Peringatan Jaemin

694 62 4
                                    

"GREEEEY!"

"WHERE ARE YOU, BABY?"

"HEH! DIPANGGILIN BUKANNYA NYAUT!"

Meow

Lihatlah kelakuan gadis itu sepulang dari rumah sakit. Rupanya ia lebih cepat pulih daripada waktu yang diperkirakan dokter.

Kucing berbulu putih itu berlari cepat menghampiri Mi Cha. Menguselkan tubuhnya yang berbulu kemudian ke kaki majikannya. Gadis bersweater kuning itu menyengir penuh makna.

"Nah, gitu dong! Nih puss makan!"

Mi Cha berjongkok, menaruh mangkuk kaca berisi makanan basah kucing di lantai. Setelah itu, si makhluk imut berbulu putih tersebut memakannya dengan lahap. Mi Cha terkekeh gemas, mengelus kepala kucing itu dengan penuh kasih sayang. Seketika ia teringat Lee Jeno, gadis itu merindukannya.

"Bapak kau dimana, puss? Hhhh, mama kau rindu ini." Keluh gadis itu, pelan.

Jaemin tengah menuruni tangga. Kedua kaki jenjangnya berhenti bergerak kala pandangannya menangkap sosok Mi Cha tidak jauh dari posisi tangga.

Diam-diam, Jaemin mengagumi gadis itu. Tawanya ketika mencoba mengobrol dengan si kucing, bagai suara lantunan biola, meneduhkan. Tatapan matanya yang memancarkan kasih sayang untuk Grey yang telah berani-beraninya buang air kecil di kasur Jaemin. Setiap tingkah Mi Cha, Jaemin menyukainya.

Seutas senyum yang terpatri sekarang diwajahnya, tak dapat pria itu tahan.

Hatinya terasa digelitiki, Jaemin rasa ia sudah jatuh tenggelam dalam pesona dan keelokan bunga teratai berwujud seorang gadis di rumahnya sendiri.

Mi Cha menoleh, tatkala menemukan pria yang ia anggap kakaknya senyum-senyum sendiri sambil tercenung di tangga, gadis itu mencibir.

"Heh, ketek anoa! Kalo mau jalan keluar, beliin makanan basah buat si Grey yaaa!" Mi Cha berseru, membuat Jaemin tersentak dan salah tingkah.

Gue mengibaratkan dia bunga teratai, sedangkan dia manggil gue ketek anoa! Emang anoa punya ketek?

Setelah menggerutu dalam hati, tanpa mengatakan sepatah katapun, laki-laki itu berlalu keluar rumah.

Jaemin menggapai kaleng makanan kucing di salah satu rak. Setelahnya ia akan menuju kasir, namun urung ketika ia melihat sosok Mark sedang berdiri di depan freezer ice cream. Dapat Jaemin tebak dari rautnya, pria berhoodie biru tua itu sedang berpikir keras. Karena terlanjur penasaran dengan apa yang dilakukan Mark, Jaemin pun mendekati Mark.

"Mark, lo lagi apa?"

Tak pernah Jaemin duga sebelumnya, Mark kaget mendengar suaranya.

"Oh my god! I am shocked!"

"Lagian ngapain diem di sini? Gue sempet ngira lo kesambet tau gak!" Omel Jaemin.

"I'm just thinking kenapa di lemari ice cream ini nggak ada ice cream rasa semangka kuning? Kenapa always red colour?" Jelas Mark mengejutkan Jaemin, "Padahal gue penasaran, gimana rasanya ice cream rasa semangka warna kuning."

Jaemin membuang napas jengah, "Saran gue, mending lo request ke pabrik ice creamnya langung."

"Good idea!" Mark menjentikan jarinya. "You know? As a watermelon lover, I want to menyejahterakan keberadaan semangka kuning di dunia ini. Gue ngerasa perhatian orang lebih banyak ke semangka merah dibanding ke semangka kuning. Jadi gue pengin posisi semangka merah sama kuning itu sejajar, nggak berat sebelah."

"Biar nggak sama kaya otak lo ya?" Sarkas Jaemin.

"What do you mean?"

"Antara otak kanan sama otak kiri lo kan berat sebelah, makanya pemikiran lo beda dari orang kebanyakan."

Open Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang