Terjebak Lara

581 87 18
                                    

"Kamu pulangnya bareng Kak Chanyeol aja, Jen. Tapi, gapapa maleman?"

Chanyeol bergabung dalam perbincangan Jeno dan Mi Cha. Masih berdiri dibalik meja kasir, Chanyeol menatap Mi Cha dan Jeno bergantian. Sedangkan Na Mi Cha memelotot. Bila Jeno angguki perkataan Chanyeol, ia jadi tak memiliki kesempatan mengantar Jeno.

Lantas gadis yang sekarang sedang berhadapan dengan Jeno melotot galak pada Chanyeol sembari menggeleng-geleng tegas, sementara Jeno terdiam dan sedang berpikir.

Dibalik meja kasir, Chanyeol mengernyit. Karena pria jangkung tersebut tidak mengerti maksud Mi Cha. Gadis itu pun membawa tubuhnya mendekati meja kasir.

"Om, jangan ancurin rencana aku buat pulang bareng sama Kak Jeno!" Geram Mi Cha.

Baekhyun yang sedang memutar-mutar kecil pulpen ditangan kanannya, tertawa kecil. "Kamu naksir sama Jeno, dek? Sasaengnya dia?"

Mi Cha memelotot, ia tidak terima Baekhyun menuduhnya seperti itu. Maka, mendengus geli lah ia. "Nggak lah! Kak Jeno temennya kakak aku. Aku bukan sasaeng fans dia. Aku Na Mi Cha." Kemudian ber-aegyo, menggembungkan kedua pipinya sambil menyentuh kedua pipi menggunakan masing-masing telunjuknya. "Calon istri Kak Jeno dimasa depan." Lanjutnya.

"Pede amat lo!" Chanyeol menjitak pelan kepala Mi Cha.

Usainya perdebatan yang menghabiskan waktu delapan menit, akhirnya Chanyeol menghela napas pasrah dan angguki permintaan Mi Cha yang terkesan memaksa.

Sembari tersenyum lebar tanda bahagia, gadis berambut lurus sepundak itu kembali membawa langkah hingga berhadapan dengan Jeno.

"Jen, lo nggak jadi pulang bareng gue gapapa ya?" Ujar Chanyeol tidak enak hati, ia melirik Mi Cha yang mengangguk tiga kali seraya mengangkat ibu jarinya ke atas.

"Disuruh Mi Cha ya? Gapapa, kak. Nggak usah ngerasa bersalah."

Mendengar penuturan Jeno, Mi Cha mendengus tidak percaya. Chanyeol dan Baekhyun saling pandang, kemudian terkekeh.

"It's okay. Gapapa aku jadi tertuduh, gapapa. Berarti Kak Jeno jadi mau pulang sama aku?" Mi Cha mendongak hanya untuk melihat wajah tampan Jeno yang datar.

"Nggak."

"Lah? Why?"

"Gue gatel kalo deket lo."

Mi Cha mengulum bibir, pipinya memerah. "Aw, makin kesengsem deh aku sama kakak. Aku suka kata-kata mutiara Kak Jeno." Mi Cha tidak tahan untuk tidak tersenyum lebar.

"Ganggu banget sih! Pergi atau-"

"Atau Kak Jeno nikahin aku?" Mi Cha memotong perkataan Jeno dengan antusias dan hati riang.

Emosi Jeno memuncak, "Heh bocah! Udah nggak punya akal sehat ya lo!"

Mi Cha menghitung menggunakan jari-jarinya. "Umur kita cuma beda empat tahun. Aku bukan bocah bagi kakak, jadi aku sangat layak buat jadi istri kok, kak."

Saking memuncaknya emosi Jeno saat ini, ia jadi bingung untuk melampiaskannya. Merasa pusing dan tidak sanggup menghadapi gadis gila yang ia duga sedang berdiri di depannya, Jeno memijat pangkal hidungnya sejenak. Menghela napas, kemudian mendesis kesal.

"Kok lo gatau malu banget sih!"

Mi Cha terkekeh, "Buat apa malu? Kan aku ngobrol sama kakak pake baju."

"Ah! Serah deh!" Jeno melengos, memutar tubuh sembilan puluh derajat sehingga tidak lagi berhadapan dengan Mi Cha.

"Aku mau mendampingi Kak Jeno. Menelusuri lika-liku kehidupan yang belokannya curam. Aku mau pastiin Kak Jeno nggak terjatuh."

Open Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang