32

1.1K 95 11
                                    

Semenjak malam itu, semuanya terasa berbeda bagi Jef. Bella jauh lebih pendiam dari biasanya, padahal perempuan itu selalu menyambutnya dengan riang setiap pagi. Kini perempuan itu tidak lagi menunggu Jef pulang dari kantornya. Bella sering tertidur di depan televisi atau tidur di atas ranjang mereka. Terkadang Bella juga tidur di kamar rahasia Jef dulu, kamar berkartu merah dimana kartu tersebut dipegang Bella sekarang. Awal mulanya Jef tidak tahu bila Bella ada disana. Tiba - tiba saja perempuan itu menghilang dengan ponsel yang tertinggal di kamar Jef. Jef menanyakan kepada petugas keamanan tetapi mereka sama sekali tak melihat Bella keluar dari rumah sehingga Jef memutuskan untuk mengecek CCTV. Dari sana pula ia tahu bahwa Bella masuk ke dalam lorong gelap itu kemudian tidak kembali sama sekali, yang berarti ia berada dalam ruang rahasianya dulu.

"Sayang, tadi malam Jasmine meneleponku."

"Aku keberatan bila ia menginap disini lagi." Ujar Bella tanpa sungkan sama sekali. Ia menegak airnya dengan cepat kemudian kembali tenang dengan sarapannya. Jef hanya mengangguk tanpa memberikan respon lagi.

"Georgina meneleponku, ia berkata kesulitan menghubungimu."

"Aku akan menghubunginya nanti siang."

Percakapan mereka hanya sebatas itu setiap harinya. Bella sendiri tidak paham mengapa hubungannya dengan Jef menjadi seperti ini. Komunikasi mereka memburuk dan belum ada inisiatif dari Jef untuk memperbaikinya.

***

Bella duduk di sofa ruang utama sambil meluruskan kakinya. Ia sedang menunggu petugas kebersihan rumah Jef untuk membereskan benda - benda disana. Dalam kurun waktu empat bulan mereka berkencan, mereka telah memiliki banyak kenangan disana. Foto - fotonya dengan Jef berada dalam bingkai pigura yang diletakkan di atas nakas. Melihat gambar - gambar itu semakin membuat Bella stress hingga tak tahu dari mana asalnya, ia tiba - tiba berniat menelepon Georgina. Dan perempuan itu benar - benar melakukannya.

"Hai Bella." Sapa wanita paruh baya tersebut dengan riang seperti biasanya.

"Selamat siang, Georgina. Apakah kau sibuk ?" Ia berusaha terlihat ramah.

"Tidak, sama sekali tidak."

"Apakah Jef sudah meneleponmu ?"

"Belum, Jef memang begitu. Ia sangat sibuk mungkin, ia lupa."

Saat Georgina berkata demikian, tiba - tiba saja air mata Bella mengalir setetes dari matanya. Ia teringat dengan semua hal yang memburuk dalam hubungan mereka. Penyebabnya sama. Jef sangat sibuk, mungkin ia lupa dengan Bella.

"Bella apakah kau baik - baik saja ? Ada apa sayang ? Apakah Jef menyakitimu ?" Spontan Georgina menunjukkan suara khawatirnya karena baru saja ia mendengar Bella terisak, walaupun suaranya sangat pelan.

"Aku tidak baik - baik saja." Perempuan itu menahan tangisannya. Ia segera beranjak dari sana diam - diam agar para petugas kebersihan itu tak mendengar suaranya.

"Ceritakan padaku oke ? Aku akan berusaha memberi solusi terbaik untukmu."

Bella menenangkan dirinya sejenak sebelum ia mulai berbicara. Terlebih lagi ia harus menata kata - katanya karena wanita yang sedang berbicara padanya sekarang adalah ibu Jef. Ia tak ingin mengucapkan sesuatu yang terlalu eksplisit demi menjaga privasinya dengan Jef.

"Aku ingin bertanya padamu. Kau pernah berkata padaku bahwa Jef pernah memiliki mantan pacar. Apakah mereka benar - benar putus hanya karena dia tidak tahan karena Jef hiperseks ? Atau karena ada alasan lain yang belum kau ceritakan padaku ?"

Bella memberanikan diri menanyakan pertanyaan sekrusial itu pada Georgina. Tiba - tiba semuanya menjadi senyap. Suara wanita itu tak terdengar lagi di telepon. Bahkan suara embusan nafasnya pun tak terdengar, membuat Bella mengernyitkan keningnya seketika.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang