#FOLLOW SEBELUM BACA
#Jangan Lupa Tinggalkan Jejak
"Apa??? Ibu Nikahin aku sama om-om begini?? Yang tua begini?? Aku masih SMA Bu. Ibu lagi becanda kan.." teriak Rani histeris.
"What?? Nikah sama ABG labil?? Come on Mom, this is not funny, you know...
Rani duduk didepan Adnan yang sedang memasak. Gadis itu memperhatikan suaminya memasak dengan seksama. Entah kenapa dapur membuat Adnan terlihat lebih menawan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini sungguh pemandangan yang sangat bagus membersihkan mata Rani di pagi hari.
Adnan tampak begitu telaten memasukkan bahan demi bahan untuk serapan pagi mereka. Pria iti sudah terlihat seperti koki terlatih saja.
"Yeyyy.."Rani senang, pasalnya masakan Adnan sudah terhidang didepan mata. Hanya butuh disantap saja.
"Selamat makan.."Ucap Rani hendak menyuapi makanan pembagian dirinya.
"Eits..! Kamu udah gosok gigi..??"Tanya Adnan.
Ranu menggeleng.
"Sekali ini aja om.. Yayayaya.."Bujuk Rani.
"Nggak ada sekali-sekali.. Gosok gigi dulu, baru boleh makan.."Tegas Adnan.
Rani membuang nafasnya, kesal. Dari pada menghabiskan waktu berdebat dengan Adnan lebih baik ia patuh saja dan segera kembali lagi.
Padahal masakan Adnan itu telah memanggil-manggil Rani agar segera menyantap mereka, dasar Adnan.
Adnan mengeluarkan ponselnya, sambil menunggu Rani selesai menggosok gigi. Pria itu bukan memainkan ponselnya dengan membuka ig, tiktok, atau sosial media lainnya.
Jika kalian berpikir begitu, berarti kalian salah besar. Karna sekarang Adnan membuka e-mailnya, melihat beberapa berkas yang dikirim oleh sekretarisnya.
Yah.. Walaupun sekarang adalah hari Minggu, hari libur tapi tak ada kata libur untuk pekerjaan bagi Adnan. Karna mau tak mau selalu saja ada berkas penting yang harus ia cek.
Tak lama, Rani kembali. Gadis itu kembali sambil memperlihatkan giginya kepada Adnan. Pertanda dia benar-benar telah menggosok gigi.
Adnan menyimpan kembali ponselnya.
"Udahkan.."Ucap Rani, kembali duduk di kursinya.
Adnan mengangguk.
"Yey.. Akhirnya bisa makan.."Rani menatap dengan mata berbinar-binar, seolah-olah berkata 'akhirnya kalian semua akan masuk kedalam mulutku'.
"Baca do'a dulu.."Adnan mengingatkan.
Rani menurut gadis itu membaca do'a sebelum makan, lalu menyantap makanannya.
Tenang, tak ada suarapun yang terdengar. Keduanya terlihat menikmati makanan masing-masing.
Masakan Adnan benar-benar sangat sesuai dengan lidah Rani. Entah bagaimana cara pria itu supaya pintar memasak seperti ini. Membuat Rani merasa tersaingi saja.
Yah, walaupun masakan Rani sebenarnya juga enak. Tapi entah kenapa masakan Adnan terasa agak lebih darinya. Mungkin bisa dibilang, masakan Adnan terkesan lebih mewah.