"Arghh!" ringis Nathan.
Aizi menutup mulutnya. Bolanya terlalu kencang dan terlewat ring kemudian mengenai kepala Nathan. Bayangkan saja, bola basket mengenai kepala? Sakit, Kan.
Nathan masih meringis kemudian menatap Aizi yang nampak masih menutup...
"Ini berapa?" tanya Nathan pada balita perempuan yang sangat menggemaskan itu. Nathan sedang bermain dengan Alifia sembari mendudukan Alifia di meja depan TV kamarnya dan Nathan menghadap ke arah dirinya.
Nathan mengacungkan jari telunjuk pada Alifia berharap bahwa gadis kecil ini menjawabnya walaupun hanya dengan kata 'tu'
Bukannya menjawab, Alifia malah tertawa kemudian memasukkan jari Nathan ke mulutnya dan menggigitnya.
"Aww! Aduh, sakit woyyy! Lifiaa!!" Nathan mencubit pipi Alifia kencang agar Ia bisa menangis dan jarinya bisa di keluarkan. Benar saja, tanpa hitungan yang lama Alifia sudah menangis sangat kencang.
Nathan sibuk mengibas-ngibaskan jari telunjuknya yang di gigit dan sampai mengabaikan Alifia yang masih saja menangis.
"Eh, kenapa?"
Nathan mendengar suara Aizi dan menoleh ke belakang. Ia menemukan Aizi yang sudah berjalan menghampirinya dengan wajah khawatir. Aizi menghampiri Alifia kemudian menggendongnya di sisi kanan.
"Lifia kenapa nangis? Cup cup, anak cantik nggak boleh nangis" Aizi menurunkan Alicia sejenak dan memberikan Alicia pada Nathan dan Nathan juga tak menolak. Alicia nampak kalem tak menangis lain dengan Alifia yang mendengar adiknya menangis dirinya malah ikutan.
Aizi kini mendekap Alifia dan sedikit berjalan sambil menimang-nimang Alifia. Nathan hanya memperhatikan gadis itu yang masih berusaha menenangkan Alifia.
Nathan merasakan tangannya di cubit seseorang dan Ia menemukan Alicia adik bungsunya yang melakukannya.
"Kal kal" Nathan melototkan matanya kemudian menggeleng.
"Nggak, kok. Abang nggak nakal, kakak kamu yang nakal" jawab Nathan karena Ia mengerti maksud ucapan adiknya ini.
"Nanti Cia nggak boleh ikutan nakalnya Kakak, yah" ucap Nathan sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah Alicia. Alicia memegang jari Nathan dan erat kemudian tersenyum khas anak balita.
"Ucul banget, sih" Nathan langsung memeluk adik bungsunya itu gemas. Natha juga tak mendengar lagi suara dari Alifia.
Nathan kembali melirik ke arah Aizi yang nampak tenang. Ia juga tak mendengar suara tangisan Alifia yang nyaring itu. Alifia juga nampak sudah menutup kedua matanya alias tidur.
Aizi mengelus punggung Alifia dengan lembut. Aizi kemudian hendak keluar kamar
"Mau kemana?" tanya Nathan. Aizi tak mengarah kepadanya karena sebenarnya Aizi ingin menghindar saja dari Nathan.
"Ng-nganter Alifia" Nathan kemudian menggendong Alicia dan berjalan ke arah pintu.
"Barengan,"
Aizi hanya bisa menurut saja. Ia beserta dengan Nathan dan kedua balita ini segera menuju ke kamar mereka berdua. Kamar bernuansa putih bercampur merah muda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.