4 - Pindah

2.7K 212 4
                                    

Nathan menghela nafasnya melihat Aizi yang terpejam itu. Jidatnya nampak memerah karena bola yang Ia lemparkan, Nathan menjadi kasihan. Apakah Ia keterlaluan?

Tapi, Ia masih cukup kesal dengan pernikahan ini. Hanya Aizi yang menjadi tempat pelampiasannya. Padahal gadis itulah korban disini.

Nathan melakukannya agar Aizi segera mengadukan ini pada Ayahnya dan membuat Ayahnya yakni Bagas murka dan marah pada Nathan, sehingga berniat menyelesaikan pernikahan aneh ini. Tapi gadis ini malahan tak pernah engadu sedikitpun pada keluarganya entah mengapa.

Hiks

Nathan melihat ke arah mata Aizi yang nampak mengeluarkan cairan. Nathan mengernyit melihatnya dan ia bisa mendengar suara isakan kembali muncul.

Nathan menjadi tak berani mendekati Aizi. Ia segera menjauh dan nampak menghubungi seseorang.

***

Aizi menggeliat dan membuka matanya. Aizi mengusap matanya yang nampaknya berair dan kemudian mengusapnya. Ia bermimpi buruk tadi.

Aizi seketika membulatkan matanya saat melihat sekarang Ia berada dimana. Bukan lapangan basket, bukan UKS dan bukan apartemen. Tapi, kamar siapa ini?

Aizi berada di sebuah kamar yang luas dengan desain yang sangat indah. Bernuansa putih dan abu-abu membuat Aizi kaget.

Aizi melototokan matanya kemudian membuka selimut yang membaluti dirinya, pakaiannya masih lengkap tak ada yang kurang. Seketika dirinya merasa aman. Aizi merebahkan tubuhnya di kasur empuk dan mahal itu. Persis seperti kasur di rumahnya.

Aizi memiringkan badannya dan menemukan sebuah foto yang memperlihatkan sebuah wajah suaminya sendiri. Aizi langsung terbangun lagi kemudian menatap isi kamarnya lagi.

"Jadi ini kamar Nathan? Tapi kok Aku bisa disini?" Aizi hendak beranjak berdiri namun kembali terduduk karena merasakan kepalanya pusing dan nampaknya Ia kelaparan.

Seorang wanita masuk bersama beberapa orang ajudan membawa beberapa kotak. Aizi nampak mengernyit melihatnya. Menit berikutnya masuklah dua orang baby sitter membawa Alifia dan Alicia.

Sofia yang menyadari Aizi sudah sadar kemudian mendekati dirinya dengan senyum berbinar.

"Kamu nggak apa-apa? Astagah kamu belum sarapan, Kan? Kamu siapkan makanan, yah. Sini berikan Alifia pada saya" seorang baby sitter memberikan balita bernama Alifia itu pada Sofia namun malahan balita itu memilih pada Aizi.

"Eh, tau aja kalau ini kakaknya" Sofia mengelus rambut milik Alifia yang di kucir ke atas itu. Balita berumur setahun lebih itu kemudian tertawa dan memperlihatkan dua gigi depannya membuat Aizi sangat gemas.

Aizi beralih menatap kardus yang entah berisi apa yang tadi di baea oleh beberapa ajudan. Aizi kemudian menatap Mama Sofia.

"Itu apa Ma?" tanya Aizi penasaran. Sofia sekilas melirik kardus-kardus itu.

"Barang-barang kamu sayang" Aizi mengerutkan dahi bingung. Barang-barangnya yang mana? Apakah Ayah dan bundanya mengirim barang padanya? Tapi untuk apa juga. Apartemen dan rumah orang tuanya juga lumayan dekat kenapa harus mengirim jika bisa di antar langsung.

"Barang Aku? Barang yang mana?" bingung Aizi.

"Barang-barang yang di apartemen" jawab Sofia menjawab semuanya. Aizi nampak kaget mendengarnya. Kenapa barang-barangnya di bawa kesini bahkan sepertinya semuanya di bawa kesini.

NATHARAIZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang