Aizi mondar mandir di kamarnya dengan hati gelisah. Ia masih saja terus berfikir tentang ajakan Nathan itu yang menurutnya Nathan akan memutuskan semua ini.
Aizi bingung dengan dirinya atas perasaannya. Harusnya Ia senang bukan? Tapi ini malah sebaliknya.
Satu jam lagi jam sembilan malam dan Aizi belum siap sama sekali.
"Zi,"
Panggilan itu berasal dari balik pintu. Bunda yang memanggi dengan suara lembutnya.
"Iya, Bunda?" sahut Aizi berusaha menormalkan raut wajahnya.
"Bunda sama Ayah pergi dulu, yaa. Bentar lagi Kak Asahi juga udah mau pergi juga" Bunda pamit. Bunda mengatakan Ia akan menghdiri acara penting dengan Ayah sedangkan Asahi akan pergi ke Ulang Tahun temannya.
"Iya, Bunda" Aizi menyalimi Bundanya dan tersenyum. Bunda menangkup wajah Aizi dan mencium dahinya.
Sepeninggal Bunda, Aizi kembali seperi semula. Gadis yang sedang kebingungan dengan perasaannya.
***
Nathan tersenyum melihat dekorasi yang Ia dan teman-temannya buat. Gavin, Kenzo dan Efram, Mereka juga di bantu oleh Sofia dan beberapa pelayan.
"Ka tan" Alicia bersuara dan berjalan ke arah Nathan. Nathan langsung memeluk balita imut itu dengan gemas.
"Alicia kangen banget sama Aizi, ya?" tanya Nathan gemas. Alicia tersenyum memperlihatkan kedua gigi kecilnya dan mengangguk lugu.
"Nanti kita ketemu dia, yaa" Nathan segera memberikan Alicia pada pengasuhnya dan berjalan menuju Sofia. Sofia masih sibuk menyiapkan makanannya, semuanya harus istimewa malam ini.
"Mama istirahat aja, pasti capek" Nathan memberikan segelas air mineral yang terdapat di meja. Sofia menerima gelas itu dan duduk di kursi kemudian menghabiskan airnya.
"Mama nggak capek" elak Sofia padahal terlihat jelas bahwa Ibu tiga anak itu kecapekan.
"Udah, pokoknya istirahat aja!" Nathan mendorong pelan punggung Mama menuju sofa di sisi ruangan. Papa juga berada disitu dengan Alifia yang duduk di pangkuannya.
Papa langsung merangkul leher Mama dan tak membiarkan wanita itu kabur. Nathan terkekeh geli melihat tingkah Papa-nya yang sudah hampir berumur empat puluh tahun itu.
"Kita pacaran aja dulu, mengenang masa muda" goda Papa membuat Mama bergidik ngeri.
Nathan langsung mengambil Alifia dari pangkuan Papa. Dengan wajah galak dan khawatir, Nathan menutup mata kecil Alifia.
"Papa kira-kira dong! Lifia itu masih kecil, jangan kotori dia dengan tatapan gombal Papa ke Mama!" galak Nathan kemudian melangkah menjauhi oramg tua mereka yang tidak mengenal umur lagi.
Papa dan Mama hanya tertawa kecil melihatnya. Mama geleng-geleng melihat sikap Nathan.
"Anak siapa, sih?" Papa jahil bertanya.
"Anak Aku sama mantanku!" jawab Mama galak membuat Papa tertawa lagi.
"Enak aja! Dia anak Aku, gantengnya aja sama kayak Aku" Papa mencubit gemas pipi Mama Sofia.
"Iyalah, ganteng. Kan anak kamu! Kalau mantan Aku mana ada yang ganteng!"
Lagi-lagi seperti itu. Biarkan dua orang tua itu menikmati nostalgia mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHARAIZI
Teen Fiction"Arghh!" ringis Nathan. Aizi menutup mulutnya. Bolanya terlalu kencang dan terlewat ring kemudian mengenai kepala Nathan. Bayangkan saja, bola basket mengenai kepala? Sakit, Kan. Nathan masih meringis kemudian menatap Aizi yang nampak masih menutup...