Rani keluar dengan menggunakan jaket yang nyentrik dengan gaya anak muda. Adnan menatap aneh dengan gaya pakaian Rani. Bukan karena Rani terlihat aneh menggunakan pakaiannya saat ini, tidak gadis itu tetap akan terlihat cantik memakai apapun. Adnan mengakui itu.
Hanya saja, pakaian yang Rani gunakan dan ia gunakan tidak senada. Membuat Adnan merasa terlihat formal sendiri.
"Kamu.."Ucap Adnan menggantung.
"Kenapa??"Tanya Rani.
"Ah.. Nggak jadi.."Ucap Adnan mengurungkan niatnya untuk bertanya.
"Udah semua??"Tanya Adnan, Rani mengangguk. Mereka berduapun akhirnya meluncur menggunakan mobil sport milik Adnan membelah jalanan kota disore hari.
Adnan dan Rani lalu berhenti di sebuah restoran kerang, spesialis per seafood–an.
"Makan disini??"Tanya Rani.
"Iya.."Angguk Adnan.
"Seafood?"Tanya Rani, masih belum yakin.
"Iya.. Kenapa emangnya?? Kamu nggak suka makanan laut??"Tanya Adnan.
"Suka.. Banget malahan. Tapi–"
"–bukannya dia alergi makanan laut??"Sambung Rani, didalam hati.
"Kenapa?? Kamu khawatir alergi saya??"Ucap Adnan tiba-tiba. Seakan pria itu bisa membaca pikiran Rani.
"Nggak.. Geer banget, siapa yang khawatir.."Jawab Rani.
Adnan tertawa.
"Tenang aja, alergi saya udah nggak separah itu kok. Pasti Mama lupa kasih tau kamu soal itu."Jelas Adnan.
Memang benar Rani mengetahui tentang alergi Adnan memang dari Laras, ibu mertuanya. Karna Laras cukup sering mengirimi pesan ke Rani. Yang mana isinya membicarakan Adnan.
"Kepedean, orang nggak ada khawatir. Mau om alergi atau nggak ya bodoh. Lagian bukan urusan saya.."Ucap Rani, keluar dari mobil.
Adnan menghela nafasnya, sabar. Ternyata memiliki istri dengan jarak usia 14 tahun itu memang membutuhkan sabar yang ekstra.Adnan lalu ikut turun, menyusul sang istri.
Mereka berdua memesan makanan, atau bisa dibilang Adnan yang memesan menu. Sementara Rani sudah mengambil duduk terlebih dahulu.
Setelah selesai memesan, Adnan lalu menyusul Rani ke sana. Diam tak ada satupun yang mengeluarkan suara.
Bahkan, saat makanan datangpun keduanya sama-sama bungkam. Tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Tahu alasan Adnan bungkam karena apa?? Karena pria itu tak ingin dikatakan cerewet, banyak omong dan sejenisnya. Karna itu ia tetap menjaga image ke cool–annya.
Sedangkan Rani, tau sendiri gadis itu sedang sangat kesal dengan pria yang dihadapannya saat ini. Jadi tak mungkin Rani mengajaknya bicara, secara dirinya masih sangat kesal.
Keduanya lalu makan, menikmati makanan yang terhidang. Ada bermacam jenis makanan laut disana. Ada kerang-kerangan, ada lobster, kepiting dan teman-temannya. Serta tak lupa dengan minuman mereka, air kelapa muda yang identik dengan pantai.
Saat sedang nikmatnya makan, wajah Adnan mendadak menjadi merah padam. Bahkan pria itu memegangi lehernya susah bernafas.
"Uhukk.."Adnan kesulitan menghirup oksigen.
"Om!! Om kenapa.."
Sontak saja hal itu mendatangkan reaksi panik bagi Rani. Rani berjalan ke tempat Adnan dengan wajah paniknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With YOU
Fiksi Remaja#FOLLOW SEBELUM BACA #Jangan Lupa Tinggalkan Jejak "Apa??? Ibu Nikahin aku sama om-om begini?? Yang tua begini?? Aku masih SMA Bu. Ibu lagi becanda kan.." teriak Rani histeris. "What?? Nikah sama ABG labil?? Come on Mom, this is not funny, you know...