2

3.4K 192 11
                                    

Bella mengetik dengan cepat saat Jef memberinya tugas untuk merevisi beberapa berkas dalam waktu satu jam. Ia tidak ingin marah namun di sisi lain lelaki itu pantas mendapat umpatan darinya. Bella tetap berusaha tenang bahkan saat orang - orang di sekelilingnya meliriknya tajam.

"Sialan !" Akhirnya ia mengumpat juga ketika ponselnya berdering. Sudah pasti itu adalah Jef. Bella tak mengangkatnya melainkan segera mencetak semua dokumen menjadi satu kemudian memasukannya ke dalam map. Beberapa saat kemudian ia mengetuk pintu ruangan Jef sambil membawa tiga map besar dalam genggamannya.

"Mengapa sangat lama sekali ?" Gerutu lelaki itu dengan ciri khas wajah datarnya.

"Kau belum tentu bisa menyelesaikannya dalam waktu satu jam bila kau mengerjakan dengan tanganmu sendiri." Ujar Bella dengan tenang, tak kalah datarnya dengan Jef. Lelaki itu spontan menoleh saat mendapat sindiran sarkasme dari sekretaris barunya tersebut.

"Apa kau berusaha mencari masalah di hari pertamamu bekerja ?"

"Aku tidak pernah mencari masalah. Masalah yang mencariku." Bella menaikkan kedua alisnya lalu pergi begitu saja tanpa membiarkan Jef membalas ucapannya barusan.

"Oh ya, kau lupa bilang terima kasih padaku." Perempuan itu berhenti sesaat di ambang pintu, sedetik kemudian ia menutupnya dengan sempurna.

Jef tak sempat berpikiran untuk membaca berkasnya. Pikirannya justru meledak - ledak saat ia mendengar perempuan tersebut mulai bertingkah dengan mulutnya yang harus Jef akui sangat tajam. Lelaki itu menggulung bola matanya jengah, ia membaringkan punggungnya sedikit kemudian mulai membaca berkasnya.

Jef melihat satu per satu halaman yang ada disana. Beruntungnya Jef memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain, yaitu kemampuan membaca dengan cepat. Jef sengaja memberikan berkas lama yang penuh dengan coretan pada Bella. Ia ingin tahu seberapa tangkas perempuan itu bekerja, walaupun Jef percaya bahwa Isabella Khiels memiliki kinerja yang sangat baik dibuktikan dengan negosiasi kemarin, namun tetap saja ia ingin tahu ketangkasan Bella dalam hal lain. Padahal ia bisa memberikan data dari komputer sehingga pekerjaan perempuan itu jauh lebih mudah. Tapi... Ia lebih suka bila Bella mengetik sendiri.

"Tidak ada kesalahan pengetikan sama sekali." Jef membolak - balik dokumen tersebut berulang kali. Semua kata diketik dengan huruf baku dan ejaan yang benar, membuat Jef semakin takjub melihat Isabella Khiels.

***

Jef mengurungkan niatnya untuk memancing Bella lebih dalam lagi. Ia rasa bukanlah ide yang bagus untuk berseteru dengan perempuan itu terutama setelah Jef mengetahui potensi yang dimiliki Bella. Perempuan tersebut berbeda dari sekretaris sebelum - sebelumnya.

"Untuk apa ini ?" Bella mengernyitkan keningnya saat Jef tiba - tiba meletakkan sekaleng bir di hadapannya. Lelaki itu duduk di tepi meja sambil menegak birnya sendiri.

"Alkohol bisa menenangkanmu walau hanya sesaat. Kau tidak perlu terlalu pusing dengan pekerjaan." Sahut Jef cepat.

"Aku tidak ingat sejak kapan kita berteman." Sahut perempuan itu dengan malas.

"Bella negosiasi yang kau lakukan dengan Bank Schwatz kemarin sangat bagus. Anggap saja ini hadiah dariku."

"Sekaleng bir ? Serius ? Apakah orang kaya tidak bisa memberi hadiah lebih bagus lagi ? Aku yakin berkat negosiasiku kemarin kau mendapat uang ratusan ribu USD."

"Lalu kau mau minta apa ? Apartemen ?"

"Lupakan, aku hanya bercanda tadi. Terima kasih birnya." Bella menegak birnya kemudian kembali sibuk dengan komputernya. Jef berpikir sesaat sebelum membuka suaranya lagi.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang