🌻 MWY 04

200 8 0
                                    

Adnan sampai di rumahnya. Pria itu turun dari mobilnya, masuk kedalam rumah dan merebahkan dirinya di atas sofa.

"Dasar cewek gila. Kenapa juga sih mama harus ngejodohin aku sama cewek itu. Udah gila, cerewet pula." keluh Adnan.

"Biarin aja tu cewek jalan sampai rumahnya. Aku nggak peduli mau dia nggak tau jalan kek, mau di culik atau hilang aku nggak peduli. Bagus lah kalau dia hilang, dengan begitu aku nggak perlu susah-susah nikah sama dia." monolog Adnan lalu tersenyum lebar mengingat jika Rani benar-benar hilang dari dunia ini.

Drtttt.. Drtttt...

Ponsel Adnan berbunyi. Pria itu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, dan melihat nama kontak yang menelfonnya di jam seperti ini.

Adnan menghela nafasnya panjang, lalu mengangkat telepon itu.

"Halo ma.."

"Kamu sama Rani nggak jadi ngurusin cincin pernikahannya??" tanya Mama Adnan dari seberang sana.

"Iya ma nggak jadi."

"Kenapa??"

"Soalnya hari udah mau malam, jadi Adnan langsung pulang aja ke rumah."

"Kerumah? Rumah mana?? Kok Mama nggak lihat kamu ada dirumah??"

"Adnan di rumah Adnan, ma.."

"Terus Rani gimana?? Udah kamu antar sampai rumahnya kan??"

"Kalau Rani sih.. Dia–"

"Kenapa? Udah kamu antar kan?? Atau jangan-jangan kamu tinggalin dia? Adnan dia nggak tau daerah sana, sekarang lagi rawan penculikan. Kamu nggak ninggalin dia kan?? Apalagi sekarang udah malam gini, dan mendung juga. Kalau hujan terus dia kehujanan gimana??" ngomel Mama Adnan panjang lebar.

"Nggak ma, nggak Adnan tinggalin kok. Rani tadi minta diatarin ke tempat temannya, katanya dia nginap disana. Lagian besok juga hari Minggu kan, jadi Rani juga nggak sekolah." jelas Adnan, berbohong tentunya.

"Ya sudah, kalau emang gitu. Kamu udah makan?? Atau tadi makan sama Rani??" tanya Mama Adnan.

"Udah ma, Adnan tadi udah makan sama Rani. Mama nggak usah khawatir. Udah ya ma, Adnan tutup dulu." Adnan lalu memutuskan telepon secara sepihak. Melemparkan ponselnya ke meja.

"Mama kok malah khawatir sama tu cewek sih. Kan yang anaknya disini aku. Lagian biarin aja tu cewek nggak makan. Lagian bukan urusan aku." pikirnya.

"Tapi..." Adnan menarik punggungnya untuk duduk.

"Gimana kalau tu cewek pingsan? Kan secara dia pulang sekolah udah langsung pergi sama aku."

"Gimana kalau dia pingsan dipinggir jalan hujan-hujan begini? Terus parahnya dia diculik lagi. Soalnya kata Mama sekarang rawan penculikan. Mana sekarang juga udah malam lagi."

"Argghh.. Kok aku malah jadi khawatir gini sih?" pikirnya lagi.

"Nggak-nggak, Adnan tenang nggak perlu khawatir biarin aja, palinggan tu cewek udah sampai rumah sekarang."

"Tapi, dia kan nggak tau jalan."

"Sekarang kan udah canggih, pasti dia bisa pulang pake gr*b, g*jek, m*xim atau apapun itu. Iya benar, dia kan udah SMA nggak mungkin gaptek soal begituan."

"Tapi gimana kalau dia nggak bawa hp? Terus parahnya dia emang beneran pingsan? Dia kan belum makan, ditambah jalan hujan-hujan begini, pasti sakit kan." ucap Adnan, mendadak pikiran buruk menguasai dirinya.

Adnan lalu mengambil kunci mobilnya. Dengan cepat ia pergi meninggalkan rumah dan kembali ketempat tadi, tempat terakhir ia meninggalkan Rani~sendirian.

Married With YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang