Rani mengurung dirinya di ruang belajar. Sudah genap seminggu lamanya Rani menghindar dari Adnan. Dan untung saja pria itu juga sedang sibuk-sibuknya di kantor, membuat Rani merasa bersyukur.
Selama satu Minggu ini, Rani selalu tidur di ruang belajarnya. Dan Adnan sepertinya tidak banyak bertanya juga, ya bagaimana mau bertanya jika Adnan bangun Rani sudah tidak ada di rumah.
Adnan pulang dari kantor, Rani sudah mengunci dirinya di ruang belajar. Jadi bagaimana mungkin Adnan bisa bertanya kepada dirinya.
Kenapa tidak di telfon?? Bagaimana caranya di telfon, sedangkan Adnan sendiri tidak memiliki nomor Rani.
"Aku jahat ya??"Tanya Rani kepada boneka panda yang Adnan berikan kepadanya, hadiah dari game di taman hiburan waktu itu. Rani membawanya ke rumah Adnan.
Boneka Panda itu diam.
"Kok kamu diam aja?? Pasti kamu juga bingung kan.. Kalau kamu jadi aku pasti kamu bakalan berpikiran kayak aku juga.."Ucap Rani, bermonolog dengan benda mati itu.
"Huh... Bim, aku benar-benar bingung harus apa?? Aku merasa jahat, terima semua kebaikan dari Om Adnan, padahal di hati aku bukan dia yang ada.."Ucap Rani kepada boneka Pandanya yang diberi nama Bimbi.
"Iya.. Aku akui, aku sempat oleng beberapa waktu ini.. Tapi aku nggak bisa cuman oleng aja, padahal dia suami aku.."
"Aku ngerasa jadi istri yang durhaka. Istri yang selingkuh dari suaminya karna masih keingat sama Risky."
"Bim.. Aku harus apa??"Tanya Rani.
"Kamu nggak perlu ngelakuin apa-apa.."
"Om Adnan!"Ucap Rani, ketika mendengar suara Adnan dari balik pintu ruang belajarnya.
"O–om kapan pulang??"Ucap Rani, gadis itu masih berbicara dengan pintu sebagai pembatas mereka.
"Udah cukup lama, buat denger kamu cerita ke boneka Panda itu.."Ujar Adnan.
Rani menggigit bibirnya, ternyata Adna mendengar semua ucapannya. Apa pria itu akan marah kepadanya? Atau malah akan kecewa?
"Maaf om. Saya nggak ma-"
"Kamu nggak perlu minta maaf. Lagian pernikahan kita ini juga berawal karena keterpaksaan. Kamu bahkan harus putus sama pacar kamu buat nikah sama saya. Melakukan pernikahan karena perjodohan ini. Hal yang nggak pernah sama sekali terlintas di pikiran kamu, begitu juga saya."
"Kamu nggak perlu minta maaf, kamu juga nggak perlu merasa bersalah sama saya. Kamu juga nggak perlu memaksakan diri buat lupain pria itu demi saya."
"Yang perlu kamu lakuin itu cuman satu.. Yaitu menerima. Kamu cuman perlu nerima semuanya dari saya. Pelan-pelan saya akan buat kamu lupa sama pria itu, dan cuman fokus ke saya. Saya bakalan bikin fokus kamu cuman buat saya, walaupun itu pastinya butuh waktu."
"Tapi saya yakin akan itu. Dan saya juga percaya, semua yang terjadi ke kita itu juga bukanlah sebuah kebetulan. Tapi itu adalah sebuah takdir. Dan saja sudah mulai belajar buat nerima takdir saya, yaitu kamu."
"Kamu juga harus mulai belajar menerima saya, sebagai takdir kamu.."Jelas Adnan.
Rani tertegun. Kata-kata Adnan berhasil membuatnya terdiam. Rani lalu memutar kunci yang masih tergantung itu, memutarnya ke kiri sebanyak dua kali secara penuh. Membuka pintu itu, yang akhirnya memperlihatkan sosok Adnan.
Tanpa angin, tanpa hujan, Rani langsung memeluk tubuh Adnan yang manli itu.
"Maafin saya om.."Ucap Rani.
"Saya janji bakalan nerima semua yang terjadi dengan ikhlas. Saya juga bakalan janji buat jadi istri yang baik buat om.."Ucap Rani.
Adnan tersenyum, pria itu membalas pelukan Rani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married With YOU
Teen Fiction#FOLLOW SEBELUM BACA #Jangan Lupa Tinggalkan Jejak "Apa??? Ibu Nikahin aku sama om-om begini?? Yang tua begini?? Aku masih SMA Bu. Ibu lagi becanda kan.." teriak Rani histeris. "What?? Nikah sama ABG labil?? Come on Mom, this is not funny, you know...