19 [BE WISE, 21+ EXTRA LONG]

4.9K 153 12
                                    

Malam itu Jef tak melakukan apapun selain diam di kamarnya. Ia menonton televisi dengan tenang, tak ada gangguan sama sekali. Samar - samar ia mendengar ibunya bicara dengan seseorang, entah apa yang ia bicarakan yang jelas ia tertawa terbahak - bahak. Jef mengira mungkin ibunya bicara dengan kekasihnya melalui telepon karena sejak tadi ibunya berbicara menggunakan bahasa Inggris. 

Ditemani dengan celana hitam dan kaos lengan panjang berwarna biru gelap, Jef menghabiskan malam minggunya sendirian. Di luar sangat dingin sehingga Jef memutuskan untuk tetap di rumah walaupun ia sangat ingin pergi bar. Ponselnya bergetar beberapa saat, membuat Jef menoleh sebentar. Semula raut wajahnya datar. Tetapi setelah ia membaca siapa pengirim pesan tersebut, matanya langsung membulat jelas. Ia spontan menegakkan posisi duduknya dan membacanya sekali lagi, semata - mata untuk membuktikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.

Isabella Khiels | now      
Kartu merahmu masih berada padaku, aku baru saja masuk kembali. Ingin menyusulku ?

Tubuhnya menegang seketika. Itu benar - benar Bella yang sedang mengiriminya pesan. Entah ia bercanda atau tidak, tetapi yang jelas kaki Jef melangkah keluar menuju kamar tersebut. Saat ia sampai di depan, lelaki itu sadar bila perempuan itu tidak bercanda. Kamar tersebut dalam keadaan terbuka, sama seperti saat Jef menemukan Bella dalam kamar tersebut seminggu yang lalu.

Perempuan itu berdiri membelakangi Jef. Jantung Jef berdegub kencang menemui Bella menggunakan lingerie tipis berwarna oranye, sangat kontras dengan warna kulitnya. Perempuan tersebut bagai terbakar oleh api, membuat Jef semakin mengagumi dirinya. Rambutnya terurai dengan cantik, sepertinya Bella baru saja mengecat rambutnya lagi. Kini rambut wanita itu berwarna hitam.

Jef duduk di sofa tanpa menginterupsi Bella sama sekali. Perempuan itu menyadari kedatangan Jef semenjak ia mendengar suara pintu kamar yang tertutup. Ia membalikkan badannya tiba - tiba, membuat Jef harus melewati ujian kewarasannya lagi. Bella sangat menggairahkan hari ini, dan itu adalah ujiannya.

"Kemarin aku memberimu kesempatan kedua untuk pergi dariku, bahkan setelah kau mengetahui rahasiaku. Dan sekarang kau tetap kembali." Ujar Jef tiba - tiba. Bella hanya tersenyum sambil melangkah ke arahnya.

"Bukankah kau yang mengharapkan kedatanganku ?" Ucapan Bella barusan membuat Jef tertawa sinis. Perempuan itu naik ke paha Jef, duduk disana dengan tatapan menggodanya yang sangat kentara bagi Jef. Rupanya Bella benar - benar berusaha merayunya.

"Apa yang kau inginkan ?" Tanya Jef dengan lembut. Tangan lelaki itu membelai lengan Bella yang halus, sudah lama ia merindukan perempuan tersebut.

"Aku hanya duduk disini, apakah tidak boleh ?" Jari - jari lentiknya membelai leher Jef, mengirim sebuah sinyal pada otaknya yang merangsangnya untuk tegang.

"Bella kuingatkan dirimu sekali lagi. Sekali aku memulai, aku tidak akan bisa berhenti." Ujar Jef, masih cukup sadar. Namun yang ia dapat justru gesekan kewanitaannya pada milik Jef, membuat lelaki itu mendesah tertahan. Sejurus kemudian, Bella menarik baju Jef ke atas. Lelaki itu melepaskannya dengan cepat sehingga dada bidangnya terlihat dengan jelas. Perempuan tersebut meraba otot - otot di lengan Jef sambil membayangkan betapa gagahnya Jef nanti saat menyetubuhinya.

"Aku benci seruangan denganmu di kantor. Aku sadar kau tidak menggunakan bra dan benda ini selalu mengganggu konsentrasiku." Sedetik kemudian ia mengecup dada Bella tanpa membuka lingerie perempuan itu terlebih dahulu. Bella memejamkan matanya merasakan kenikmatan itu mengalir di dalam tubuhnya. Jef memandangi gaun tidur wanita itu yang basah akan salivanya.

"Bolehkah aku mencicipinya ?" Tanya Jef tepat di depan wajah Bella yang sedang menahan nafsunya. Perempuan itu sedikit menunduk lalu membisikkan sesuatu di telinga Jef.

BAD GAMES : A New Chapter of JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang