26 - Malam menyambut

548 45 4
                                    


Sunyi sangat terasa. Netra lelah itu perlahan tertutup dengan tubuhnya yang terkulai lemah di lantai kamar mandi yang dingin. Wajahnya pucat pasi dengan bibir membiru kedinginan.

"Mama,"

***

Satu jam sudah Sofia di rumah sakit.

Sofia duduk di depan ranjang tempat Nathan masih terkulai lemah. Nathan belum juga sadar dari koma yang Ia alami, entah kapan Nathan akan bangun.

Dalam hati Ia menanyakan kabar Aizi yang sudah beberapa hari tak Ia hubungi. Ia juga bingung dimana Aizi sekarang.

"Kamu kapan bangun, hm? Ini udah sebulan. Kamu nggak capek tidur terus, Nat?"

Sofia selalu mengajak Nathan untuk berkomunikasi. Dokter bilang ini baik untuk di lakukan, tidak menutup kemungkinan dalam kondisi Nathan yang koma indra pendengarannya itu tetap berfungsi. Mungkin dengan mengajak Nathan berbicara kemungkinan Ia sadar akan semakin besar.

"Mama udah makan?"

Sofia mendongak mendapati Satrio dan yang membuatnya terkejut ada sosok balita kecil di dekapannya.

Suaminya yang berdiri di ambang pintu dengan wajah yang sangat kelelahan. Sang Ayah tiga anak itu harus pulang pergi Indonesia-Amerika karena tuntutan pekerjaannya.

Sofia memintanya untuk di Indonesia saja bersama dengan si kembar tapi Satrio menolak keras karena Ia ingin menemani istrinya itu.

"Kamu bawa siapa?" Sofia nampak terkejut dan tepat saat itu balita itu mendongak.

"Mama" balita itu meminta pelukan dari Sofia. Satrio berjalan mendekati Sofia dan menyerahkan balita itu.

Sofia menggendongnya.

"Alifia kangen Mama?" Sofia memeluk erat Alifia. Sofia melihat bibir kecil gadis kecil itu melengkung kebawah seperti akan menangis. 

Sofia mengecup kepala Alifia berkali-kali sebagai obat rindu tidak bertemu anak kembarnya sebulan lebih.

"Kok Papa bawa dia?" tanya Sofia.

Satrio menggaruk tengkuknya.

"Dia liat Papa rapiin pakaian, mungkin dia sadar kalau Papa mau temuin Mama jadi dia nangis sambil bilang mau ikut" jelas Satrio.

Sofia melirik lagi mata bulat Alifia, dia pasti sangat merindukan Ibunya. Balita berumur dua tahun lebih ini sudah menampakkan kepintarannya. Membayangkan bagaimana saat Alifia itu ingin ikut membuatnya gemas sendiri.

"Lifia kangen Mama? Kangen banget, ya?"

"Nen mama"

"Mama juga kangen banget, kok"

Sofia memeluk Alifia lagi dengan penuh kasih sayang.

"Alicia mana?" tanya Sofia, menanyakan anak paling bungsu di keluarga mereka. Jika ada Alifia maka harus ada Alicia.

Satrio menggeleng.

"Dia nggak Papa ajak" jawab Papa.

"Kok gitu?" heran Sofia.

NATHARAIZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang