41

1.1K 106 3
                                    

Siang itu Jef tiba - tiba merasa resah, entah apa penyebabnya tetapi yang jelas perasaannya sedang kurang baik. Bella kurang menyadari hal tersebut karena ia fokus dengan buku - buku yang sedang ia kembalikan pada lemari. Jef mengambil bantal kemudian mencoba merebahkan diri di sofa untuk sesaat. Rasanya ia tahu apa penyebab keresahannya saat ini.

"Sayang apakah kau lupa besok hari apa." Celetuk Bella pelan. Jef tetap memejamkan matanya sambil memijat keningnya sendiri.

"Senin ?"

"Ah kau lupa !" Bella menggerutu.

"Katakan apa yang ku lupakan." Lelaki itu bangkit kembali sambil membuka lengannya. Bella spontan meraih lelaki itu cepat dengan kepala yang ditenggelamkan di bahu Jef.

"Besok aku ulang tahun !" Serunya pelan. Jef hanya menahan tawanya saat ia melihat Bella seperti gadis berusia belasan tahun yang merayu ayahnya untuk meminta kado.

"Baiklah, Isabella Khiels akan mendapat umur 28 nya besok. Aku harus bagaimana ?"

"Aku tidak ingin egois tetapi aku ingin satu hari tambahan bila kau mau. Maksudku, liburlah di rumah untuk besok. Aku akan membuat kue ulang tahun."

"Tidak, aku yang akan membuatnya. Aku bisa membuat kue." Sergah Jef dengan sangat percaya diri.

"Hei, itu tidak adil." Perempuan itu menggerutu lagi.

"Aku akan membuat kue dan kau akan memanggang kalkun." Imbuhnya.

"Tidak, aku lebih suka masakanmu daripada masakanku sendiri. Jadi kau yang memanggang kalkun, aku yang akan membuat kue. Katakan kau ingin dekorasi seperti apa." Jef mengambil buku kecil di atas nakas sambil berpura - pura serius mencatat keinginan Bella agar perempuan tersebut menerima negosiasinya.

"Aku ingin krim berwarna biru dengan hiasan secantik mungkin di atasnya. Ah... Jangan lupa aku ingin wajah beruang di atasnya." Ia menyebutkannya dengan senang. Sepertinya negoisasi Jef benar - benar berhasil.

"Baiklah Nona Khiels, aku sudah mencatat pesananmu." Jef tersenyum tipis.

"Kau atau aku yang pergi berbelanja ?"

"Aku, tentu saja. Sekarang kau akan mengemasi bukumu dan aku akan menyalakan perapian sebelum kau membeku disini." Jef mengecupnya pelan sebelum ia bangkit dari sofa menuju perapian. Lelaki itu baru saja menggenggam tangan Bella sehingga ia tahu bahwa perempuan tersebut sedang kedinginan. Tangannya terasa beku seperti es. Bella tersenyum sesaat. Ia menyukai cara Jef yang memperhatikan detail - detail kecil dari tubuhnya. 

"Aku akan merapikan bukuku." Ujarnya tersenyum polos.

"Tentu. Bukumu ada dimana - mana. Kemarin aku menemukan Kamasutra di atas nakas." Jef menatapnya seduktif, membuat perempuan itu tertawa lepas.

***

Malam itu tak seperti malam - malam sebelumnya bagi Bella. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, ia menginjakkan kembali kakinya di gereja. Tak ada siapapun disana selain seorang pendeta tua yang sedang menyalakan lilin. Ia menengok ke segala penjuru untuk mencari Jef. Lelaki itu meneleponnya tadi dan menyuruhnya untuk menyusul ke gereja. Sebenarnya terdengar sangat aneh karena Jefrio Moresetto tidak pernah terlihat pergi ke gereja sebelumnya. 

"Jef..." Gumam Bella pelan saat menyadari bahwa lelaki itu duduk di barisan terdepan dekat dengan altar. Bella berjalan pelan menghampiri Jef, tak ingin membuat suasana gaduh disini. Jef menoleh pelan saat Bella tiba - tiba duduk di sebelahnya sambil tersenyum. 

"Ku kira kau pergi belanja lalu menemui temanmu tadi." Ujarnya singkat dan sedikit bingung.

"Memang, tetapi tiba - tiba saja aku ingin datang kemari." Jef terkekeh pelan.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang