Aizi berdiam dalam keheningan. Ia merasakan perutnya dan bagian ulu hatinya nyeri karena efek makanan dan minuman yang di berikan Nathan padanya tadi. Padahal selepas kepergian Nathan, Aizi langsung menghentikan aktivitasnya melahap makanan itu tapi tetap saja.
Aizi memang gadis dengan fisik yang lemah. Bahkan hanya karena makanan seperti itu saja, Aizi bisa-bisa mengalami maag lagi. Gadis itu benar-benar tidak bisa sembarangan.
Aizi mengangkat wajahnya karena ada sebuah tangan yang menyodorkan sebuah air mineral padanya.
"Minum, jangan sampai lo dehidrasi lagi" Aizi menatap orang itu. Ia adalah cowok yang sama yang tempo hari lalu sempat Aizi tabrak. Siapa lagi kalau bukan Gavin.
Gavin sebenarnya agak ragu mengajak Aizi berbicara. Aizi menggunakan Aku-Kamu sedangkan Gavin menggunakan Gue-Lo itu karena Gavin jarang bergaul dengan banyak orang. Di prancis juga Ia tidak sering bersosialisasi dengan banyak teman jadi bisa dibilang Gue-Lo ini cuma di pakai pada Nathan, Efram dan Kenzo yang merupakan Sahabatnya. Aneh, sih.
"Aku nggak apa-apa, kok" Aizi tersenyum kemudian menubduk lagi. Bukan Aizi namanya jika Ia tidak menunduk.
"Ambil aja. Tenang aja ini gratis, nggak usah bayar" Aizi masih diam tak menerima air mineral itu. Gavin menghela nafasnya karena air mineral itu tak kunjung di terima oleh Aizi.
"Kamu bisa sakit nantinya karena dehidrasi" Aizi mendongak kemudian menggeleng lagi berusaha memperlihatkan bahwa dia sedang baik-baik saja dia hanya perlu sendiri sekarang. Gavin rasanya ingin tertawa ketika kembali menggunakan Aku-kamu, rasanya gimana gitu bicara Aku-Kamu sama teman sebayanya.
Aizi menghela nafas ketika tak merasakan kepergian Gavin di dekatnya. Aizi tak terlalu suka dekat dengan laki-laki termasuk juga dengan Gavin. Ia menjadi sedikit takut jika berdekatan dengan laki-laki.
"Nggak usah bohong. Aku lihat kamu ke UKS ngambil obat, Kan?" sontak Aizi mengangkat kepalanya menatap Gavin sedikit terkejut.
"Kamu lihat?" tanya Aizi balik. Gavin mengangguk menjawabnya setelahnya tersenyum kecil. Aizi kembali menunduk kemudian menghela nafas.
"Nathan ngelakuin apa ke kamu?" tanya Gavin. Sontak Aizi menatap Gavin lagi sambil memasang ekspresi wajahnya yang kebingungan. Gavin kemudian duduk di samping Aizi. Mereka sekarang berada di kursi di samping taman besar sekolah elit ini.
"Aku lihat tadi Kamu bicara sama Nathan. Kayaknya sih serius. Aku mau nguping tapi keburu di tarik sama Efram" Gavin menebak kebingungan dari raut wajah Aizi. Aneh memang bagi seorang Gavin untuk basa-basi apalagi dengan seorang gadis. Tapi entah kenapa Gavin malah ingin bisa akrab dengan Aizi. Gadis pendiam di kelasnya.
"Sebenarnya Nathan punya dendam apa sih sama kamu?" tanya Gavin. Aizi menggeleng lemah tanda Ia tidak tahu. Ia juga masih bingung dengan alasan Nathan kenapa terlihat sangat tidak menyukai dirinya.
Gavin melihat sudut mata Aizi yang menatap lurus kebawah. Gavin heran dengan Aizi dan Nathan sejak awal. Saat di UKS ada Nathan yang menemani Aizi terlihat juga raut ketidak sukaan Nathan pada Aizi begitu juga saat di kantin tadi terlihat Nathan yang menahan emosi pada Aizi.
"Tante Sofia juga sama. Kenapa lo kayaknya dekat banget sama dia? Lo punya hubungan keluarga, yah?" tebak Gavin.
"Kamu kok kepo?"
"Nanya aja, sih. Setahu Aku, Nathan nggak punya sepupu atau kerabat seumuran dia" jawab Gavin.
"Kamu ngomong gitu seakan-akan udah kenal Nathan sejak lama," Aizi memang belum mengetahuk hubungan persahabatan Gavin dan Nathan. Makanya Ia agak bingung saat pertengkaran cekcok antara Gavin dan Nathan tadi seakan-akan kelihatan akrab. Lagipun Aizi tak mungkin mengatakan bahwa 'Aku menantunya Tante Sofia'
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHARAIZI
Teen Fiction"Arghh!" ringis Nathan. Aizi menutup mulutnya. Bolanya terlalu kencang dan terlewat ring kemudian mengenai kepala Nathan. Bayangkan saja, bola basket mengenai kepala? Sakit, Kan. Nathan masih meringis kemudian menatap Aizi yang nampak masih menutup...