25

1.3K 103 1
                                    

Bella menggeliat dalam tidurnya saat ia mendengar suara dentuman yang cukup keras baginya. Ia membuka matanya perlahan, berusaha mencari fokus sesaat. Namun sedetik kemudian ia sadar akan sesuatu. Biasanya lampu kamar selalu mati saat mereka tidur namun saat ini lampu sedang menyala walaupun redup. Jef sudah dengan baju kerjanya, tetapi ada satu hal yang membuat Bella bingung. Untuk apa ia menurunkan koper ?

"Jef ? Ini masih larut malam, benar kan ? Atau ini sudah pagi ? Kau mau kemana ?" Bella berusaha menstabilkan pikirannya.

"Aku harus pergi sekarang. Aku memiliki urusan mendadak di Paris, sangat penting."

"Paris ? Semalam ini ? Apakah tidak bisa besok saja kau berangkat ? Apa kau akan berangkat sendirian ?" Suara Bella sedikit meninggi karena ia terkejut saat Jef menyebutkan tempat yang sangat jauh baginya. Lelaki itu memandanginya dengan tatapan bersalahnya namun ia tak bisa berbuat apa - apa.

"Bella..."

"Mengapa kau tidak bicara denganku dulu ? Atau setidaknya membangunkanku tadi." Bella menepis tangan Jef jauh - jauh saat lelaki itu berusaha menggenggam tangannya. Ia memegang kepalanya sendiri yang tiba - tiba terasa pening.

"Bella..."

"Aku tidak ingin bicara denganmu."

"Isabella you listen to me !" Jef kelepasan begitu saja membentaknya. Ia bersumpah dalam hati bahwa ia menyesal melakukannya.

"Aku baru saja diberitahu bahwa beberapa anak perusahaan Mono - Setto di Paris mengalami pemerosotan keuangan. Kondisinya sangat ekstrem sehingga Staf Direksi Utama sudah tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak tahu mengapa, oleh sebab itu aku harus segera pergi ke Paris untuk menelisiknya. Aku tahu kau sangat memahami pekerjaanku." Jef mencoba memberinya pemahaman dengan singkat, padat, dan jelas.

Semula Bella masih marah dengan keadaan namun hatinya menjadi lebih lunak saat ini. Jef memeluk perempuan itu erat - erat walaupun Bella mengendarkan pandangannya pada hal lain. Ia kecewa, sejujurnya. Namun bagaimana lagi, Jef memang orang yang sangat sibuk.

"Pesawatku akan berangkat satu jam lagi. Aku akan pergi sekarang."

"Terserah." Sahut Bella sangat acuh.

"Bella..." Jef menegurnya halus, membuat perempuan itu spontan memeluknya dengan isakan yang mulai terdengar.

"Cepat pulang." Ujarnya singkat.

"Aku akan pulang sesegera mungkin."

"Bagaimana kau bisa pergi tanpaku ?" Wajah perempuan itu tampak sedih, membuat Jef semakin tidak tega untuk meninggalkannya.

"Lebih baik kau disini. Aku akan sangat sibuk disana."

"Baiklah. Kau harus segera berangkat. Hubungi aku bila kau sudah tiba di Paris."

"Tentu." Jef mencium keningnya lalu bangkit dari ranjang. Ia menggeret kopernya kemudian pergi begitu saja, membuat Bella bersedih karena Jef tiba - tiba harus loncat ke tempat yang jauh darinya. Tetapi di sisi lain Bella juga harus bisa menerimanya karena Jef memang memiliki peran yang penting disana. Jadi Bella lah yang harus mengalah.

***

Pagi itu benar - benar berbeda bagi Bella. Perempuan itu diam merenung di sofa bawah sambil mendengarkan lagu yang terputar di earphone nya. Sedetik kemudian ia melepaskannya lalu menunduk sendiri. Ia merasa rumah ini sangat sepi. Benar kata Jef, menempati rumah sebesar ini sendirian akan menimbulkan rasa kesepian dalam dirinya.

Bella tak bisa berlama - lama bersedih. Ia ingin memanfaatkan waktu dengan baik selagi ia menunggu kepulangan Jef. Bella menguncir rambutnya kemudian mulai mengeluarkan bahan - bahan dari dapur. Ia mencoba tersenyum sambil memasak untuk memberi makan perutnya sendiri. Ia akan merawat diri dengan baik selagi Jef tidak ada disini.

Perempuan itu memutuskan untuk pergi swalayan di siang hari sambil membeli beberapa jenis bunga di toko langganannya. Di sore hari, Bella mengisi waktunya untuk berlari mengelilingi jalan di sekitar rumah Jef, sangat sepi karena rumah Jef berdiri sendirian di tengah - tengah bukit yang cukup jauh dari jalan raya. Di malam hari ia pergi menonton televisi sambil memakan cemilan di kulkas. Sesekali ia menoleh pada ponselnya, menunggu panggilan dari Jef namun lelaki itu tak pernah menghubunginya, membuat Bella semakin jenuh dengan keadaan.

Kegiatannya terus diulang hingga Bella merasa hal tersebut telah menjadi siklus untuknya. Ini sudah hari kelima dan Bella merasa tidak tahan dengan semua ini. Di putaran akhir olahraga sorenya, Bella membanting topinya kemudian terduduk menangis di tengah - tengah bukit. Ia merasa sangat bosan dan ia tak bisa memaksakan diri untuk berpura - pura nyaman akan keadaan seperti ini. Ia mengambil ponselnya lalu mencoba menelepon Jef. Tetapi sayangnya Jef tak pernah mengangkat panggilannya.

"Sialan." Bella mengumpat kasar disana. Ia memutuskan bangkit lalu kembali ke rumah dengan langkah gontai.

***

Bella terkejut saat ia mendapat telepon dari Alano. Ia meletakkan sendoknya kemudian mengatur nafasnya. Ia akan bersikap profesional bila hal tersebut berhubungan dengan Alano.

"Selamat malam."

"Selamat malam, Bella. Aku ingin memastikan sesuatu."

"Silahkan." Ujarnya ramah.

"Apakah kau besok sibuk ? Aku mengadakan pesta untuk menyambut rekan jauhku. Kukira kau bisa datang untuk mewakili Jef karena ia tidak bisa datang."

"Rekan bisnis maksudmu ?" Bella mengklarifikasinya. Karena bila kehadiran Jef juga ditunggu, maka itu pasti berurusan dengan bisnis.

"Semacam itu, tetapi tidak benar - benar bisnis. Maksudku, aku ingin menyambutnya karena ia datang dari luar negeri."

"Baiklah aku akan datang." Bella tidak memiliki pilihan lain selain menuruti Alano.

***

Bella menemui banyak orang saat ia tiba di Moresetto Empiro. Sisilia sangat berbeda dari Bergamo. Disini suhunya cukup hangat, tidak seperti suhu Bergamo yang dingin hampir sepanjang waktu. Mungkin karena Bergamo berada di kaki gunung.

"Bella !" Marybel menyambutnya dengan riang. Mario lari ke arahnya berhamburan dengan suara tawanya yang khas.

"Rambutmu berganti warna lagi ?" Tanyanya dengan polos.

"Kau suka warna ungu bukan ?" Bella menggoda anak lelaki yang berada di gendongannya tersebut.

"Aku suka warna ungu ! Aku suka rambutmu !" Ia tertawa lepas setelahnya.

"Mario menanyakanmu Jef tadi. Ia sempat merengut saat ia tahu Jef tidak bisa datang. Tetapi sebagai gantinya, aku mendatangkanmu." Ujar Marybel ramah.

"Aku tahu kau pasti merindukanku." Bella mencium pipi anak itu dengan lembut sambil menggelitikinya.

"Bella aku sudah menyiapkan gaun untukmu."

"Terima kasih tetapi aku sudah membawa gaunku."

"Ah... Aku lega. Kukira kau tidak mau memakai gaun." Marybel memelototinya kemudian mereka tertawa lepas.

Moresetto Empiro lebih ramai dari biasanya. Lost Angels bertebaran di sisi depan sedangkan di serambi kanan dipenuhi oleh barang - barang yang akan digunakan untuk mendekor.

"Apakah pestanya akan digelar di taman ?"

"Tidak, Alano memintanya digelar di dalam."

"Siapa saja tamu undangannya ?"

"Hanya kerabat dekat saja."

Mereka berjalan menyusuri beranda dengan tenang. Mario berlarian kesana kemari sehingga Marybel tiba - tiba saja pergi mengejar anak itu yang sekarang lari ke dalam rumah. Bella hanya melihatnya kemudian meneruskan langkahnya sendiri untuk mencapai sisi belakang Moresetto Empiro.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang