🌼 TW chapter 10

152K 16.6K 1K
                                    

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

↓↓↓↓

Reina memfokuskan dirinya pada surat di tangannya.

"Itu surat yang kami temukan di tempat kejadian. Dari surat itu kami menyimpulkan ananda Davin memang sengaja dibuang oleh orangtuanya," ujar polisi itu mengambil suara.

Ada sedikit kelegaan dalam hati Reina. Kejam memang. Ia bahagia disaat fakta menunjukkan Davin benar-benar dibuang oleh orangtuanya. Tapi ia bersyukur bertemu Davin. Davin yang memberi warna baru di hidupnya. Setelah lima tahun lalu warna terakhir dihidupnya pergi.

Davin harus bahagia bersamanya. Selamanya.

"Gimana Rei?" tanya Davero. Reina menoleh lalu mengangsurkan surat itu kepada Davero.

Davero mulai menelisik kata demi kata pada surat itu. Lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Lalu bagaimana dengan Davin pak?" tanya Davero. Reina melirik Davero. Pertanyaan apa itu? Jelas Davin akan hidup bersamanya.

"Untuk ananda Davin kami menyarankan agar kalian mengirimnya ke panti asuhan atau merawatnya. Tapi karena kalian bukan suami istri jadi hanya salah satu dari kalian yang bisa menjadi orang tua resmi ananda Davin tentunya dengan prosedur hukum yang berlaku."

Davero mengangguk paham, "Baik terimakasih atas saran dan bantuan bapak untuk kasus ini. Mungkin kedepannya akan kami diskusikan terlebih dahulu."

"Saya rasa cukup dan pihak kepolisian akan menutup kasus ini," final polisi itu.

Davero mengangguk," Terimakasih pak," ucapnya menjabat tangan polisi itu. Reina

Mereka berdua berjalan keluar kantor polisi.

"Gimana?" tanya Davero mulai melajukan mobilnya.

"Apanya?" Reina sebenarnya tau apa yang dimaksud Davero. Ia hanya bingung kenapa Davero menanyakan itu.

"Davin," jawab Davero.

"Davin kenapa?"

Davero menghela napas lalu menepikan mobilnya.

"Lo mau gimana soal Davin?" tanya Davero setelah menepikan mobilnya. Ia menatap Reina.

Reina memejamkan matanya lalu mendongak menatap Davero, "Davin anak gue. Kalo lo gak mau ngurusin Davin biar gue aja," jawab Reina.

"No, that's not what I meant. Davin is also my son. We take care of davin together. At least until we decide what to do next," ucap Davero.

Reina tersenyum lalu mengangguk. Davero mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Reina. Saat itu juga Reina merasakan gejolak baru dalam hidupnya. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

"Udah ayo jalan," ucap Reina menutupi kegugupannya.

Ia memalingkan wajahnya ke jalanan di samping kirinya.

"Dia udah punya pacar Reina. Jangan jadi pelakor." batin Reina.

Mereka kembali ke rumah Davero. Sampai disana Reina menyusul Davin yang masih tertidur sedangkan Davero pergi keluar lagi.

Reina membulatkan matanya setelah membuka pintu didepannya. Ia mengedarkan pandangannya lalu kembali menengok ke belakang.

"Gue nggak salah kamar kan?"

"Ini kamar tidur apa kamar buat ritual pemuja setan?" monolog Reina menatap kamar bernuansa hitam milik Davero.

"Ini kamar tidur apa kamar buat ritual pemuja setan?" monolog Reina menatap kamar bernuansa hitam milik Davero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE WAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang