"Itu orang yang dorong Kak Jeno ke jalur lintas mobil kan?"
Mi Cha bergumam sambil memperhatikan sesosok pria dengan masker hitamnya berdiri di pinggir jalan. Sedetik kemudian, pria itu memutar tubuh. Seolah tidak ingin ketahuan, kemudian ia berlari.
"Jeno, lo gapapa?"
Mi Cha refleks menoleh ketika suara Lucas menarik perhatiannya. Dapat Mi Cha lihat, Lucas telah berdiri di dekat Jeno. Jeno mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Lucas yang bernada khawatir.
Merasa lega, Lucas menghela napas sejenak. Kemudian, pria bertopi hitam itu mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Kita ke pinggir dulu yuk. Ngehalangin jalan orang ini." Ujar Lucas meraih tangan Jeno dan mengajaknya menyingkir dari sana ke jalur Jeno berjalan tadi.
Alih-alih mengikuti Lucas, Mi Cha tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan orang yang mendorong Jeno hingga hampir celaka. Gadis berambut sepundak itu berlari tanpa pamit pada kedua teman kakaknya.
Mi Cha tidak peduli akan teriakan Lucas yang memanggil namanya.
Mi Cha masih melihat dari kejauhan punggung pria itu, pria yang membuatnya naik pitam karena sengaja akan membuat Jeno celaka. Lantas, gadis berseragam sekolah itu mempercepat langkahnya.
"Woy! Berhenti, woy!" Seru Mi Cha. "Nggak berhenti, gue santet lu! Enak aja udah bikin calon suami gue hampir celaka!!!"
Menelusuri tempat penyebrangan jalan, Mi Cha berlari mengejar orang itu. Ia tidak peduli meski dirinya dan orang misterius yang dikejarnya, menjadi pusat perhatian warga. Baik yang lalu lalang, maupun yang berada di kendaraannya.
"Woy! Penjahat! Jangan kabur, woy! Heh! Baku hantam sama gue, yuk!!!" Teriak Mi Cha heboh sambil melambai-lambai.
Setibanya kedua kaki mungilnya berada di jalan area perumahan, Mi Cha jatuh tersandung batu. Lutut gadis berambut sepundak itu terluka.
Tidak peduli dengan lukanya yang menganga dan berdarah, Mi Cha yang gigih bangkit. Lalu, lanjut mengejar pria bermasker hitam itu yang kini berada dalam jarak enam belas meter darinya.
Setelah berbelok, mata Mi Cha memelotot saat si pria itu masuk ke dalam mobil taksi yang terparkir di pinggir jalan, di seberang deretan rumah-rumah bertingkat dua.
Sebelum langkah lari Mi Cha bisa menggapai posisi mobil tersebut, mobilnya sudah maju dan berlalu.
Daripada mengejar laju mobil yang mulai menghilang dari pandangannya, Mi Cha membungkuk karena lelah.
Gadis yang terlihat cantik ketika wajahnya dibanjiri keringat itu, menghembuskan napas berat. Ia masih memperhatikan bagian belakang mobil yang kini hilang setelah berbelok.
"Anjir, cape banget." Mi Cha menegakan tubuh, mengelap keringat dikeningnya dengan punggung tangan.
Dengan kedua kaki yang mendadak gemetar dan lemas, Mi Cha beralih duduk ke kursi kayu di bawah pohon. Kursi tersebut rendah, bayangan pohon menaungi dirinya yang duduk di sana.
"Duh, darahnya banyak lagi." Gerutu Mi Cha, meringis melihat lutut kanannya. "Ada tisu nggak ya?" Gumamnya.
Di jalanan area perumahan yang sepi tersebut. Mi Cha tidak merasa segan. Lagipula, untuk pulang ke rumahnya hanya perlu melewati beberapa gang dari sini.
Mi Cha yang lelah raga dan batin, beristirahat sejenak di kursi tanpa sandaran itu.
Di bawah langit senja yang jingga, ia membuka tas sekolahnya. Berhasil mendapatkan secarik tisu, Mi Cha mengelap lututnya yang terus mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Eyes
FanfictionDia buta, pemarah, dan kasar. Namanya Lee Jeno. Seorang pemuda yang tidak sempurna. Hidupnya jauh dari kata bahagia setelah Lee Taeyong memintanya mendonorkan mata untuk Lee Haechan. Lalu bagaimana seorang Lee Jeno menjalani hidupnya yang kelam? Bi...