Are You Okay?

1K 110 15
                                    

"Jenooo, maen kuy!"

Tiba-tiba wajah tampan Lucas merekah saat melihat Taeyong melongokan kepalanya dari balik tembok dekat pintu rumah yang terbuka lebar.

Sepertinya, Taeyong sedang melintas dan ketika menyadari ada seseorang di luar rumahnya, kepala Taeyong muncul dari balik tembok hanya untuk menemukan seorang pria bertubuh bongsor yang masih duduk di sepedanya.

"Wih! Kak Taeyong!"

Lucas menyapa dengan antusias, terlukis cengiran lebar diwajah tampannya tanpa sedikit pun guratan lelah meski keningnya dibanjiri keringat. Deretan gigi pria itu yang rapi jelas terlihat.

Taeyong berjalan keluar, "Nggak berangkat kerja lu?" Kemudian duduk di kursi dekat jendela.

"Nggak. Lo sendiri nggak ngampus?"

Taeyong menggeleng.

"Nggak lulus-lulus dari tahun kapan tau. Ck, ck, ck." Ledek Lucas.

"Lo ngeledek?" Ujar Taeyong, suaranya naik satu oktaf.

"Otak lu si bodo, makanya nggak lulus-lulus."

"Yeeeuuh, ini bocah! Gue bukannya bodo. Gue cuma belajarnya kurang bener."

Bingung ingin menghujat apa, Lucas akhirnya tergelak saja. Masih duduk disepedanya, pagi itu ia merelakan sinar mentari hangat menyiram tubuhnya.

"Sini duduk! Nggak panas lo diem disitu?" Tawar Taeyong menggendikan dagu ke arah kursi kosong di sebelahnya.

"Nggak. Gue mau berjemur, biar sehat."

"Sekalian sampe lo jadi gosong aja, Kas."

"Oh."

Tidak lama kemudian Jeno berjalan keluar dari rumah bersama tongkat yang ia pegang sebagai navigasi arah. Taeyong sempat melirik pria berkemeja biru dongker itu, kemudian terkekeh sinis. Ia antara merasa jijik dan kasihan melihat wajah bingung Jeno yang sedang sangat hati-hati dalam mengambil langkah menuju Lucas dan sepedanya.

"Ayo naik, Jen! Mau gue bantu?" Tawar Lucas ramah.

"Nggak usah." Jawab Jeno pelan dan dingin.

Alhasil, Lucas terdiam. Ia mengulum senyum meski tahu Jeno tidak bisa melihat senyuman tulusnya. Kadang, seorang mood maker seperti dirinya tertohok akan sikap dingin temannya itu.

Namun, seorang Lucas Wong tidak akan tenggelam dalam sakit hatinya lebih dari lima menit. Pria berzodiak aquarius itu selalu ceria lagi menghadapi sikap tak bersahabat Jeno.

"Lo nggak cape apa ngurus orang cacat manja kaya dia?" Taeyong menyandarkan kepalanya di kedua tangan yang ia jadikan bantal dipunggung kursi.

Lucas yang mendengar ucapan menusuk hati itu menghela napas gusar. Kemudian, bola matanya bergulir pada Jeno yang telah duduk manis disadel belakang sepedanya. Mendadak ia cemas Jeno akan bangkit dan urung menaiki sepeda Lucas karena tersinggung akan ucapan Taeyong.

Dan hal tersebut benar terjadi. Lucas membelalak ketika Jeno berdiri.

"Kak, gue nggak pernah ngerasa direpotin. Gue tulus bantu sahabat gue. Dulu sewaktu SMA, Jeno sering banget bantu gue dalam memperbaiki nilai rapot gue yang ancur. So, kali ini gue yang gantian bantu Jeno."

Sebetulnya Lucas kesal, tetapi alih-alih melampiaskannya, ia memilih mengulas senyum nanar yang membuat Taeyong mendengus geli.

"Oh, jadi lo balas budi?"

"Nggak. Ini bukan balas budi. Andai Haechan, orang yang cuma jadi temen alakadarnya gue ada diposisi Jeno. Gue pun bakal melakukan hal sama ke Haechan."

Open Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang