Bab 19

124 6 0
                                    

Pukul 03.00

Rani terbangun dari tidurnya. Menatap ke arah jam beker yang berada di atas nakas.

"Hoam... Masih jam tiga.."Ujar Rani dengan mata yang sayup, masih mengantuk.

Namun ingatan akan tugas Fisika yang belum ia selesaikan membuat gadis itu sadar sepuhnya, membuatnya kembali ke kenyataan.

"Gawatt.. Tugas Fisika aku belum ada aku selesaiin sama sekali.. Bisa kena hukum sama Buk Yane kalau nggak aku bikin.."Panik Rani. Bahkan saking paniknya gadis itu tak sadar kalau seseorang sudah memindahkan dirinya ke atas kasur.

Rani segera menuju ke ruang belajarnya kembali.

Adnan baru selesai membersihkan tubuhnya. Pria itu keluar dari ruang kerja dengan handuk yang tergantung di leher dan rambut yang masih sedikit basah.

Adnan mengambil air mineral dari kulkas, meneguknya hingga sisa setengah. Adnan kemudian beranjak pergi, hendak kembali ke ruang kerja. Namun ada yang mengganjal matanya.

"Kok masih terbuka?? Bukannya tadi udah aku tutup??"Heran Adnan menatap ruang belajar Rani.

Langsung saja Adnan menuju ke sana, hendak menutupnya kembali.

"Aduh.."Rani mengaruk kepalanya gatal sekaligus frustrasi karna tak ada satu soalpun yang dapat ia kerjakan.

Kemana perginya kepintaran Rani dulu?? Ini pasti terjadi karena Rani telah menganggap enteng pelajaran Fisika karena ada Risky. Tapi itu dulu.
"Argghhh.. Bisa gila ngerjainnya.."Kesal Rani.

"Apaan nih?? Kesetimbangan?? Nggak paham.. Serius.."Frustrasi Rani.

"Rani.."Ujar Adnan.

Rani menatap ke arah sumber suara.

"Om?? Om belum tidur..??"Tanya Rani.

"Belumm.."Jawab Adnan, lalu mendekat ke arah Rani yang terlihat frustrasi dimeja belajarnya.

"Habis mandi??"Tanya Rani ketika melihat rambut pria itu dan juga handuk yang masih saja mengalungi lehernya.

"Iya..."Adnan lalu menyisipkan handuknya di gantungan belakang pintu.

"Bikin tugas??"Tanya Adnan.

Rani menggangguk.

"Kenapa mukanya kusut gitu?? Susah ya tugasnya??"

"Iya.."Jawab Rani, dengan nada malas.
"Tapi katanya pintar.. Juara umum berturut-turut, terus juara satu olimpiade sains.. Tapi kok nggak ngerti Fisika??"Ucap Adnan

Mendengar penuturan dari Adnan membuat harga diri Rani tercabik.

"Apa jangan-jangan kamu cuman halu aja ya.."Ujar Adnan.

Membuat Rani naik pitam.

"Om!! Kalau om ke sini cuman mau ngerendahin saya, ngeledek saya.. Mending om keluar deh.. Gangguin orang bikin tugas aja.."Kesal Rani.

"Hahaha.. Iya-iya nggak bakalan saya ganggu."Ujar Adnan.

Rani hanya menatap sinis Adnan, sebentar. Lalu kembali ke buku tugasnya.

"Mau saya bantu??"Tanya Adnan.

Rani menatap tidak percaya.

"Ck.. Begini-begini saya jago Fisika lo, asal kamu tau.."Ucap Adnan.

"Saya nggak percaya sama om. Bukan nggak percaya sama kemampuan om, palingan nanti cuman bakalan ngeledekin saya aja.. Bukannya malah bantuin."Tolak Rani.

"Ck.. Kamu punya masalah susah percaya sama orang ya.."Ucap Adnan.

"Bukan susah percaya sama orang, tapi susah percaya sama om.."Jawab Rani.

Married With YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang