Bab 18

113 9 2
                                    

Rani membuka bukunya, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Buk Sulis. Rani begitu fokus mengerjakan soal Matematika itu.

Kening Rani bahkan tak terlihat berkerut mengerjakan Matematika sebanyak lima puluh soal itu. Wajahnya malah terlihat santai dan ceria, terlihat sangat menikmati.

"Yes.. Akhirnya selesai.."Ucap Rani menatap ke buku latihannya yang sudah habis beberapa halaman itu, sepertinya lebih dari sepuluh halaman.

Rani merasa bangga pada dirinya, karena ia telah berhasil mengerjakan lima puluh soal Matematika tanpa ada satu pun jawaban yang kosong. Dan Rani juga percaya diri bahwa semua jawabannya akan benar.

Rani melipat buku latihan Matematikanya, menyisipkannya di sudut meja dan beralih ke tugas selanjutnya, yaitu tugas pelajaran Fisika.

"Huhhhh.."Rani membuang nafasnya frustrasi.

Ia bahkan belum membuka buku latihan Fisikanya dan bahkan belum melihat model soal seperti apa yang diberikan Buk Yane sebagai tugas. Tapi, Rani sudah merasa bahwa tugas Fisikanya itu adalah tugas yang rumit. Tugas yang tidak bisa ia selesaikan.

Bahkan semangatnya terasa terkuras hanya dengan menatap buku latihan fisikanya.

Rani menyenderkan punggungnya, memilih untuk mengistirahatkan diri sebentar.

Rani melamun sambil menatap langit-langit ruang belajarnya. Entah kenapa setiap melamun Rani selalu diingatkan akan Risky.

Rani ingat dulu, ia dan Risky sering belajar tambahan bersama. Dan Risky jugalah yang menjadi guru privat tanpa dibayar, yang mengajarkan Rani mengenai Fisika.

Benar jika soal Matematika maka Ranilah pemenangnya. Tapi jika soal Fisika, maka Riskylah Rajanya.

Ah, soal Risky kira-kira apa ya yang sedang pria itu lakukan??. Apakah Risky juga pernah teringat akan Rani seperti Rani yang teringat akan dirinya??

Apakah disana Risky pernah merindukan Rani?? Jika Risky tidak pernah merindukannya maka menurut Rani Risky sungguh jahat. Karena disini Rani selalu merindukan dirinya.

Ya Rani tau ini salah, karna sekarang dia telah menikah. Namun Rani sungguh tidak bisa mengendalikan perasaannya ini.

Sama seperti saat kita memakan sambal, kita tau bahwa sambal itu pedas bahkan berkali-kali membuat kita menangis karna memakannya. Tapi entah kenapa kita selalu ingin memakannya. Dan ingin merasakannya lagi.

Yah, begitulah kira-kira yang saat ini Rani rasakan. Iya tau salah memikirkan Risky disaat dirinya sudah tersemat gelar istri. Tapi begitu susah menahan diri untuk tidak merindukan orang yang dicintai.

Dan juga Rani masih dihantui rasa bersalah kepada Risky, karna gadis itu belum mengatakan alasan yang sebenarnya kenapa ia ingin putus dari Risky.

"Kalau dari awal aku bilang yang sebenarnya, apa semuanya bakalan berubah??"

🌻

Adnan saat ini sibuk berada di kantornya, memeriksa beberapa berkas yang perlu persetujuannya.

"Apalagi Dion??"Tanya Adnan, ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Maaf Pak.. Ada beberapa berkas lainnya, yang perlu Bapak cek juga.."

Adnan menghela nafasnya, lelah. Lagi?? Entah berkas yang keberapa ini yang harus ia cek. Ternyata tidak ikut meeting di hari Minggu kemarin membuat berkas-berkas dimejanya menjadi menggunung.

"Ya sudah.. Bawa kesini.."Suruh Adnan kepada Dion, sekretarisnya.

Adnan kembali memeriksa berkas yang berada ditangannya.

Married With YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang