Aizi menyeka wajahnya dan kini Ia menangis karena sikap dan perkataan Nathan.
"Nggak usah cengeng!" bentak Nathan.
"Ini alasan lo kerumah untuk pulang? Katanya ke Mama mau belajar bareng, eh nyatanya cuma mau pacaran!" cibir Nathan. Aizi perlahan berdiri dan masih menunduk menahan tangis. Untunglah di sekitarnya tak ada yang melihat.
"A-aku nggak pa-"
"Brisik! Lo itu emang gitu. Pas ketahuan salah bisanya cuma nyangkal, bilang kalau itu nggak benar! Gaya lo aja yang cupu tapi nyatanya nggak beda aja sama cewek mulut berbisa!" hina Nathan. Aizi mengepalkan tangannya menahan sakit. Ia hanya bisa menangis mendengar perkataan itu dari Nathan.
"Aku cuma belajar. Nggak pacaran"
"Dia cium pipi terus ngacak-ngacak rambut lo, lo bilang nggak pacaran?"
Aizi mengangkat wajah menatap cengo ke arah Nathan. Cium pipi? Apa saat Kei membisikkan sesuatu itu terlihat seperti di cium. Masalahnya Kei memang membisikkan kepadanya terlalu dekat.
"Kenapa Kamu marah, Nat?" tanya Aizi mengangkat wajahnya. Wajahnya yang sembab yang membuat hati Nathan menjadi bersalah.
"Karena lo istri gue!"
"Bukannya kamu nggak peduli dan nggak anggap Aku istri kamu"
Nathan terdiam. Sorot mata Aizi membuat dirinya bungkam juga.
"Kita pernah janjiin ini sebelumnya, bahwa kita akan menghargai ikatan ini,'kan? Lo lupa apa gimana," ujar Nathan mengingatkan.
"Aku nggak peduli lagi, Nat. Satu minggu lagi kita pisah, karena Aku nggak pernah cinta sama Kamu. Aku capek. Kalau kamu mau, Aku ingin kita pisah sekarang juga"
"Asal kamu tau, Nat. Aku selalu menghargai sebuah hubungan termasuk ini. Tapi, Aku nggak bisa lagi. Kamu bilang Aku murah, kan? Aku tau cewek murahan kayak Aku nggak pantas buat Kamu"
Aizi melangkah pergi meninggalkan Nathan yang terdiam. Entah kenapa Nathan merasa hampa seketika mendengar ucapan itu, hatinya juga tak karuan.
Nathan mengacak rambutnya frustasi. "gue bego banget, sih? Kok gue bisa semarah itu?"
***
Aizi menangis di kamarnya. Aizi terus mengingat kenangan indah bersama Nathan dan juga kejadian yang tadi. Semuanya bercampur aduk.
"Aku benci kamu, Nat. Kamu keterlaluan!"
Aizi memukul-mukul boneka beruang miliknya dan menghayalkan bahwa itu Nathan. Aizi merasa sakit yang berkali lipat dari biasanya. Aizi tak tahu apa yang terjadi pada dirinya.
***
Nathan masih berdiam diri di Apartemen miliknya. Ia masih memikirkan kejadian sore tadi. Nathan menjadi sangat bersalah. Ia kini menunggu chat dari temannya.
Notifkasi pesan muncul di layar ponselnya. Itu berasal dari Gavin, pesan yang Ia tunggu-tunggu.
Gavin
Kei blng dia g nyium AiziIyakah?
Iya. Gue g bisa tau jlas
Katanya dia cma bisik sesuatu
Apa?
Nggk tau. Intiny gitu
Lo pke alsn ap nny k dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHARAIZI
Novela Juvenil"Arghh!" ringis Nathan. Aizi menutup mulutnya. Bolanya terlalu kencang dan terlewat ring kemudian mengenai kepala Nathan. Bayangkan saja, bola basket mengenai kepala? Sakit, Kan. Nathan masih meringis kemudian menatap Aizi yang nampak masih menutup...