"Jenooo, main yuk!"
Saat itu, Jeno yang sedang berada di kamarnya seketika tersenyum mendengar suara sahabat baiknya yang bukan kali pertama mengunjungi rumahnya. Maka, ia yang kala itu sedang berdiri menghadap cermin, berjalan keluar kamar.
Saat melintasi ruang tengah, melalui pendengarannya Jeno mengetahui jika Taeyong dan Haechan tengah menonton film bersama.
"Awas jatoh, Jen!"
Taeyong berseru dengan nada mengejek.
Jeno tersenyum getir, namun tak begitu kentara. Pria berhoodie hitam itu tertohok dengan perkataan kakaknya yang seolah meremehkan keadaannya yang tidak bisa melihat apa-apa.
"Sandung! Buat dia jatoh!" Bisik Haechan pada Taeyong tanpa sepengetahuan Jeno. "Buru!"
"Sesekali bully bocah boleh kali ya." Sahut Taeyong yang awalnya merasa tidak tega.
Taeyong berdiri dari sofa, kemudian mendekati Jeno yang berjalan menggunakan tongkat sebagai navigasi arah. Sebetulnya, Jeno menyadari Taeyong sedang mendekatinya. Ia tahu pria berkaus oblong merah itu berdiri di samping kanannya, tahu melalui aroma parfum yang ia baui.
Namun, Jeno bersikap tidak acuh, sehingga menimbulkan kesan bila Jeno tidak mengetahui kini Taeyong sedang mengulum bibir, menahan tawa di samping kanannya.
Di atas sofa, Haechan tertawa terbahak-bahak tanpa mengeluarkan suara. Pria berkaus oblong putih itu meninju sofa sebagai pelampiasannya.
BRUK
Taeyong berhasil membuat Jeno jatuh. Tongkat yang dipegang pria berhoodie hitam itu bahkan terlepas dari genggaman tangannya. Taeyong berdiri menjulang di samping Jeno sambil melepas tawa.
Suara tubuh Jeno yang menghantam lantai, menyebabkan Mark keluar dari kamarnya. Saat Mark berdiri di ambang pintu kamarnya, ia menemukan sosok Jeno yang baru bangkit tepat di depan kamarnya.
Tanpa bertanya apapun pada siapapun, Mark dapat mencerna apa yang telah terjadi. Melihat tawa kedua saudara sepupunya, Taeyong dan Haechan, Mark menduga mereka baru saja membully Jeno. Dengan membuatnya terjatuh, mungkin, Mark kurang yakin.
Mark beralih melirik Jeno, raut pria itu tampak sedih.
Oke, Mark merasa dugaannya tidak salah.
"Heh! Kalian ini! Ih! Gemes pengin sentil paru-paru kalian deh gue!" Seru Mark kesal, menggertakan gigi dan menatap kedua saudara di sofa dengan nyalang. Ia mengepalkan tangan disisi tubuhnya.
Mengabaikan Mark, Taeyong melanjutkan kegiatannya menonton film. Haechan pun begitu, masih tertawa ia menyesap kopinya. Kemudian, tersedak sampai terbatuk-batuk.
"Karma." Ketus Mark mengejek. "Jen, mau kemana kamu?"
"Agen."
"Agen?"
"Agen bahan pokok." Jeno berhenti berjalan. Menghadap ke tembok, menunggu Mark bicara lebih lanjut.
"Nitip dong!"
"Apa?"
"Saos, buat nyiram Kak Taeyong sama Haechan." Kelakar Mark.
"Haha, lucu." Celetuk Haechan datar, melirik sekilas Mark yang menjulurkan lidah.
"Yang bener?" Jeno mulai kesal dengan ketidakpastian Mark.
"Nggak." Mark menghela napas jengah. "Eh, aku nitip cemilan aja, Jen. Pake duit kamu dulu ya, ntar aku ganti. Hehe."
"Hm."
Setelah mendengar suara langkah kaki, Jeno menduga itu derap langkah Mark yang kembali memasuki kamar. Maka, ia pun melanjutkan jalannya, menuju ke luar rumah untuk pergi bersama Lucas. Tidak lupa, ia telah mengambil tongkatnya yang tadi ikut jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Eyes
FanfictionDia buta, pemarah, dan kasar. Namanya Lee Jeno. Seorang pemuda yang tidak sempurna. Hidupnya jauh dari kata bahagia setelah Lee Taeyong memintanya mendonorkan mata untuk Lee Haechan. Lalu bagaimana seorang Lee Jeno menjalani hidupnya yang kelam? Bi...