🌼 TW chapter 38

105K 12.9K 1K
                                    

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

Enjoy!!
↓↓↓↓

Teresa mengendarai mobilnya tergesa untuk cepat sampai di rumahnya. Yang ia tuju adalah pak Rendi aka Papinya. Ia baru mendengar kabar yang santer terdengar sedari tadi pagi dari salah satu portal berita. Iya, berita tentang pertunangannya dengan Davero. Ia banyak urusan hari ini sampai tidak mengetahui namanya sedang trending di berbagai media. Dan ia baru mendengarnya sore tadi.

Sampai di pekarangan rumah megah milik orangtuanya, Teresa langsung turun dari mobil. Ia memasuki rumahnya dan melihat sang Mami sedang menuruni tangga.

"Papi mana Mi?" tanya Teresa langsung, ia juga sedikit mengeraskan suaranya karena jaraknya dengan Fenni cukup jauh.

"Kamu itu ya pagi-pagi udah ngilang ini pulang-pulang nggak salam nggak apa main teriak-teriak aja!" semprot Fenni.

"Ngomelnya nanti aja ya Mi, sekarang Teresa mau ketemu Papi dulu," ucap Teresa.

"Papi kamu di atas lagi sama Beni, jangan di ganggu," ucap Fenni melewati Teresa.

"Yahh, kenapa Beni di sini sih? Kan ini udah jam pulang kerja," keluh Teresa membalikkan tubuhnya menghadap Fenni yang baru saja melewatinya. Beni adalah salah satu tangan kanan Papinya.

"Mami juga nggak tau pokoknya jangan diganggu," perintah Fenni tanpa menatap putrinya.

"Mandi sana," lanjutnya.

Teresa hendak berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Di lantai dua dia seharusnya mengambil langkah ke kiri karena kamarnya di sebelah kiri. Tapi pintu putih yang sedikit terbuka di sebelah tangga lebih menarik baginya.

Ia berjalan mendekat secara pelan-pelan. Ia sedikit mengintip, ia dapat melihat dua orang laki-laki sedang membicarakan sesuatu. Mereka membelakangi pintu.

"Apa lagi yang harus saya lakukan Tuan?" tanya Beni.

"Bawa perempuan itu ke hadapanku," pinta pak Rendi.

"Baik Tuan."

"Informasi apa yang kau dapat tentang bocah laki-laki itu?"

"Bocah itu hanya anak yang ditemukan Reina, Tuan."

Pak Rendi memutar kursinya menghadap Beni.

"Anak temuan?" beo Pak Rendi.

Beni mengangguk, "Iya Tuan."

"Perempuan bodoh. Mau-maunya merawat bocah ingusan."

Teresa mendengar semua apa yang dibicarakan kedua orang itu. Dia bersembunyi di balik tembok saat mendengar Beni akan keluar.

Dia sedikit menjeda waktu untuk mendatangi Papinya agar Papinya tidak curiga kalau ia tadi menguping.

"Pi," panggil Teresa.

Pak Rendi mendongak, "Ada apa sayang?" tanyanya.

"Teresa mau ngomong sama Papi," ucap Teresa.

"Masuklah," pak Rendi mempersilakan. Teresa menduduki kursi yang ada di depan meja kerja Papinya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?"

"Emm-"

Ucapan Teresa sedikit tertahan. Keberanian yang terkumpul sedari tadi seakan meluap. Ia sebenarnya takut dengan Papinya ini.

"Papi kenapa bilang sama media kalo pertunangan Teresa sama Davero sebentar lagi?" tanya Teresa akhirnya.

Pak Rendi mengerutkan alisnya, "Ya memang benar kan?" bukannya menjawab pak Rendi malah bertanya balik.

THE WAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang