Mi Cha masih menatap Jaemin penuh curiga. Jaemin yang mendapat tatapan seperti itu dari gadis berambut lurus sepundak yang berdiri di depannya, menghela napas pendek.
Jaemin memasukan tangan kirinya ke dalam saku celana training yang dipakainya, lalu menggendikan dagunya pada seragam sekolah yang tadi ia taruh di atas ranjang.
"Noh, seragam sekolah lo udah kakak setrika."
"Wih, rajin bener. Makasih, kak." Ujar Mi Cha, kemudian menyesap susu coklat digelas yang ia pegang.
"Iya lah, walau kakak anak cowok, tapi kakak rajin ngerjain kerjaan rumah. Emangnya situ." Cebik Jaemin.
"Aku rajin yaaa." Sergah Mi Cha tidak terima. "Rajin doain supaya Kak Nana sehat terus dan semangat ngerjain kerjaan rumahnya." Ia menyengir lebar.
Jaemin melengos malas, "Kakak balik ke kamar ya."
"Mau ngapain?" Mi Cha menyesap susu coklatnya kembali.
Jaemin memandang heran gadis yang merupakan adiknya itu. "Nonton projen. Ya tidur lah, udah malem begini!" Gasnya, kemudian keluar dari kamar.
"Lagi PMS kali ya. Nge gas mulu, heran." Cibir Mi Cha sepeninggal kakaknya.
Tidak sengaja, pandangan gadis tersebut sempat jatuh pada kertas yang terlipat di atas nakas. Mi Cha menepuk jidatnya pelan. Ia lupa belum sempat membaca surat dari Haruto meski sudah mengeluarkannya dari amplop.
Lantas, diraih lah kertas itu. Mi Cha meletakan segelas susunya di atas nakas.
Merasa agak gerah, Mi Cha membawa langkah mendekati jendela kamarnya. Lalu dibuka lebar lah jendela tersebut, sehingga hembusan angin malam yang masuk begitu saja tidak dapat dicegah.
Mi Cha mengambil duduk di daun jendela. Kamar gadis itu ada di lantai dua. Mungkin bila ia lengah sedikit saja, ia bisa langsung terperosok jatuh ke bawah.
Mi Cha membuka kertas yang terlipat itu, kemudian membaca isinya. Usainya, ia takjub pada isi surat 'cinta' dari Haruto yang terkesan indah dan nyeleneh.
"Waw, keren." Gumamnya pelan. "Andai aku nggak naksir Kak Jeno, mungkin aku udah nerima perasaan kamu, To." Gumam Mi Cha memandangi suratnya.
Tanpa Mi Cha sadari, di halaman rumahnya berdiri tegap seorang laki-laki berhoodie hitam yang memperhatikan dirinya. Laki-laki itu menghembuskan napas lelah, kemudian memasukan kedua tangannya ke dalam saku hoodie.
"Heran. Kok gue nyesek ya ditolak." Gumam laki-laki itu. "Apa harusnya dari awal gue nggak ngungkapin perasaan gue?" Lanjutnya frustasi.
Kalian bisa tebak siapa laki-laki itu?
Haruto Watanabe.
===[]===
"Jen, mau ikut jogging nggak?"
Jeno yang dihari Minggu ini mengawali harinya dengan melamun di kamar sehabis bangun tidur, awalnya mencoba menemukan asal suara. Kemudian, ia mendengar langkah kaki yang memasuki kamarnya.
Tanpa bertanya pun, ia sudah tahu bahwa pemilik suara tersebut adalah Mark.
"Nggak."
"Mending ikut yuk. Supaya kamu bisa menghirup udara seger, biar kamu nggak stress."
Pagi ini, pria kelahiran Kanada itu sudah tampan dengan setelan joggingnya. Kaus oblong putih dipadu celana training hitam.
Mendapati raut Jeno yang perlahan tidak bersahabat, Mark menyisir rambutnya dari depan ke belakang menggunakan lima jari tangannya. Mark Lee sudah cukup lelah menghadapi sikap dingin Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Eyes
FanfictionDia buta, pemarah, dan kasar. Namanya Lee Jeno. Seorang pemuda yang tidak sempurna. Hidupnya jauh dari kata bahagia setelah Lee Taeyong memintanya mendonorkan mata untuk Lee Haechan. Lalu bagaimana seorang Lee Jeno menjalani hidupnya yang kelam? Bi...