🌼 TW chapter 43

102K 12.8K 1.3K
                                    

Typo? Silahkan berkomentar!
Vote dan komen di setiap chapter ya guys

Enjoy!!
↓↓↓↓

Pusing di kepala Teresa semakin menjadi. Tapi ia harus melakukan sesuatu. Ia merampas pistol yang sedari tadi Davero genggam di belakang tubuhnya.

DOR!

DOR!

"TERESA!"

"DAVIN!"

Teresa menembak tangan anak buah Pak Rendi yang membawa senapan dan kaki Beni, tangan kanan Pak Rendi yang sedang menggendong Davin. Setelah itu ia jatuh pingsan. Ia tidak dapat menahan sakit yang semakin menjadi di kepalanya. Ia juga sedikit terhuyung ke belakang karena sentakan dari tembakan itu.

Tapi untung saja Teresa tidak langsung jatuh karena Vano menahannya. Saat Teresa menembak kaki Beni, saat itu juga Aretha dan teman-teman Davero naik ke lantai tiga.

Davero berlari menangkap Davin yang akan jatuh bersama Beni.

"Siapin mobil!" titah Aretha pada anak buahnya.

"Teresa! Teresa!" seru Pak Rendi. Raut khawatir sangat kentara di wajahnya.

"Kita bawa ke rumah sakit sekarang!" ujar Vano langsung menggendong Teresa turun dengan tergesa-gesa. Diikuti Davero yang menggendong Davin.

Sedangkan Aretha berjalan mendekati Reina.

"Kakak bantu," ucap Aretha melihat wajah panik Reina hendak menyusul Davero, tapi berjalan dengan tertatih.

Teman-teman Davero yang lain membantu anak buah Pak Rendi dan Beni.

//-//

Davero membawa Davin ke dalam rumah sakit dengan tergesa.

"Davin bangun ya sayang, jangan bikin Papa khawatir," bisik Davero sedari tadi.

"Sus! tolong sus!" ujar Davero sedikit berteriak.

Pihak rumah sakit langsung menyiapkan brankar dorong untuk Davin dan Teresa. Mereka membawa Davin dan Teresa ke UGD.

Di belakangnya Aretha datang bersama Reina. Dan di susul teman-teman Davero yang membawa anak buah Pak Rendi dan Beni.

"Maaf Pak silahkan tunggu di luar," tahan seorang suster saat Pak Rendi yang hendak menerobos masuk ke ruang UGD.

"Putri saya di dalam sus! Saya harus lihat kondisinya!" ujar Pak Rendi.

"Iya Pak saya tau, tapi biarkan dokter yang menanganinya, silahkan Bapak mengurus formulir pendaftaran," ucap sang suster lalu menutup pintunya.

"Arghhh!" Pak Rendi memukul tembok yang ada di depannya.

"Om yang tenang, Teresa udah ditangani dokter, saya akan mengurus pendaftarannya" ucap Vano.

Pak Rendi melirik Vano. Dibalas senyum tipis dari laki-laki itu.

"Terimakasih," ucap Pak Rendi. Lalu mendudukkan dirinya di kursi tunggu.

"Sama-sama Om," jawab Vano. Vano juga menguruskan formulir pendaftaran Davin.

"D-davin," gumam Reina.

Davero menarik Reina ke dalam pelukannya. Mereka duduk di kursi tunggu, berhadapan dengan Pak Rendi.

"Davin anak kuat sayang," ucap Davero berusaha menenangkan Reina.

THE WAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang