Aizi kaget melihat supir yang sekaligus merupakan body guard pribadinya. Badannya kekar dan kepalanya botak lebih mirip raksasa menurut Aizi. Sofia mengatakan bahwa dia adalah orang yang cocok melindugi Aizi dari gangguan Natham. Sofia tidak ingin Nathan menyakiti Aizi dan membuat Aizi semakin takut lagi pada anak sialannya itu.
"Mau saya bawakan tas-nya non?" tanya body guard yang Aizi ketahui namanya adalah pak Asep. Aizi menggeleng kemudian tersenyum ramah.
"Aizi bisa kok pak. Kita berangkat sekarang aja" Pak asep mengangguk kemudian berjalan dan membukakan pintu mobil yang bisa di bilang mewah.
Aizi segera memasukinya. Sudah sekitar dua hari dirinya tak masuk sekolah dan hari ini semuanya berakhir dan akhirnya Aizi bisa kembali ke sekolah. Seragam hari ini adalah seragam olahraga karena setiap sabtu pada diakhir bulan maka mereka mengadakan kegiatan santai tanpa belajar.
Meskipun santai, mereka tetap wajib sekolah karena jika tidak maka mereka harus membayar denda bahkan bisa jadi skorsing.Sesampainya di parkiran sekolah bergengsi ini, Aizi di bukakan pintu oleh Pak Asep. Aizi keluar dari dalam mobil dan segera berjalan menuju kelasnya dengan di depannya berjalan Pak Asep. Aizi menjadi pusat pandang banyak siswa dan Aizi hanya menunduk karenanya.
***
"Lo udah minta maaf belum sama Aizi?" tanya Kenzo. Nathan menatap malam Kenzo kemudian menggeleng kepalanya dan kemudian kembali fokus pada permainan di ponselnya. Kenzo dan Efram saling geleng-geleng kepala mengetahuinya.
"Lo nggak ada rasa bersalah, Nat?" tanya Efram pemasaran. Nathan seakan-akan tidak melakukan satu kesalahan yang fatal. Padahal jelas-jelas Ia melakukan kesalahan yang membuat dirinya masuk BK dan Aizi yang menjadi sakit.
"Gue nggak salah. Cewek bisu itu yang salah, siapa suruh dia sengaja ngelempar gue pakek bola basket" jawab Nathan.
"Nggak sengaja, Nathanio" ralat Efram geram. Nathan biasanya keterlaluan seperti ini hanya pada laki-laki dan bukan perempuan. Efram dan Kenzo sebagai sahabatnya tentu kaget dengan kelakuan Nathan pada Aizi.
"Bayangin Aizi itu nyokap lo" Nathan mengernyit bingung sambil masih fokus pada permainan di ponselnya.
"Nyokap lo di lemparin kek gitu lo terima?"
Nathan kini menatap Kenzo dan mulai berhenti bermain ponsel dan kini memilih untuk fokus pada percakapan.
"Nggak mungkin" jawab Nathan. Kenzo dan Efram mengerutkan dahi tak mengerti.
"Nyokap gue mantan geng motor. Nggak ada yang berani ama dia lagipun sekali senggol dikit langsung habis tuh orang" Nathan mengatakannya berdasarkan cerita yang pernah Papanya ceritakan padanya.
Mamanya itu sangat menakutkan. Bad girl kelas kakap saat di sekolah dulu dan mendengar hal itu juga menyebabkan Nathan agak takut jika membantah Mamanya itu.
"Ya udah, bayangin aja itu Alifia atau Alicia? Lu nggak kasihan?" kali ini kedua adik kembarnya yang di bawa-bawa oleh Kenzo. Natha. Mendengus sebal menjawab pertanyaan aneh ini.
"Mereka masih bocil! Nanti bakalan di ajarin berantem juga ama nyokap gue" jawab Nathan ngaco. Efram dan Kenzo hanya mendengus sebal. Aneh saja dengan Nathan.
Cowok ini kelihatan keren di mata para gadis dan selalu bersikap dingin akan tetapi pada Efram dan Kenzo malah sikapnya sangat menyebalkan seperti ini. Dasar muna!
"Ya udah bayangin itu cewek lo" pertanyaan Kenzo yang selanjutnya itu membuat Nathan terdiam. Aizi bukan ceweknya malahan istrinya yang ingin Nathan jauhi. Ia malahan bingung menjawab pertanyaan Kenzo.
"Kalau gue cinta sama dia bakalan gue tonjok orang yang gituin dia!" jawab Nathan.
"Cinta sama siapa? Sama Aizi?" tanya Efram sedikit menggoda. Nathan terlihat ogah-ogahan.
"Mimpi lu! Nggak mungkinlah gue suka sama cewek bisu! Nggak jelas lo, gue jawab apa lo malah tanyain apa" kesal Nathan. Efram berdecak sebal.
"Habisnya jawaban lo ambigu sih," Nathan mengumpat dalam hati. Padahal jawabannya bisa saja di pahamj dulu oleh Efran tapi malahan langsung di cap jawaban lain. Kenzo melihat ekspresi Nathan nampak menahan tawanya.
"Hati-hati lo. Bisa jadi ntar lo suka sama Aizi. Mampus lo!" ledek Kenzo. Nathan melototkan matanya mendengarnya.
"Kamprett!" Nathan hendak memukul Kenzo dengan kakinya tapi segera di hindari oleh Kenzo.
"Minta maaf sana lo!"
"Ogah!"
***
"Sebaiknya jangan senam dulu non" saran pak Asep. Jam menunjuk pada pukul tujuh lewat lima dan para siswa di minta untuk segera berbaris dan senam bersama. Mengingat keadaan Aizi yang harus ia jaga atas perintah Sofia maka Asep menyarankan hal itu.
"Aizi nggak apa-apa pak Asep. Cuma lima belas menit doang kok" ucap Aizi menyakinkan. Asep menghela nafas kemudian menatap kepergian Aizi yang mulai menuju ke arah lapangan out door yang luas.
Aizi mencari barisan paling belakang. Ia sengaja memilih paling belakang agar tidak banyak di perhatikan. Aizi mekihat ada satu barisan yang kosong. Aizi melangkahkan kaki menuju tempat itu.
Aizi kini berdiri di tempat itu dan kemudian merentangkan tangannya mengikuti intruksi akan tetapi ia tertarik ke belakang karena tangannya di tarik seseorag.
Aizi hampir terjatuh jika saja Ia tak menjaga keseimbangannya. Aizi melihat ke arah orang yang menarik tangannya dengan kasar itu dan kemudian menunduk ketika melihat itu adalah Nathan.
Nathan mencari tempat di belakang karena tidak ingin di depan. Ia malas jika di depan dan beralih ke belakang.
"Pindah depan sono!" tajam Nathan. Aizi mendongak dan segera berjalan perlahan ke depan akan tetapi sebelum itu pak Asep datang kemudian menarik tangan Aizi dan mendorong tubuh Nathan pelan kemudian menyuruh Aizi berdiri di tempatnya semula.
Nathan menatap kesal pak Asep kemudian hendak mendorong Aizi untuk menyingkir tapi pak Asep menghalangi.
"Tuan Nathan pindah ke depan saja. Ini tempat non Aizi" tegas Asep membuat Nathan kesal.
"Minggir nggak lo! Ini tempat gue" usir Nathan. Ia sekarang menjadi pusat perhatian siswa belakang.
"Saya tidak mau kasar sama tuan. Tapi ini perintah nyonya Sofia agar saya melindungi non Aizi dari tuan"
Nathan menghela nafas dan menggerutu dalam hatinya. Mamanya ini sangat mengganggu. Jika seperti ini maka rencana Nathan membuat Aizi bisa mengadu dan melaporkan dirinya pada ayahnya tentu akan sulit.
"Gue pastiin lo bakal di pecat sama Mama!" ancam Nathan tak di tanggapi Asep. Asep hanya tersenyum meremehkan kemudian mempersilahkan Nathan agar berjalan dan mencari barisan di depan.
Nathan menatap Aizi tajam dan Aizi yang merasa di tatap hanya menunduk takut. Ia tau Nathan sedang marah saat ini dan Ia takut jika Nathan akan memarahinya.
___________
Vote komen gayss
Jangan lupa><Ututuuu:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHARAIZI
Teen Fiction"Arghh!" ringis Nathan. Aizi menutup mulutnya. Bolanya terlalu kencang dan terlewat ring kemudian mengenai kepala Nathan. Bayangkan saja, bola basket mengenai kepala? Sakit, Kan. Nathan masih meringis kemudian menatap Aizi yang nampak masih menutup...