Bab 9

124 8 0
                                    

"Aku mau kita putus.."

Empat kata yang bisa membuat negeri api dan negeri es yang awalnya damai jadi saling menyerang. Membuat langit yang awalnya cerah menjadi mendung seketika.

Dan membuat Risky seperti tersambar petir di hari yang begitu cerah.

Risky menundukkan kepalanya, mencerna sekuat tenaga empat kata yang baru saja Rani ucapkan. Lidahnya mendadak kelu, sekujur badannya menjadi kaku.

Dan seberapa keraspun Risky berpikir dan mencerna ucapan Rani, ia tetap tak menemukan jawabannya.

"Kenapa??"Hanya satu kata itu saja yang bisa Risky lontarkan. Ingin rasanya ia menanyakan 5W + 1H kepada Rani. Namun lidahnya kelu untuk diajak bicara.

"Aku bosan sama kamu. Aku udah bosan sama hubungan kita."

Tak cukup sepertinya bagi Rani membuat dirinya disambar petir di hari yang cerah, tapi gadis itu sekarang malah menusukan belati begitu dalam dan jauh ke relung hati Risky.

"Bosan??"Tanya Risky, sorot matanya sendu.

"Iya!! Aku bosan sama hubungan kita yang gitu-gitu aja. Aku bosan Ky. Aku capek sama hubungan kita yang jalan ditempat aja, nggak ada sedikitpun kemajuannya."

"Aku juga capek nemanin kamu tiap Minggu ke toko buku. Aku capek jalanin semuanya sama kamu."

"Dan kamu tau nggak.. Selama ini aku nggak pernah sekalipun suka sama kamu. Aku jalanin semuanya karna terpaksa. Dan aku juga terpaksa nerima kamu jadi pacar aku."

"Karena apa?? Karna kamu nembak aku didepan umum. Aku nggak mau jadi bahan gunjingan sampe masuk ke lambe sekolah karna nolak kamu. Karna itu, aku terima kamu. Aku jalanin hubungan yang hambar ini sama kamu."

"Tapi sekarang aku udah bosan Ky. Aku udah sampe batas sabar aku buat ngeladenin kamu. Jadi sekarang stop. Aku nggak mau lagi terikat apapun sama kamu. Aku mau kita udahan."

"Aku mau kita putus."

Ucapan Rani begitu panjang, dan tentunya menyakitkan.

"Nggak!! Bohong!! Kamu pasti bohong kan?? Ini bukan kamu Ran, kamu nggak mungkin ngomong gini..!!"Ujar Risky dengan suara yang bergetar.

"Jangan sok tau. Aku jauh lebih tau diri aku ketimbang kamu.."Ujar Rani.

"Bohong!! Kamu bohong!! Jujur sama aku, apa alasan yang sebenarnya??

"Please, Ky jangan gini. Aku nggak bisa ninggalin kamu kalau kayak gini.."Batin Rani.

"Alasan apa yang kamu minta, kalau emang ini alasan yang sebenarnya??"Tanya Rani.

"Aku pergi... "Ucap Rani setelah beberap detik, hendak meninggalkan Risky sendiri. Namun dengan cepat laki-laki itu menarik lengan Rani, menyeret Rani kedalam dekapannya.

Rani memaksa untuk melepaskan diri.

"Sebentar.. Biarin aku sebentar kayak gini.."

"Sebelum kita benar-benar pisah. Sebelum aku ngelepasin kamu seutuhnya.."

"Maaf Ky.. Maafin aku.. Aku benar-benar minta maaf Ky.. Maaf.. Maaf.. "

🌻

Rani menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Ia merasa hampa, tak memiliki sedikit tenaga pun bahkan hanya untuk sekedar duduk.

Hilang. Semangat Rani benar-benar hilang hari ini. Matanya sembap akibat menangis tak karuan sedari pulang sekolah tadi.

Ingin rasanya Rani kembali meluapkan kesedihannya, namun air matanya sudah mengering. Tidak ada stok air mata lagi yang bisa ia keluarkan.

Ibu mengetok pintu kamar Rani yang dibiarkan terbuka. Berdiri beberapa detik diambang pintu sebelum akhirnya mengambil duduk disamping Rani.

"Sayang.."Ucap Ibu, sambil mengusap lembut puncak kepala Rani.

Rani menatap sendu ke arah Ibu. Mimik wajahnya berubah, menampakkan sakit yang begitu dalam.

"I–Ibu.. Bu, Risky Bu.."Lirih Rani dengan suara yang parau.

"Iya sayang Ibu tau.."

"Bu–.. Rani–Rani.. Rani nggak maksud buat begitu.. Bu.. Rani.. Hiks.. Hiks.. "Ucap Rani disela-sela isakanya.

Sontak, Ibu Rani langsung memeluk gadis itu begitu erat. Mendekapnya begitu hangat.

"Ibu tau Rani itu perempuan kuat. Ibu yakin kamu pasti bisa ngelewatin ini semua.. Nanggis nak.. Naggis sekeras-kerasnya. Tapi habis itu Rani harus bangkit.. Ibu tau Rani bisa bangkit dan pulih dengan cepat."

"Kadang sesuatu yang kita inginkan memang nggak ditakdirkan buat kita. Kadang itu hanya titipan."

"Dan Rani juga harus percaya, bahwa ketika realita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan dan inginkan. Ingat nak, rencana Tuhan itu lebih indah sungguh tak terduga dan jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan."

"Rani harus yakin akan itu. Rani harus percaya.."

🌻

Hari yang tak terduga dan tak pernah dikira-kira itu akhirnya datang. Iya.. Hari dimana Rani menikah dengan Adnan.

Wajah kusut dan mata sembab gadis itu sudah disulap oleh MUA menjadi sangat cantik hari ini.

Dan Ranilah gadis tercantik dan paling menawan dihari yang bahagia ini. Hari yang bahagia menurut orang lain, tapi tidak baginya.

Iya.. Rani tau pernikahan ini bukan candaan, juga bukan permainan. Karena itu sekuat tenaga Rani mencoba bertahan dan terlihat bahagia di hari yang cerah ini.

Namun tentunya semua hal itu tidak bisa instan. Semuanya butuh waktu. Dan butuh proses tentunya.

Ucapan selamat demi selamat terlontar indah di mulut para tamu undangan. Semuanya merasa senang dengan pernikahan mereka, pernikahan Adnan dan Rani.

"Selamat menjalani bahtera rumah tangga. Mama percaya kalian pasti bahagia, kalian pasti menjadi keluarga yang harmonis."

"Mama ikut bahagia buat kalian."Ucap Mama Adnan merangkul putra dan menantunya itu.

Dan sementara Ibu Rani. Ia tak henti-hentinya tersenyum dan menitikkan air mata secara bersamaan. Ia bahagia putri semata wajangnya akhirnya menikah dengan pria pilihannya dan suaminya.

Ia bahagia Rani mau menjalani wasiat sang ayah, walau awalnya memang terpaksa.

Namun disatu sisi ia sedih, karna kini ia harus tinggal sendiri di rumah, karna Rani akan tinggal bersama Adnan dirumah milik Adnan.

Sekarang rumah mereka akan sepi, tidak ada lagi omelan setiap saat. Tidak ada lagi tawa Rani disana. Sekarang rumah itu benar-benar akan sepi.

Ibu berjalan, memeluk Adnan.

"Ibu titip Rani ke kamu.."Pesan Ibu.

Adnan mengangguk. Ibuk menatap lekat Adnan beberapa saat. Lalu beralih kepada Rani.

Menatap Rani dalam balutan baju pengantin itu membuat air mata ibu kembali menitik.

"Ibu jangan naggis.. Kalau Ibu naggis, Rani jadi ikutan nanggis."Ucap Rani.

Ibu memegang lembut wajah Rani.

"Nggak.. Ibu nggak nanggis karna sedih. Justru karna sangat senang. Anak Ibu begitu cantik di hari pernikahannya. Ibu bahagia buat kamu."Ucap Ibu.

"Ibu bahagia buat kalian.."Ucap Ibu menatap lekat keduanya, sebelum akhirnya merangkul anak gadis dan menantunya itu.

Married With YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang