44

1.2K 94 13
                                    

(Play the video for the best experience of reading this part)

--------------------

I was in the middle when I know I had begun

Dirinya tampak sangat cantik dalam balutan gaun putih. Perempuan itu melangkah perlahan ke arahnya dengan rangkaian bunga yang ia genggam di tangan kirinya. Tak ada kegugupan sama sekali dari perempuan itu. Jef hanya bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari pengantinnya tersebut.

"Aku tidak bisa menjanjikan hal - hal semacam pernikahan. Aku tidak ingin terikat dengan hal apapun."

Suara Jef terngiang - ngiang di kepalanya dan sekarang lelaki itu berdiri di depan altar, menunggunya untuk mengucapkan janji sehidup semati. Bella tidak ingin memaksakan apapun dalam hubungan mereka, tetapi masa lalunya membuat Jef mengerti bahwa Bella membutuhkan sebuah keluarga yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Jef tahu kebahagiaan perempuan itu adalah kebahagiaannya juga, oleh sebab itu ia setuju dengan pernikahan ini. Tidak ada perempuan sebaik Bella, ia tahu itu.

Pernikahan itu sangat sederhana, terjadi di pagi hari dengan salju yang turun semakin lebat. Georgina tak bisa menahan air matanya lebih lama lagi. Ia melihat tatapan mata Jef pada Bella, putranya tersebut memang benar - benar jatuh cinta pada Isabella Khiels, seakan tak ada hal lain yang bisa ia lihat selain perempuan tersebut. Ia tahu Jef sedang membuat pilihan besar dalam hidupnya. Dan Georgina senang saat lelaki itu melibatkan cinta di dalamnya.

"Aku tahu hal - hal seperti ini akan terjadi. Tuhan mengabulkan do'aku." Georgina berbisik pada bibi Diane sambil bersembunyi di balik sapu tangannya. Wanita itu tak henti - hentinya menangis sejak tadi, melihat pada akhirnya Jef mempercayai hubungan pernikahan.

Paman Edward adalah orang yang mengantar Bella menuju altar. Setelah mereka benar - benar sampai di depan Jef, lelaki itu segera berinisiatif menggandeng Bella naik ke altar pernikahan, dimana pendeta telah menunggu mereka disana. Bella tidak bisa lebih bahagia saat ini. Semua orang duduk lalu sedetik kemudian Jef membuka veil yang menutupi wajah Bella. Dalam beberapa detik, mata mereka berpandangan lurus menatap satu sama lain.

"Kau adalah temanku." Bella terisak pelan disana. Ia berusaha menahan air matanya namun tetap saja lolos. Jef tersenyum. Ia mengambil sapu tangan di sakunya kemudian mengusapnya hati - hati agar riasan perempuan tersebut tidak rusak.

"Pengantinku sangat cantik hari ini." Ujarnya dengan senyum tertulus yang pernah Bella lihat. Bukannya mereda, air mata perempuan itu semakin mengalir deras di depan Jef yang sedang berusaha menghapus air matanya.

"Tuan dan Nyonya sekalian, dalam pagi yang berbahagia ini, kita akan menyaksikan dua manusia yang saling jatuh cinta dan akan membuat janji di hadapan Tuhan untuk terikat dalam sebuah pernikahan yang suci. Ikuti aku, pengantin pria. Saya, Jefrio August Moresetto..."

Pendeta tersebut mulai membacakan janji pernikahan di depan semua orang namun pandangan Jef tetap lurus pada Bella layaknya lelaki jantan yang selalu tegas akan kata - katanya. Perempuan itu tahu, Jef tidak akan mengingkari janji yang dibuatnya karena lelaki itu selalu menepati ucapannya. Karena Jef adalah lelaki sejati.

"Saya, Jefrio August Moresetto, berjanji di hadapan Tuhan untuk menjadikan Isabella Saint Khiels sebagai teman hidup saya selamanya. Untuk menjadi kekuatan di kala lemah, untuk menjadi sahabat dalam melewati kesulitan, juga untuk menjadi rumah tempatnya berpulang sepanjang hidupnya."

"Saya, Isabella Saint Khiels, berjanji di hadapan Tuhan untuk menjadikan Jefrio August Moresetto sebagai teman hidup saya selamanya. Untuk berbagi cinta dalam hidup, untuk merawatnya ketika sakit, untuk menjadi sahabat dalam suka dan duka."

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang