7

1.8K 130 2
                                    

Jef berjalan di belakang Bella dengan topi dan jaket putihnya. Bella sejak tadi menggoda lelaki itu karena ia sangat mirip dengan pemain bisbol, tetapi Jef memilih pakaian seperti itu agar tak ada yang mengenalinya. Lelaki itu diam di depan bartender sambil menunduk sementara Bella memesan Wine.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang ?" Ujar Jef setengah berteriak karena disana sangat ramai sekali. Lelaki itu tidak tahu bila klub normal sangat ramai seperti ini.

"Aku akan mencari meja judi yang kosong." Bella meninggalkannya dengan segelas wine disana. Perempuan itu berjalan hingga jarak yang ia perkirakan cukup jauh agar Jef tak bisa melihatnya.

"Hei." Bella menepuk salah satu perempuan yang ia yakini adalah seorang kupu - kupu malam.

"Ya ?" Perempuan berambut pirang itu menoleh.

"Kau goda lelaki berjaket putih itu. Aku akan memberimu upah." Bella mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya pada perempuan tersebut. Perempuan itu langsung menerimanya kemudian berjalan menghampiri Jef. Bella menyaksikan secara langsung bagaimana Jef digoda oleh seorang pelacur.

Perempuan itu menghampiri Jef dengan rok yang tersingkap ke atas. Potongan bajunya cukup rendah, membuat belahan dadanya terlihat jelas. Selain itu, wajahnya cukup cantik menurut Bella. Ia memegang pundak Jef dengan jari - jari lentiknya. Gaya tubuhnya sangat centil, meliuk kesana kemari. Sesekali ia tertawa, entah apa yang ia bicarakan.

Sementara itu, Jef tidak menunjukkan respon yang baik. Ia memilih menghadap meja bartender dan tak menatap perempuan itu sama sekali. Bella menelitinya sekali lagi dan Jef tak menunjukkan tanda - tanda tergoda dengan perempuan itu, membuat spekulasi Bella menguat.

"Apakah benar bahwa Jef seorang gay ?" Bella membatin dalam hatinya.

Ia cepat - cepat menghubungi Marybel dengan mengirim pesan mengenai apapun yang ia lihat barusan. Saat ia menyadari bahwa Jef menoleh kesana kemari dan tak menghiraukan perempuan tadi, Bella segera lari menghampiri Jef lalu mengedip pada perempuan tadi untuk pergi.

"Jef, kita berjudi disana." Bella menunjuk sebuah meja di ujung.

"Kau lama sekali, aku tidak nyaman disini." Jef menggerutu pelan.

"Hei aku sedang mencari lawan dengan uang yang sama banyaknya dengan kita." Ia mengedip.

***

"Dua ratus euro." Bella melemparkan uangnya kemudian semua orang bersorak ramai. Jef duduk di sebelah Bella sambil meminum sebotol bir. Jef akui bahwa Bella cukup lihai bermain judi. Saat Bella mengeluarkan kartu terakhirnya, ia memenangkan permainan itu sekali lagi. Lelaki itu menggeleng sambil tertawa lepas.

"Berikan uangku !" Serunya pada orang - orang disana. Ia menyapu habis uang di atas meja diiringi oleh tepuk tangan dari orang - orang yang menyaksikan perjudian tersebut. Bella berpikiran bahwa ia akan memasang taruhan dua ratus euro lagi tetapi Jef tiba - tiba membuka suaranya.

"Taruhkan semua uangmu, aku bertaruh seribu euro." Ujarnya dengan lugas. Sesaat Bella memandangi lelaki tersebut. Ia tampak sangat tampan dengan tatapan mata seperti singa jantan.

"Jef kau yakin ? Itu terlalu besar." Bella membisikannya. Pria di depan Jef sudah mengeluarkan tumpukan uang dengan wajah sombongnya. Pria yang di sebelahnya juga demikian.

"Aku yakin." Tegas Jef sekali lagi.

"Kau mabuk, ayo kita pulang."

"Aku tidak mabuk, dan tidak akan pernah mabuk." Jef tersenyum licik, mengulang kata - kata yang pernah ia ucapkan kepada Bella kemarin.

"Ya Tuhan, kau iblis tertampan yang pernah kulihat." Celetuk Bella tanpa bisa dikendalikan. Saat Bella menyadari apa yang telah ia katakan barusan, ia cepat - cepat menggelengkan kepalanya sambil mengumpat dalam hati. Ia sudah akan meminta maaf pada Jef namun lelaki itu justru mengecup bibirnya sekilas.

"Lihat bagaimana aku bermain."

Jef kembali meluruskan pandangannya lalu mengeluarkan dua lembar uang dari sakunya. Benar, hanya dua lembar namun masing - masing lembar bernilai lima ratus euro. Lawan yang lain langsung menertawakan Jef seolah - olah lelaki itu adalah lelaki sok kaya. Padahal mereka belum tahu bahwa orang yang mereka hadapi adalah Jefrio Moresetto, pria dari keluarga terkaya di Italia.

Jef membuka kartu yang baru saja dibagi dengan tenang. Sejujurnya lelaki itu berpikir bahwa sekalipun ia kalah, itu tak penting baginya karena uang seribu euro sangat sedikit baginya. Tetapi bagi Bella, uang yang ditaruhkan Jef sangatlah besar.

Permainan menjadi semakin sengit saat kartu - kartu yang dipegang masing - masing pemain tinggal beberapa lembar saja. Jef tetap tenang mengeluarkan kartu - kartu yang sudah ia tata dengan rapi, membentuk suatu pola.

"Jef kau hampir menang." Bella membisikinya. Hanya tinggal dua pemain tersisa. Kartu yang dipegang Jef sisa satu biji sedangkan kartu pria lawannya tersisa dua biji.

"Keluarkan saja kartu yang kau mau." Jef menaikkan alisnya cerdik. Pria itu sudah bangga, menyakini bahwa Jef tidak akan memiliki kartu yang sama sepertinya. Saat pria itu mengeluarkan kartunya dengan bangga, Jef menghempaskan kartunya dengan cepat, membuat semua orang disana terdiam.

"Joker ?" Ujar Bella tak percaya.

"Joker ? Kau menang !"

Sedetik kemudian semua orang bersorak riuh. Bella spontan memeluk Jef dengan erat, tak menyangka bahwa lelaki itu memenangkan judinya padahal dalam bermain kartu UNO saja Jef sangatlah payah.

"Sialan." Pria yang barusan kalah dari Jef tersebut mengumpat dengan jelas namun Jef tak mempedulikannya. Ia mengambil semua uang di meja lalu pergi dari sana bersama Bella.

"Bagaimana tadi ? Sudah kubilang pasti seru."

"Benar, seru." Jef tak ingin menghancurkan kebahagiaan perempuan itu. Sejujurnya Jef merasa biasa saja. Ia pernah berjudi dalam nominal yang sangat besar. Mungkin Bella akan pingsan bila Jef menyebutkan nominalnya.

Jef sudah akan masuk ke dalam mobilnya sebelum Bella tiba - tiba berhenti di depan toko yang sudah tutup. Ia mendekati seorang tuna wisma yang menggendong anaknya yang masih kecil. Jef hanya memperhatikan dari belakang saat orang tersebut ketakutan. Bella diam sesaat sambil tertawa halus. Ia mengeluarkan setumpuk uang lalu memberikannya pada orang tersebut.

"Untukmu, gunakan dengan bijak."

Bella membalikkan badannya sambil menghabiskan tegakan terakhir dari botol sampanye nya. Jef merasa perempuan itu mulai mabuk, cara berjalan Bella sempoyongan.

"Terima kasih !" Ujar tuna wisma itu beberapa saat kemudian.

"Ya ! Aku tahu !" Ia masuk ke mobil mendahului Jef. Ketika Jef masuk ke dalam mobil, Bella sudah terkapar di kursinya.

"Bella ?" Jef berusaha membangunkannya namun perempuan itu menepis tangannya dari bahunya. Jef menggeleng pelan, tidak mungkin ia membawa Bella pulang ke Nyonya Saunders dalam keadaan mabuk berat. Di sisi lain, tidak mungkin juga ia meminta bantuan Lost Angels. Ini sudah dini hari dan jelas mengganggu waktu istirahat.

"Bagaimana bisa aku tega padanya ?" Gumam Jef pelan. Ia melajukan mobilnya perlahan, memutuskan untuk membawa Bella ke rumahnya. Dalam pikirannya, ia tidak bisa untuk menelantarkan Bella mengingat perempuan itu sudah menyelamatkannya empat tahun yang lalu. Lagi pula, Bella adalah orang yang menyenangkan. Jef senang memiliki teman seperti Bella. Dengan pemikirannya yang luas, ia selalu menemukan cara untuk bersenang - senang. Dan bisa Jef akui bahwa perempuan itu eksentrik.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang