Bab 7

154 8 0
                                    

Dilain tempat.

Adnan sudah menunggu Rani dari satu setengah jam yang lalu. Namun gadis itu tak kunjung datang.

"Adnan, maafin Ibu ya.. Kamu jadi lama nunggu karena Rani.."

"Nggak Bu, nggak apa-apa.."Ucap Adnan sambil tersenyum ramah kearah Ibu Rani.

"Awas aja ya ABG labil itu.. Tunggu aja nanti pembalasannya.. "Geram Adnan dalam hati.

Kriitt..

Terdengar suara pintu dibuka. Sontak Ibu dan Adnan langsung melihat ke arah pintu. Dan benar, mereka berdua mendapati Rani yang sedang berdiri disana.

"Dari mana aja kamu??"Gestur bibir Ibu berucap begitu, namun tanpa suara.

"I-itu Bu, tadi Ran-"

Tanpa membiarkan Rani menyelesaikan kata-katanya, Ibu Rani menarik paksa Rani. Dan tentunya yang ditarik hanya pasrah mengikuti.

"Kan udah ibu bilangin tadi pagi. Kenapa malah telat pulangnya??"Tanya Ibu Rani.

"Kan tadi Rani juga udah bilang sama Ibu, Rani ada janji sama Risky."Jawab Rani.

"Tapi janji sama Adnan lebih penting Rani.."Ucap Ibu penuh penekanan.

"Ini semua demi masa depan kamu.."Sambung Ibu.

"Tapi bukan ini masa depan yang Rani mau Bu!!"Tekan Rani.

"Rani nggak mau dijodohin. Rani nggak mau nikah karna paksaan.. Kenapa Ibu nggak mau ngertiin Rani??"Tanya gadis itu dengan air mata yang mulai bercucuran.

"Rani!! Bukan Ibu nggak mau ngertiin kamu, tapi ini wasiat Ayah."

"Ap-apa Bu?? Nggak, Ibu pasti bohong supaya Rani nikah kan??"

Ibu Rani menggelengkan kepalanya.

"Ibu, Rani nggak mau nikah. Rani ada Risky Bu. Risky itu laki-laki baik, dan Rani yakin itu.."Ucapnya, diiringi air mata yang masih terjun bebas.

"Putusin Risky! Ikutin apa yang Ibu bilang, dan jangan ngebantah lagi. Dan ini semua wasiat dari Ayah."Ucap Ibu lalu meninggalkan Rani.

Sementara Rani, gadis itu meresa kecewa. Ia merasa sedih, kesal, marah, semuanya bercampur aduk. Ia merasa semesta sungguh tidak adil merebut laki-laki yang Rani sayang.

Mulai dari merebut Ayahnya, dan sekarang justru semesta berusaha memisahkan Rani dari Risky, dan semesta merebut paksa kebahagiaannya dalam sekejap mata.

🌻

Rani menatap keluar jendela. Mau tak mau ia harus pergi juga bersama Adnan untuk mendesain undangan pernikahan Adnan, lebih tepatnya undangan pernikahan mereka.

"Kenapa??"Tanya Adnan yang dari tadi dibuat tidak fokus menyetir.

Rani menggelengkan kepalanya.

Adnan memberhentikan mobilnya mendadak membuat Rani terpaksa melihat kearahnya.

"Apaan sih om.."Ujarnya kesal.

"Kan saya nanya, kamu kenapa??"Tanya Adnan.

"Bukan urusan om!"Ucap Rani.

"Urusan saya lah, kan bentar lagi kamu jadi istri saya.."Ucap Adnan.

"Ish.. Ck.. Belum jadi suami aja udah kepo begini, apalagi kalau udah jadi suami.."Celoteh Rani.

Married With YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang