada yang boleh masuk tanpa seijin saya, kalau ada apa-apa cepat panggil dokter," pesan Davero kepada dua orang itu.
"Papa ndong!" (Papa gendong!) ujar Davin menarik ujung baju Davero. Dengan senang hati Davero menuruti permintaan putranya itu.
"Udah besar masa masih minta gendong," celetuk Reina melihat kelakuan Davin.
"Davin tan angen Papa," (Davin kan kangen Papa) jawab Davin.
Sesuai permintaan Davin saat ini mereka makan di warung sate pinggir jalan. Davin meminta untuk makan sendiri tapi dengan hasil wajahnya belepotan saus kacang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY [END]
RomanceFIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perempuan yatim piatu yang memutuskan untuk merawat balita yang ditemukannya. Tak hanya balita itu yang m...