40

1.2K 107 4
                                    

Suhu sangat dingin ketika Jef dan Bella mencapai Bergamo di sore hari. Bella lebih dulu memasuki rumah karena Jef akan turun untuk memeriksa garasi. Perempuan itu sangat merindukan suasana di rumah ini, semua kenangan termanis dalam hidupnya berada disini.

Bella tidak langsung naik ke kamar melainkan melangkah menuju dapur karena ia sangat menyukai dapur Jef, sangat luas dan bersih. Perempuan itu berniat mengambil minuman saat ia menemukan banyak sekali botol bir di dalam kulkas. Ia mengernyitkan keningnya bingung. Seingatnya Jef memang minum alkohol tetapi tidak sesering ini. Tangannya terulur begitu saja untuk mengangkat botol - botol bir tersebut satu per satu. Masih tersisa bir di masing - masing botol walaupun tidak banyak. Tetapi yang jelas botol - botol itu sudah pernah dibuka dan isinya tidak utuh lagi.

"Aku tidak akan meminum bir sisa. Aku selalu mengambil botol baru." Lelaki itu menginterupsi dengan tenang, membuat Bella terlonjak kaget.

"Kau yang meminum semua bir ini ?"

"Tentu, siapa lagi memang ?" Jef menaikkan satu alisnya ke atas. Ia berjalan melewati Bella lalu membuka satu botol bir baru. Ia pergi menuju pantry dan menyajikan dua gelas disana sedangkan Bella masih tetap berpikir sambil memperhatikan lelaki tersebut.

"Sejak kapan kau meminum bir sebanyak ini ?" Tanyanya sekali lagi. Jef hanya menoleh sambil tersenyum sekilas.

"Semenjak kau pergi."

"Jef..." Bella merengut. Jef hanya tertawa sambil mengulurkan lengannya pada perempuan itu. Bella spontan menghampirinya kemudian memeluknya hangat.

"Yang terpenting kau sudah disini. Aku ingin memberitahumu bahwa aku akan pulang kerja setiap jam empat sehingga kau tidak perlu menungguku untuk makan malam. Aku akan membantumu menyiapkan makan malam." Ia mengedip pelan.

"Benarkah ?" Mata perempuan itu berbinar - binar.

"Apakah kita akan bekerja sama mulai dari sekarang ?" Bella terdengar sangat bersemangat sekali.

"Tentu. Kau bisa menulis apa yang kau butuhkan dan aku akan belanja sepulang kerja sehingga kau tidak perlu repot - repot keluar rumah. Aku juga akan memperluas area kebunmu sehingga kau bisa menanam apapun yang kau mau. Aku merawat tanamanmu selama kau tidak disini. Aku akan membantumu berkebun di hari Minggu." Ujar lelaki itu sambil tersenyum lebar.

"Tuhan !" Bella melonjak senang sambil memeluk Jef sekali lagi. Ia ingin menangis rasanya karena Jef benar - benar manis, membuatnya sadar bahwa ia tidak akan bisa hidup tanpa lelaki tersebut.

"Baiklah, baiklah. Aku sangat bersemangat sekali !" Bella tertawa lepas. Ia menggigit bibir bawahnya sambil membayangkan sesuatu di otaknya sendiri.

"Aku ingin menghias rumah ini, apakah boleh ?" Tanyanya tiba - tiba dengan menggebu - gebu.

"Tentu, lakukan sesukamu disini. Mulai sekarang ini adalah rumahmu juga, oke ?"

Mendengar ucapan Jef barusan, Bella spontan melampiaskan kebahagiannya dengan memutari meja yang cukup luas itu. Jef hanya tertawa melihat Bella sangat ekspresif saat ini, perempuan itu benar - benar sangat manis. Melihat kekasihnya kembali lagi ke rumah seperti hadiah terindah yang pernah Jef dapatkan sepanjang ia hidup di dunia. Ia tidak bisa membayangkan bahwa ia harus hidup terpisah lagi dari Bella. Mungkin ia akan kembali kacau, bahkan lebih kacau dari sebelumnya. Dan Jef tak ingin mengalami hal tersebut untuk kedua kalinya.

***

Hubungan mereka berangsur - angsur membaik setiap waktunya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di dalam rumah karena Bella telah merombak besar - besaran apa yang ada di rumah Jef. Ia membuat rumah tersebut lebih hidup dengan sentuhan - sentuhan klasik di dalamnya seperti ruang perpustakaan yang berada di dekat taman, kolam renang yang diberi hiasan sehingga terlihat seperti di alam bebas, ruang keluarga yang tersambung dengan perpustakaan, hingga lahan kosong yang kini diberi gazebo mewah merupakan hal - hal yang dilakukan Bella selama di rumah tanpa Jef.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang